🌹🌹🌹
Geo melangkah mendekat, wajahnya terlihat sendu, ia menyadari kesalahan yang telah diperbuat sang mama. Ia pasrah jika Grace harus membencinya tapi ia memohon bahkan sangat memohon agar Grace jangan membenci mamanya.
Geo juga sadar bahwa mamanya sangat salah di masa lalu, tak seharusnya ia seperti itu demi mendapatkan apa yang ingin di milikinya.
Di sisi lain Geo bahagia memiliki keluarga yang lengkap tapi mengetahui bahwa semua itu tak sesuai apa yang ada di pikirannya, membuatnya tak pantas hidup.
Geo menatap Saga dalam, ia mengerti perasaan Saga, bagaimana sakitnya dan sangat tersiksa menjalani hidup dalam keluarga yang tak lengkap, ia mengerti itu.
Geo masih berdiri mematung, menatap satu persatu mata yang juga balas menatapnya. Ia berjalan menuju Winda, lalu duduk bersimpuh di samping wanita itu. memeluknya erat-ia menangis.
"Maafkan mama saya tante," Winda tak bisa menahan air matanya, hatinya berdesir mendengar permintaan maaf Geo, ia juga membalas pelukan Geo.
Saga dan Grace terpaku di tempat, hatinya ikut tersentuh menyaksikan tindakan Geo, Grace sadar selama ini ia bahkan sangat membenci Geo.
Saga bingung, dendam di hatinya perlahan luntur, mungkin saatnya ia menaruh kamus dalam dirinya yaitu 'saling memaafkan.'
"Mama tahu kalian sangat canggung, ayo kalian pelukan."
"Gak mau, pokoknya aku gak mau," suara Grace terdengar sarkatis sambil melirik sinis ke arah Saga.
"Lo pikir gue mau," balas Saga dengan tatapan tajam.
"Nak minta maaf sama adik kamu, apa yang telah kamu perbuat tempo hari."
Saga mendengus kasar.
"Iya, gue minta maaf," ucap Saga ogah-ogahan. Grace menerima uluran tangan kakaknya.
"Nah gitu dong baikan," celetuk Kevin dengan senyuman lebarnya.
"Aku minta maaf sama kalian berdua," sela Geo menatap Grace dan Saga bergantian.
"Gue maafin," ucap Grace dan Saga bersamaan.
"Lo apaan sih," Grace menggeram kecil, sementara Geo hanya tertawa.
Mereka kembali saling berpelukan sambil tertawa bersama.
==
Beberapa minggu kemudian
TOK ...TOK ...
"Buka oy!!" Teriak Saga kencang.
"Apaan sih lo, jangan ganggu!!! Gue masih ngantuk!" teriak Grace tak kalah kencang.
"Bangun gak lo, kalau gak mau liat pintu kesayangan lo ambruk, bangun gakkk!!!"
"Ish! Bawel banget sih!!!" Grace beringsut bangun, membuka pintu dengan kasar. Di luar, Saga berdiri dengan cengiran kuda, menatap sang adik dengan senyum simpul lalu melenggang masuk.
"Apaan sih! Jangan masuk ke kamar gue!" Grace mencoba mendorong Saga keluar.
"Ini rumah gue."
"Ini rumah mama."
"Lo buruan mandi makanya, kita jalan-jalan," ucap Saga tersenyum manis lalu mengacak rambut sang adik gemas.
"Males gue," ucap Grace dengan wajah berantakannya.
"Kalau lo bukan adik gue, udah gue jitak."
"Lo berani sama gue, huh!" Grace meninju dada bidang sang kakak, Saga hanya tertawa menanggapinya.
"Mandi!" Potong Saga cepat lalu melenggang keluar kamar.
20 menit kemudian
"Lo cuma ngajakin gue ke taman doang, huh!" Decak Grace.
"Lo bisa gak sih diam aja sebentar, ngajak ribut mulu,"
"Gue lapar Kali bang Lex."
"Jangan manggil gue kayak gitu, itu khusus untuk pacar gue nanti."
"Bangke." Saga menyentil bibir Grace, "kalau ngomong disaring."
"Foto yuk," ucap mereka bersamaan, lalu tertawa. Akhirnya mereka mengambil selfi berdua, beberapa kali harus mengambil gambar karena selalu saja ada yang membuat foto itu terlihat jelek, menurut Saga setidaknya begitu.
"Lo gak mau peluk gue?" Saga mendengus kesal karena adiknya itu masih ingin berfoto, yang menurutnya sudah ada puluhan di galeri.
"Sini gue peluk," barulah Grace menghentikan kegiatannya, yang sedari tadi sibuk sendiri, membuat Saga mendengus berkali-kali.
"Udah pelukannya?" mereka langsung menoleh, Tristan berdiri sambil bersedekap. Sontak pelukan mereka terlepas diiringi gelak tawa, Tristan mendengus, tetapi Saga malah menatapnya datar.
"Udah deh mending kalian berdua damai," ucap Grace menatap mereka bergantian.
"Yo bro," Saga dan Tristan salaman, sebagai tanda perdamaian.
"Lo restuin gue nikah bareng adek lo kan," tanya Tristan sambil merangkul mesra Grace.
Cup!
Grace mencium pipi Saga sekilas, lalu tersenyum.
"Makasih abang udah restuin,"
"Gue belum jawab ya!" Saga mendelik tajam.
"Pokoknya jawabannya harus ya."
"Maksa banget," timpal Saga tertawa renyah.
Saga dan Tristan saling merangkul dengan Grace yang berada di tengah, mereka memandang ke arah langit, matahari perlahan mulai bersembunyi.
Kebenaran akan selalu terungkap pada akhirnya. Namun, akhirnya akan ada juga kebenaran yang hanya bisa disimpan sampai mati. Entah terlalu rumit diselesaikan atau tidak mampu untuk diselesaikan. Kita manusia makhluk bodoh. Hanya ada pertikaian di setiap waktu. Itu berarti kita tidak akan pernah terlepas. Tetapi, jika kita percaya akan akhir yang baik, Tuhan akan selalu membantu setiap langkah kaki kita.🌹
TAMAT
Publish_April 2019
Akhirnya cerita ini berhasil direvisi dengan segenap jiwa dan raga, yang awalnya berjumlah 46 Chapter, sekarang tersisa 33 Chapter, yeahhhh 🥳🥳🥳🥳 Happy Reading Guys
JANGAN LUPA LIKE KOMEN SHARE AND TEKAN tombol ADD, OKE!!!
Dan makasih yang telah mampir dan bertahan sampai ending, salam kenal semuanya🤗🤗
Jangan lupa cek Profil aku yah^^
SEE YOU DI CERITA AKU YANG LAIN^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu (Saga Alexander) ✔
Teen FictionBaca aja dulu beberapa part, kali aja terjungkal :D Kisah yang pelik mewarnai perjalanan hidup seorang Saga. Satu demi satu semuanya terungkap. Persahabatan, permusuhan, kekeluargaan. Menjadi satu dan rumit terselesaikan. #Publish 2019 #Republish 20...