Bab 13 || Kelinci Kecil

190 8 0
                                    

"Gue Rindu Lo

~Saga

Tristan masih merenung di kamarnya, memandang keluar jendela dengan tatapan sendu. Ia baru ingat satu hal, bahwa semalam ia berada di kelab, kenapa sekarang berada di kamarnya sendiri.

"Jadi lo benar-benar nggak ingat apa yang lo udah perbuat?" tanya Randy datar. Namun, Tristan hanya menggeleng.

"Lo hampir hamilin anak orang."

Tristan mengernyit mendengar jawaban sahabatnya.

"Yang gue ingat cuma ciuman di sofa," Randy yang mendengar itu melemparkan tatapan tajam.

"Lo mabuk Tannn, mana bisa lo ingat, atau memang lo udah nggak sadar waktu nyeret cewek itu ke kamar?" Tristan hanya menggeleng dan Randy yang melihat itu mendengus kesal.

"Lupain, 25 menit lagi lo ke bandara, sekarang kita turun, orang tua lo udah nungguin."

Benar saja ucapan Randy, bokap nyokapnya sudah menunggu, sambil menuruni anak tangga Randy sedikit berbisik, "untung bokap lo nggak di rumah semalam, kalau nggak ... lo ditampar berkali-kali," cekikik Randy yang hanya dibalas dengusan oleh Tristan.

"Mama harap kamu baik-baik di sana sayang," ujar wanita itu yang tak lain nyokapnya Tristan sambil memeluk Tristan erat.

"Papa harap kamu tidak berulah di sana," sela lelaki itu datar tapi terdengar nada mengancam. Tristan hanya mendengus mendengar ucapan ayahnya.

"Yaudah, pah ... mah ... Tristan berangkat dulu," ucapnya datar sambil mencium tangan kedua orang tuanya, lalu melenggang keluar rumah bersama Randy. Tristan hanya ingin Randy yang mengantarnya ke bandara, tak banyak yang berbicara selama perjalanan, hingga tak terasa ia sudah sampai di bandara.

"Lima menit lagi pesawat gue lepas landas," tutur Tristan sambil memeluk sahabatnya, "hati-hati ya bro, jangan lupain gue," balas Randy sambil menepuk-nepuk punggung sahabatnya hingga pelukan mereka terurai. Sudah saatnya ia pergi.

"Ini bukan akhir dari segalanya Saga." ucapnya dalam hati lalu berbalik, perlahan meninggalkan tempat itu.

Randy yang melihat punggung Tristan perlahan menghilang di ujung sana hanya mendesah berat. Ia berbalik sambil melangkahkan kaki, meninggalkan tempat itu.

Sementara di sisi lain, Wiranto harus menutup telinga, karena istrinya terus-menerus mengomel, karena tanpa persetujuannya ia mengirim Tristan begitu saja. "Ini demi kebaikannya," ucapnya kemudian. Istrinya semakin kesal mendengar itu.

Hening.

"Ohya mah ... papa penasaran siapa musuh Tristan selama ini," Wiranto melirik istrinya yang mengernyit bingung.

"Maksud papa apa, sudahlah biarkan saja, toh dia anak kita satu-satunya, papa kan masih punya banyak uang," ucapnya istrinya dengan nada kesal. Wiranto geleng-geleng mendengar penuturan istrinya.

"Begini jadinya kalau anak suka dimanja, makanya jadi kurang ajar."

"Sudahlah pah ... toh anak itu sudah jauh," delik istrinya, masih marah, ia kemudian sedikit melunak, menoel lengan suaminya, maksud ingin bertanya, "siapa namanya musuh Tristan itu pah?"

"Namanya Saga mah, tapi papa tidak yakin apakah orang yang sama atau orang yang  berbeda."

"Coba papa cari tahu tentang itu."

Mereka sama sama terdiam, larut dengan pikiran masing-masing, mencoba menerka-nerka, apakah orang yang sama atau memang berbeda.

Randy kembali ke mobilnya, termenung. Lalu merogoh benda pipih di saku celananya, membaca kembali pesan yang diterimanya semalam.

**

Saga menatap keluar jendela dengan kening berkerut. Sesekali ia mengembuskan asap rokoknya, ia memikirkan banyak hal. Terutama tentang ayahnya yang ia tidak tahu bagaimana rupanya.

Pertanyaan-pertanyaan lain pun kini bermunculan di kepalanya. Tentang mengapa Winda tak pernah mau menceritakan tentang siapa sosok ayahnya. Ia benar-benar pusing, ia Kalut akan pikirannya sendiri.

Sejak SMA ia memang sudah mengenal dunia luar, terjung ke dunia kelab malam tanpa sepengetahuan Winda, mencoba minuman beralkohol dan juga merokok, tawuran antar sekolah. Bahkan beberapa kali ia kedapatan mencium pacarnya di sekolah dan itu mengundang kemarahan semua guru termasuk Winda. Tak lama setelah itu, Saga diskors satu minggu. Tapi itu bukannya membuatnya kapok, ia malah berulah lain.

Balapan liar, hingga ia bertemu dengan Tristan di tempat itu. Ternyata Tristan menantangnya untuk balapan, tapi Tristan kalah sampai akhirnya Tristan memukul Saga lebih dulu. Terjadilah perkelahian di antara mereka hingga sekarang.

Setelah diselidiki mengapa Tristan memukul Saga waktu itu ternyata masalah cewek. Setiap cewek yang diincar Tristan pada akhirnya berpacaran dengan Saga. Saga baru sadar jika ia satu sekolah dengan Tristan, dan setiap ada kesempatan Tristan selalu mengajaknya berkelahi, hingga beberapa kali keluar masuk ruang BK.

Dan ketika ia sudah masuk kuliah. Saga beberapa kali menghabiskan waktunya di kelab malam. Bermain dengan beberapa cewek-cewek penggoda, dia juga beberapa kali bertemu dengan Tristan di sana. Namun, mereka seakan-akan tak saling kenal.

Tapi berbeda lagi jika berada di arena balapan liar. Ia dan Tristan pada akhirnya akan berkelahi hingga babak belur. seperti melampiaskan sesuatu yang selama ini mengganggunya. Bicara tentang Tristan, beberapa minggu ini, Saga tak melihat Tristan dimana-mana.

"Mending gue ke kelab aja." pikirnya.

Mungkin jika seorang anak menuruni tangga, ia akan disambut oleh mamanya lalu menanyakan ia mau pergi kemana. Tapi berbeda dengan Saga, mamanya tak pernah ada di rumah, ia hanya akan berada di rumah sekali sebulan.

Rumahnya benar-benar kosong hanya ada suasana hampa yang mencekam. Sepi yang mendera setiap detik. Ia hanya tertawa miris jika mengingat semua itu. Akhirnya ia meninggalkan rumah menuju kelab, ia hanya ingin menghindari ruang sunyi itu, setidaknya jika ia ke kelab, ia bisa melupakan sejenak rasa pusingnya.

"Gue rindu elo ... my little rabbit," ucapnya lirih menatap sendu kesekeliling ruangan.

Publish_Maret 2019

===
Ouchh.... Saga ku yang malang:( cowok tuh jarang nampakin sedihnya, tapi sekali sedih, bikin iba berhari-hari huhuhu

Hohoho siapakah litte rabbit itu???

Terimakasih telah membaca sejauh ini, semoga benar-benar terhibur. Maaf cuma bisa menyenangkan melalui tulisan ini, semoga akan ada seseorang yang menyenangkanmu dengan nyata dan membuatmu terbebas dari rasa kesepian:)

Lain kali bincang lagi ya^^

Salam hangat🧡

~Yani Kim

Abu-abu (Saga Alexander) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang