Aku memijat kepalaku selepas ujian kimia selesai. Kepalaku pusing sekali. Orang-orang bilang bahwa ini karena mabuk rumus. Dan sekarang aku sedang merasakannya.
Sebenarnya kimia tadi tidak terlalu sulit, hanya saja banyak sekali rumus yang harus dihafalkan. Beruntung tadi Kris tidak menggangguku dengan pertanyaan-pertanyaannya. Jadi, aku bisa mengerjakan dengan tenang.
"Jongin!"
Aku berteriak memanggil Jongin yang sedang tertawa dengan Sehun dan teman-temannya yang aku tahu namanya adalah Kris, ZiTao dan Luhan.
Kemudian Jongin menatapku dan tersenyum lebar. "Sini, Ra!"
Aku mengangguk dan berlari ke arahnya kemudian ia menarikku untuk duduk di sebelahnya.
Tentu aku menyapa teman-temannya Jongin dan mereka membalasnya dengan ramah. Kecuali Kris. Ia memang menyebalkan.
Ia tidak membalas sapaanku. Ia malah menyentil dahiku kemudian menatapku sinis.
"Kenapa, Kris?" Tanya Jongin.
Baguslah, ia tahu apa yang ingin aku tanyakan.
Kris menunjukku dan mencebikkan bibirnya kesal. "Masa ya, Jong, dia ga denger gue sama sekali pas ulangan kimia tadi."
Aku mengernyit bingung. Memang kapan ia bertanya padaku? Aku tidak mendengarnya. Apa mungkin karna aku yang terlalu fokus mengerjakan soal? Aish, biarlah. Bukan urusanku.
"Makanya belajar, Kris, jangan nanya mulu. Mau jadi apa nanti kalau pas sekolah aja nyontek mulu?" Balas Jongin membuat Kris tertohok.
Walaupun begitu, menurutku Jongin ada benarnya juga. Tumben sekali ia berbicara seperti itu.
Luhan dan ZiTao hanya diam mengamati tidak berniat ikut campur.
Ngomong-ngomong, kemana Sehun? Biasanya ia selalu menempel dengan Jongin.
"Sehun mana, Jong?"
Jongin menatapku dengan mata yang tiba-tiba menyipit. "Hayoo, naksir ya sama Sehun? Pake nanya-nanya segala, cieee."
Aku mendengus. Heol, bisa-bisanya ia berpikir seperti itu. Aku bertanya kan bukan berarti suka.
Lagipula, hatiku sudah jatuh pada seseorang.
***
Aku melangkah memasuki pekarangan rumah yang akhir-akhir ini aku tinggali. Rasanya seperti ada yang mengganjal dan..... tidak enak.
Aku menggelengkan kepalaku berusaha menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang mulai menyerangku.
Aku menanggalkan pakaianku dan mulai membersihkan tubuhku. Selesai itu aku turun ke meja makan karna tumben sekali aku mencium aroma makanan. Biasanya saat makan siang itu aku harus selalu memasak sendiri. Maid yang bekerja di rumah ini hanya memasak untuk makan malam dan sarapan, itu pun sangat jarang.
Mataku menangkap berbagai makanan berat di meja makan dengan jumlah yang cukup banyak. Padahal, tidak ada tamu yang datang ke rumah ini. Atau... ada acara besar? Lalu, mengapa aku tidak tahu?
Dan yang aku lihat, ada banyak makanan kesukaan Om Lay di atas meja. Apa hari ini adalah hari kepulangannya? Tapi setahuku, ini masih hari kelima ia pergi.
Aku hendak bertanya pada para maid, namun aku tidak menemukan mereka. Di dapur sekalipun.
Tiba-tiba bell berbunyi menandakan ada seseorang yang datang. Dengan sedikit berlari aku menghampiri pintu depan. Sebelum membukanya aku merapihkan kembali pakaianku dan rambutku. Untung saja kali ini aku memakai kaos polos dengan celana pendek. Tidak terlalu memalukan setidaknya.
Aku membuka pintu dengan senyum yang terbentuk di wajahku.
Namun senyumku luntur ketika melihat siapa yang datang. Aku mengernyitkan dahiku bingung.
Kenapa om pulang bersama seorang wanita?
***
Hanya ada suara dentingan sendok yang terdengar saat ini. Aku menatap piring makanku dengan pandangan yang kosong. Aku... hanya terkejut. Sungguh.
"Kara, kamu ga akan kenyang kalau cuman diliatin." Suara Om Lay menyentakku dari lamunanku.
Aku tetap menunduk tidak ingin menatap wajahnya dan memulai menyantap makan siangku.... rasanya hambar.
Entahlah. Rasanya hanya seperti sedang dicubit... sakit.
Selesai makan, Om Lay menyuruhku untuk menunggu di meja ruang tengah bersama dengan seorang wanita yang datang bersamanya tadi.
Aku hanya diam menunduk. Sama sekali tidak berniat menyapanya. Ia pun sama, ia hanya diam memainkan ponselnya.
Tidak lama kemudian Om Lay datang dengan lebih segar. Dia sudah mandi ternyata.
Om Lay kemudian duduk dan menatap aku serta wanita itu bergantian.
"Kalian belum kenalan, kan? Kara, kenalin ini Tiffany. Tiff, kenalin ini Kara."
Aku melihat wanita itu udah ngulurin tangannya, jadi aku mau ga mau harus ngejabat tangannya dong.
Aku bingung deh, emang dia siㅡ
"Tiffany ini pacar saya, Ra."
ㅡoh pacarnya...
to be continue...
Tiffany Hwang
Kata kalian cocok ga kalau dia yang jadi pacarnya Lay? Kalau ngga, saranin dong siapa ehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Om Lay
Fanfiction[Om Series 1] apa yang bakal kalian lakuin kalau dihamilin sama temen Papa kalian? Started : 25 Juni 2018 Finished : 5 Januari 2019 ©Sehuntum, All Rights Reserved.