Bab 21 || Fakta Baru

62 1 0
                                    

"Nama gue Saga Alexander, panggil Lex aja."
~Saga

"Cuih ... beraninya main keroyokan, bilangin tuh sama bos lo jangan jadi banci!" ujar cowok itu susah payah karena lebam di bibirnya.

"Lo main curang bangsat!" teriak salah satu dari keempat cowok yang memukulnya.

"Bilang aja lo pada gak terima kenyataan karena gue menang, kan," tandasnya memiringkan kepala.

Bugh!!

Satu pukulan mendarat di perutnya, bukan tidak mau melawan tapi ia tak berkutik, sisi kanan kirinya dipegangi oleh dua orang, lalu di belakangnya satu bertugas memegang pundaknya, dan satunya lagi yang membuatnya babak belur.

"Beraninya main keroyokan, baru juga SMA," teriak cowok itu meremehkan, mereka serempak menoleh, seorang cowok dengan muka tegas melangkah mendekat tanpa beban bahkan melemparkan tatapan tajam.

"Kalian nggak mau, kan kalau gue lapor polisi atas tindak kekerasan," cowok itu tersenyum miring "dan nama sekolah kalian rusak, dan kalian di DO."

Seketika keempat cowok itu berpikir sejenak lalu mereka buru-buru pergi.

"Ingat! Urusan kita belom selesai," teriak salah satunya sebelum menjauh.

"Makasih udah nolongin gue."

"Santai kali, nama lo siapa?"

"Gue Algeo biasa dipanggil Geo"

"Gue Saga Alexander, cukup panggil Lex."

Mereka duduk di bangku taman, jangan harap ada ala-ala romantis saling mengobati, ingat, mereka cowok.

Lama saling berbicara, tanpa sadar ... Geo terus bicara panjang lebar.

"Gue berasa nggak pantas hidup, gue capek, gue berasa gagal jagain kakak gue sendiri, dia pergi dari rumah dan sampai sekarang dia belum mau balik kerumah," cerita Geo lelah, Saga mengangguk tanda mengerti.

"Mending lo balik, tenangin pikiran lo di rumah," Saga bangkit berdiri, menepuk pundak Geo, "gue pergi dulu, kalau ada masalah cerita di gue aja." Geo mengangguk sambil tersenyum, Saga membalasnya sambil melambaikan tangan.

                             ***

Tristan bengong, mencoba menerka-nerka siapa pemilik pesan satu minggu lalu, ia duduk di depan jendela tak berniat bangkit dari sana, sudah tiga minggu sejak ia memutuskan kembali ke Indonesia tapi tak berani mendatangi kedua orang tuanya, ia mengusap wajah gusar.

Tristan menoleh, melihat siapa yang datang, seketika senyumnya mengembang.

"Yo broo," mereka saling berpelukan.

"Gila anjay, lo datang kesini gak bilang-bilang bangsat, gue sampai kaget oy," Randy berbinar-binar melihat sahabatnya di depan matanya sekarang, Tristan tersenyum miring.

"Cerita kenapa lo bisa lolos begini," Tristan jengah kalau harus bercerita panjang lebar.

"Gue kesini sama cewek, cantik! Seksi pula," Bohongnya ingin ngerjain Randy.

"Serius!!! Tapi lo nggak grepe-grepe kan, kemarin lo bilang dia nginap di sini, kalian satu kamar!" Teriak Randy sambil geleng-geleng kepala.

"Udah lebih dari itu," cengir Tristan tanpa dosa.

"Bangke lo, jadi udah nggak perawan ya!" Tristan menyentil bibir sahabatnya. Kalo ngomong suka transparan.

"Tapi lo nggak ada yang ngikutin kesini kan," tanya Tristan hati-hati.

"Gak usah alihin pembicaraan bambang" mereka tertawa bersama.

"Bangke bangke," Randy gemas karena kepulangan sahabat terlucknatnya.

"Gue terima pesan lagi semalam," Randy menoleh, ia sedang berbaring sambil bermain game, "siapa?"

"Nggak ada namanya, gue disuruh datang besok jam tiga di bukit baru".

Randy terperangah, "itu tempatnya agak jauh dari sini," Tristan mengangguk.

Randy berpikir sejenak, "apa mungkin Saga," Tristan yakin tidak yakin.

**

"Lo ingat siapa gue?" Tristan menoleh sebentar lalu kembali meluruskan pandangannya, menikmati pemandangan di bawah sana.

"Mungkin gue dendam sama geng lo tapi nggak sama lo secara lo nggak pernah cari masalah sama gue."

Cowok di sampingnya berdehem, "jadi lo nggak bakal bonyokin gue di sini kan," cowok itu tersenyum miring.

"Bicara yang jelas, mau lo apa."

Tristan ingin sekali menghajar orang di sampingnya, andai ia tak mengingat kebaikan orang di sampingnya yang pernah menolongnya saat di keroyok geng motor lain.

"Gue mau lo jagain kakak gue."

"Maksud lo...."

"Grace Nhatalia," Tristan menganga tak percaya jika cewek yang ia temui kakak dari orang yang dikenalnya.

Geo berdehem

"Gue waktu itu lihat kalian berdua keluar dari bandara, kebetulan gue lagi nganter teman gue." Tristan dibuat bingung, "gue mau nyapa kak Grace tapi gue yakin gue cuma bakal dibentak dan kebetulan yang nemenin dia adalah lo, jadi gue-" Geo memandang Tristan sendu, "jagain dia." Tristan tidak tahu maksud perkataan Geo tapi melihat Geo seperti itu, ia yakin ada masalah yang cukup besar.

Sesampainya di Villa.

Tristan mengira bahwa yang akan di temuinya adalah Saga tapi itu semua di luar dugaannya, lalu cewek itu ... astaga Tristan benar-benar tak percaya.

"Gimana bro", Randy datang menepuk pundak Tristan, orang yang ditepuk hanya menarik napas pelan.

"Geo, lo ingat-,"

"Apa! Lo ketemu sama si bangsat itu, ngapain! Ngajakin balapan pasti tuh," Tristan menggeleng "gue disuruh jagain kakaknya," bisik Tristan parau."

"Maksud lo ... cewek yang bareng lo kabur?" Tristan mengangguk, "dan gue bisa kabur berkat pake uang dia." Randy melongo, tak percaya apa yang barusan didengar.

"Nih dunia ini emang sempit," Randy mengiyakan, "terus tuh cewek dimana?" Randy celingukan kesana kemari.

"Dia ada di sini, di Villa ini," Tristan menghela napas, Randy benar-benar dibuat syok.

"Tan...," Tristan menoleh, "apa?"

"Kayaknya bokap lo ...  tahu kalau lo kabur. Tanda lokasi punya lo aktif kan," Tristan merogoh benda pipih itu, lalu mencari tanda lokasi dan benar saja lokasinya aktif, kenapa ia sangat gegabah sekali.

"Bentar lagi bokap gue nemuin gue," Bisik Tristan horror ke arah Randy.

"Mau gue bilang sesuatu," Tristan menghadap Randy, mengangkat sebelah alisnya. "Apa!"

"Mampus." ucap Randy tertawa terbahak-bahak.

Publish_April 2019

**

Randy adalah kalian, yang bahagia diatas penderitaan seseorang apalagi kalo teman dekat, iyekan. Wkwkwk, ngaku ajaa🤣🤣

Terimakasih telah mampir🤗

Salam hangat🧡

~Yani Kim

Abu-abu (Saga Alexander) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang