"Sial! Gue gak mau nyokap gue pergi!"
~Saga
"Tujuan nyokap lo bandara deh kayaknya." Saga langsung terduduk setelah berbaring di sofa, ia memandang Kevin frustrasi.
"Beberapa menit lagi sampai ke bandara, lo masih ada waktu, buruan!" Kevin berteriak heboh, reflek Saga menarik Kevin untuk ikut bersamanya.
"Oy! Jangan tarik-tarik!"
Selama perjalanan, ketegangan yang dirasakan Saga tak berkurang sedikit pun, ia sesekali memukul stir mobil karena banyaknya pengendara yang suka berhenti sesuka hati mereka.
"Nyokap lo udah sampai." Kevin terus melacak keberadaan Winda.
"Sial! Gue gak mau nyokap gue pergi." Geram Saga mencengkram kuat stir mobilnya.
Kemacetan tak luput mereka rasakan, andai mereka adalah bom, mungkin sudah meledak karena batas kesabarannya habis.
Selang beberapa menit, mereka sampai di bandara, mereka bergegas turun lalu berlari sekuat tenaga. Pengumaman terdengar menggema di seluruh ruangan, pertanda seluruh penumpang segera bersiap untuk berangkat, mereka terus berlari tak memedulikan orang-orang yang menatapnya sekilas.
"Lex di sana!" Tunjuk Kevin kearah Winda, mereka lalu memutar arah dan berlari bersisian dengan sekuat tenaga, seketika kaki mereka mendadak terhenti, wanita itu telah masuk ke dalam sana, meninggalkan mereka. Telat!
"Apa-apaan ini!" desis Saga marah.
Saga berjalan cepat lalu meraih tangan itu.
"Mama gak jadi berangkat!" Winda memutar tubuhnya, kaget siapa yang telah mencengkeram tangannya.
"Mah jelasin!" Mereka sudah berada di dalam mobil, Winda masih bungkam, masih terlalu syok dengan apa yang terjadi hari ini. Kevin sedari tadi greget, mereka sudah lelah berlarian tapi ternyata.
"Itu teman mama yang berangkat keluar negeri."
"Jadi bukan mama?" Winda terperangah, kenapa anaknya jadi bawel begini, sejak kapan?
"Mah maafin Saga." Kevin dapat mendengar permintaan maaf itu adalah permintaan maaf yang sangat tulus, Winda lagi-lagi terkejut, apakah Saga sudah mulai menerima dirinya?
"Tapi mama harus kasih tahu aku siapa ayah Saga yang sebenarnya." Winda harus menelan salivanya dengan susah payah, ini yang dia takutkan.
"Oke, kita udah sampai, mama masuk, istrahat dan masak yang banyak." Saga tersenyum manis di depan wajah mamanya, Winda tersipu, ah manisnya, mereka berpelukan cukup lama, Kevin terharu melihat nuansa romantis di hadapannya. Akhirnya damai.
Winda melambaikan tangan dan tersenyum manis ke arah anak semata wayangnya.
"Kita ke kafe dulu yuk."
"Yaudah lo yang traktir gue, secara lo udah baikan." ucap Kevin.
**
"Aku udah cari orang dengan nama Lex tapi nggak ada yang tahu om."
Wiranto menghela napas gusar setelah membaca pesan dari Randy. Ia harus memastikan sesuatu.
Mereka memasuki salah satu kafe yang sangat terkenal, banyak kalangan yang berada di sini tetapi, rata-rata mereka yang bisa di bilang berduit.
Mereka duduk di bagian paling belakang, di pojokan ada dua orang pria paruh baya, selanjutnya ada seorang cewek dan seorang cowok, ralat, mereka sepasang kekasih, selanjutnya meja tempat Kevin dan Saga, Saga membelakangi sepasang kekasih itu, otomatis Kevin yang berhadapan dengan mereka.
Kevin yang jeli matanya terus memerhatikan sekitarnya, berbeda dengan Saga yang asik sendiri dengan game mobilenya.
"Kenapa sih bro orang tua selalu membicarakan hak asuh di tempat umum?" Kevin tak sengaja mendengar percakapan orang yang duduk di pojokan.
"Mungkin supaya dikira cuma nongkrong biasa." Saga mengedik acuh.
"HAK ASUH ITU HARUS JATUH KE TANGAN SAYA!"
Semua orang menoleh spontan ke arah pojok, tak terkecuali Kevin dan Saga, tetapi sepasang kekasih itu menghalangi pandangan mereka berdua. Semua orang terpaku di tempat setelah mendengar bentakan yang di lontarkan salah satu pria itu.
"Bused! Nih bapak-bapak minta disumpel mulutnya, dikira nih kafe milik dia," Kevin mendengus tak suka, begitupun Saga, mereka kembali bermain game dan tak memedulikan suasana yang sedang panas.
"APA KAMU BILANG! SAGA JELAS-JELAS AKAN MEMILIH SAYA." sekali lagi semua orang menoleh, dan dua orang yang sedang adu argumen tampaknya sedikit pun tak terusik setelah membuat keributan.
"Lex mirip nama lo tuh." bisik Kevin.
"Yoi! Nama gue kan pasaran, dulu Saga sekarang Lex, udah diganti kan." Keduanya terkikik geli.
Sebagian pengunjung kafe bubar, mereka merasa terusik, termasuk sepasang kekasih yang duduk di dekat meja Saga dan Kevin. Banyak cacian tak suka yang mereka lontarkan.
"SAYA BILANG HARUS!!"
Kevin dan Saga mencoba menahan sabar sebisa mungkin.
"Mereka benar-benar minta disleding kayaknya, ganggu suasana hati aja." Timpal Kevin mulai tersulut emosi.
"SAGA ALEXANDER!"
Saga terpaku sejenak, jantungnya nyaris berhenti berdetak saat namanya disebut oleh dua orang itu.
Ia menoleh, matanya nyaris melompat ke tanah, ia lalu melirik Kevin dan memberikan kode. Lalu mulai berdiri dan menghampiri kedua orang itu.
"Ada apa ya om sebut-sebut nama saya, saya yakin kali ini nama saya bukan pasaran." Reflek dua orang itu mendongak, menatap dua orang yang berdiri sambil bersedekap, membalas tatapan mereka dengan tatapan tajam.
"kamu temannya Geo kan, mungkin kamu salah orang." Saga mengernyit sebentar lalu kembali memerhatikan dua orang di depannya.
"Om udah bikin rusuh di sini, kalau kita gebukin gimana?" Tantang Kevin tersenyum miring.
"Jaga mulut kamu nak, kamu tidak tahu siapa saya," Kevin mau membantah tapi Saga lebih cepat menarik lengannya dengan kasar, menyeretnya keluar kafe, tak peduli lagi dengan dua orang di dalam sana yang terus berdebat.
"WINDA, MANTAN ISTRI SAYA."
DEG!
Langkah kaki Saga mendadak berhenti, ia membelalak, jantungnya berpacu cepat, ia lalu memutar tubuhnya menghadap dua orang pria paruh baya itu kembali, cengkeraman tangannya di lengan Kevin terlepas begitu saja.
"BANGSAT!" Desisnya penuh amarah sambil melangkah ke arah dua orang pria itu, Kevin bahkan tak tahu apa yang sedang terjadi.
Publish_Mei 2019
==
Sabarrrr Ga sabarrrr
Thanks sudah membaca sampai sejauh ini
Salam hangat🧡
Yani Kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu (Saga Alexander) ✔
Teen FictionBaca aja dulu beberapa part, kali aja terjungkal :D Kisah yang pelik mewarnai perjalanan hidup seorang Saga. Satu demi satu semuanya terungkap. Persahabatan, permusuhan, kekeluargaan. Menjadi satu dan rumit terselesaikan. #Publish 2019 #Republish 20...