Bab 30 || Pengeroyokan

40 2 0
                                    

"Sialan! Lo di jebak bego."

~Kevin

Sebelum Winda berbicara lebih lanjut, Saga meminta ijin untuk menjawab panggilan dari seseorang lebih dulu.

"Apa! Kevin babak belur!" Teriak Saga. Sontak membuat Winda menoleh. Saga lalu berbalik setelah mengakhiri panggilan barusan.

"Mah, maafin Saga, Kevin dalam bahaya," Winda panik seperti Saga, ia mengangguk, menyuruh putranya agar segera menyusul Kevin.

"Bangsat! Beraninya mereka nyentuh Kevin," sergah Saga menahan amarah.

"Sialan, kenapa semuanya jadi runyam, apa jangan-jangan Kevin meminta ijin pergi untuk menemui mereka? Sialan." Pikirnya.

Saga sampai di lokasi, tempat yang biasa menjadi area balapan liar. Ia dengan tergesa-gesa turun dari motornya, menyapu sekeliling dengan mata elangnya.

"Kevin!" teriaknya lantang. Semua orang menghadap dirinya, termasuk salah satu musuh bebuyutannya.

"Sialan," sergah Saga melangkah maju, menatap tajam ke arah Tristan.

"Lo percaya Kevin ada disini!" suara Tristan terdengar mengejek.

Sesaat Saga terdiam, membenarkan ucapan Tristan barusan, kenapa ia percaya begitu saja. Argh!! Dasar bodoh!!!

"Gue punya hadiah khusus buat lo," Tristan tersenyum miring.

                           ***

"Sial!"

Kevin akhirnya tahu siapa Grace, ia merogoh ponselnya, berniat menelepon sahabatnya, namun sama sekali tak ada respon dari empunya.

"Sialan, bangke!" Sungut Kevin setelah melacak keberadaan sahabatnya, ia melirik Grace.

"Lo ikut atau nggak?!"

"Gue ikut!"

Setelah menempuh perjalanan agak lama, mereka akhirnya sampai, Kevin reflek menganga lalu merapatkan bibirnya kembali, perasaannya tak karuan.

Kevin melirik Grace, Grace sama kagetnya, bahkan Grace tak menyangka jika Tristan terlibat, Grace sedikit bahagia, apa lagi lelaki itu Saga, orang yang membuatnya malu tempo hari. Kevin keluar dari mobil, berlari menuju sahabatnya yang terkapar lemah.

Tristan menikmati pemandangan di depannya, namun tak menyangka ketika seseorang turun dari mobil milik Kevin, seketika matanya melotot begitupun jantungnya yang deg-degan.

"Grace, kamu ngapain kesini," Grace tampaknya tak terusik.

"Makasih karena udah buat dia terluka," Tristan bingung, dia pikir akan diputuskan, nyatanya tidak.

"Dia yang buat aku malu tempo hari dan harus cuti kuliah." Grace menatap Tristan, kebingungan jelas tergambar di wajah tampan Tristan. Nhatalia bahkan tak menyangka jika mereka sudah menjadi musuh sejak lama. "Tapi suatu hari penyesalan pasti ada," sela Randy yang entah muncul dari mana, ia melirik Tristan dan Grace bergantian. "Gue sebenarnya kasian," Tristan tak peduli ocehan sahabatnya, ia terus memandangi Kevin yang berusaha memapah sahabatnya ke mobil.

Kevin melemparkan tatapan tajam ke arah Tristan, sebelum masuk ke mobil, ia juga memandangi Grace yang tampak tersenyum padanya.

Kevin mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit terdekat, sesekali ia melirik sahabatnya, apa yang terjadi dalam waktu sesingkat itu, maksudnya secepatnya itukah Saga menyerah-tidak mungkin, sekalipun musuh yang di hadapinya banyak, tapi ia tahu, Saga tak pernah menyerah sebegitu cepatnya.

"Sialan!!! Lo di jebak bego," tutur Kevin melirik sahabatnya, Saga tak sadarkan diri, luka yang di dapatkannya benar-benar parah, ia memilih tak melawan saat di keroyok anggota geng Tristan.

Sahabatnya dalam keadaan darurat, luka yang di dapatkannya tidak main-main, bisa dikatakan hampir seluruh sisi wajah Saga lebam, bahkan sudut bibirnya pun robek.

Setelah sampai di ruang UGD, Kevin harus berhenti, ia hanya boleh menunggu di luar. Ia masih setia berdiri, panik sekaligus marah.

"Sialan, beraninya mereka!"

Kevin menoleh, dari arah berlawanan Winda berlari sempoyongan, rasa panik jelas terpatri di wajah wanita itu.

"Bagaimana keadaan Saga nak Kevin?" titah Winda menatap sendu ke arah Kevin, kevin tidak tahu apa yang harus dikatakannya.

"Dia berusaha menolong kamu waktu itu!" Kevin mematung. Jadi itu tujuannya kenapa sahabatnya berada di sana, hanya untuk menolong dirinya? Astaga!

"Lex akan baik-baik aja kok tante, dia cuma pingsan."

Kevin berusaha meyakinkan wanita di depannya, agar tak terlalu panik.

Kevin tak menyadari jika ada sepasang mata yang terus memerhatikannya, ia tak sengaja mendongak, pandangannya terarah pada satu sosok cowok yang berdiri di ujung koridor, Kevin melangkah lebih tepatnya menyusul orang itu. Emosinya seketika memuncak, ia tak boleh kehilangan orang itu.

Kevin mencari kesana kemari tapi tak menemukan, ia sudah berada di luar rumah sakit, cowok itu tiba-tiba menghilang. Ah sial!

"Lo nyariin gue?" Kevin spontan menoleh. Menatap Algeo geram.

"Ikut gue, gue bakal ceritain semuanya." Kevin mengikuti langkah itu, ia tak menolak, ia masih sibuk dengan pikirannya.

Mereka duduk di bangku taman rumah sakit.

"Sebenarnya gue tahu semuanya."

"Apa yang lo tahu?" Kevin menatap kesal orang di sampingnya.

"Lex gak ngelawan pas di keroyok, itu karena dia tertekan, Tristan mencoba membuat Saga tersiksa oleh pikirannya sendiri, Tristan mengungkapkan semua apa yang terjadi, mulai dari ia yang tak memiliki ayah dan sampai ia yang ditelantarkan."

"Maksud lo ngasih tau gue apa?" Kevin mendelik tajam.

"Karena gue gak mau dia terluka lebih dalam." Jawab Geo sambil bangkit berdiri. "Gue harus jujur ... Tristan calon kakak ipar gue," sambungnya kemudian.

Kevin terpaku di tempat, apa barusan ia salah dengar? Tidak!  Tidak mungkin.

"Grace Nhatalia, kakak gue."

Kevin melotot, bukankah Grace adalah ...

"Maksudnya, kalian saudara?" Kevin memutar tubuhnya menghadap Geo.

Tidak mungkin! Kevin masih berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan Geo.

Kevin tersentak, karena getar di saku celananya, rupanya pesan dari Winda.

"Saga...," Kevin berlari masuk tanpa membaca keseluruhan isi pesan itu, meninggalkan Geo yang menatapnya penuh tanda tanya.

Publish_April 2019

==

Terimakasih telah betah sampai di part ini^^

Salam hangat🧡

~Yani Kim

Abu-abu (Saga Alexander) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang