Saga Ingin menghapus air mata sang mama
~"Saga kenapa tante?" Kevin berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah.
"Masih tak sadarkan diri." Winda mulai terisak, kondisi putranya memprihatinkan, rasanya tak sanggup melihat keadaan Saga yang seperti itu.
"Ini semua salah Tristan," ucap Winda penuh amarah.
"Jangan salahkan siapa pun," Kevin menoleh, diikuti Winda.
Tak disangka, kedatangan keluarga Wiranto beserta sahabatnya. Ah, Winda bahkan merasa canggung melihat mantan suaminya.
Kevin saat itu juga naik pitam saat melihat ada Tristan di sana, melangkah mendekat.
Kevin menatap nyalang ke arah Tristan, yang kini berdiri tak jaub darinya. Dadanya naik turun menahan emosi.
"Lo bakal dapat balasannya!!!" desis Kevin mencengkeram kerah baju Tristan, masih tak terima perlakuan Tristan. Ia ditarik paksa oleh Winda untuk melepaskan Tristan. Ia berdecih setelah menjauh dari Tristan.
Apa yang terjadi? kenapa mendadak seperti ini? kenapa mereka harus datang? Kevin dan Winda memindai satu per satu orang yang baru saja datang. Winda tidak tahan untuk tidak menangis, sepupunya, sudah berapa tahun ia tak melihat wanita itu, satu-satunya orang yang tidak datang adalah Algeo. Mereka duduk di kursi dalam diam, bahkan William masih bungkam, begitupun Wiranto.
Wiranto menatap tajam anaknya, Tristan di sana berdiri sambil bersandar pada tembok, tak peduli tatapan yang di lemparkan ayahnya.
Grace bahkan sama diamnya, ia terus menatap Winda tanpa jeda, Winda balas menatapnya lalu tersenyum simpul.
Ah, wanita itu sangat lembut di banding anak sialannya, batin Grace.
"Mari kita bicarakan ini secara kekeluargaan," ucap pria itu sambil berdehem. Semuanya menoleh ke arahnya, Wiranto tersenyum kikuk.
"Saya dan anak saya, Tristan. Meminta maaf karena masalah ini," tutur Wiranto melirik anaknya, Tristan akhirnya melangkah mendekat, duduk di samping ayahnya.
Winda masih menunduk, tak menghiraukan penuturan Wiranto. Toh buat apa? Bukankah anaknya sedang dalam keadaan sekarat.
"Saya yang akan membiayai semuanya."
"Oke cukup!" Winda langsung berdiri, ia tak mau membahas ini sekarang, putranya lebih penting dari pada harus mendengar masalah yang mereka utarakan.
"Kalian pergi dari sini!" Usir Winda dengan wajah memerah.
Semuanya menghela napas.
Sedetik, Winda memandangi Rina dan Grace bergantian lalu membuang muka. Ia benci dirinya sendiri, dirinya yang lemah bahkan tak mampu melawan ketika semuanya direbut oleh wanita itu.
***
Saga telah sadar, tapi beberapa lebam masih terlihat jelas, Saga telah sadar sejak kedatangan William dan sahabatnya, Saga mendengar semuanya, walau samar ia tetap bisa menangkap pembicaraan mereka. Ia terlalu lemah untuk sekedar bangun dari tidurnya, rasanya sekujur tubuhnya mati rasa, ini luka yang paling parah yang pernah di dapatkannya.
Ia mendengar saat wanita itu berteriak, sang mama, ia ingin sekali berlari keluar tapi nyatanya ia tidak bisa. Perlahan keributan itu mulai menghilang. Detik berikutnya pintu terbuka, bersamaan Saga juga memejamkan matanya kembali, ia masih lemah, ia akan menunggu hingga malam tiba dan akan membuka matanya kembali.
"Tante ... sebenarnya ada yang mau Kevin beritahu," Winda mengernyit, lalu menatap Kevin dalam. Saga yang sepenuhnya tersadar, penasaran apa yang akan dikatakan sahabatnya.
"Ehm tante-" ucapan Kevin terpotong karena seorang dokter masuk.
Satu minggu kemudian.
Saga memandangi sang mama intens, ia benar-benar menunggu apa yang harus diketahuinya.
Mereka berada di pinggir pantai sambil menunggu senja, duduk di bawah pohon kelapa dan menikmati embusan angin yang menyejukkan, rasanya beban Saga yang dipikulnya berkurang, ada Kevin yang duduk tak jauh dari mereka, memberikan akses agar mereka dapat berbicara serius.
"Rina mama kandung Geo,"
"Aku tahu ma-,"
"Jangan potong dulu," sela Winda menatap lurus.
Saga kembali mendengarkan.
"Dulu mama dan papa kamu dijodohkan, dan mama terima itu."
Saga melirik Winda, lalu mengalihkan pandangannya, kembali menatap deburan ombak.
"Pada akhirnya papa kamu benar-benar jatuh cinta ke mama, bukankah rasa itu bisa tumbuh kapan saja." Saga membenarkan ucapan mamanya.
"Tapi semenjak kejadian yang menimpa Rina, mama harus berkorban, merelakan papa kamu."
"Maksud mama apa, bukannya papa suka ke mama juga?" Saga masih berusaha tenang, ini demi mamanya, andai bukan, ia mungkin telah mendatangi ayahnya dan juga mama Algeo, mungkin sedikit memberi pelajaran.
"Rina diduga hamil diluar nikah, dan dulu papa kamu dan Rina memang mantan, mereka putus karena ya itu tadi, dia dijodohkan. Rina tidak mau memberi tahu siapa yang telah melakukannya, hingga orang tua Rina menuntut papa kamu, karena yang mereka tahu terakhir Rina memiliki hubungan dengan Papa kamu."
Saga mencerna setiap kata yang diucapkan mamanya, ini baru permulaan, tapi kisah yang di dengarnya benar-benar miris.
"Papa kamu sempat menolak, ia berusaha mempertahankan mama, tapi Rina yang memiliki segalanya tak tinggal diam, dia terus mendesak orang tuanya dan bersumpah akan bunuh diri. Akhirnya papa kamu pasrah, ia bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan Rina, mama waktu itu pingsan dan kecewa dengan keputusan papa kamu, tapi disisi lain mama belajar, mungkin Tuhan ingin agar mama lebih tegar dan tabah."
Saga menghela napas berat, begitupun Kevin yang mendengarkan agak samar-samar.
"Waktu itu usia kandungan Rina 6 bulan, akhirnya papa kamu benar-benar menceraikan mama, itu membuat mama frustrasi satu minggu, diam di dalam kamar, apalagi mengetahui fakta bahwa kamu baru berumur dua tahun dan adik kamu baru berumur satu tahun, mama bing-,"
"Apa! jadi benar Saga punya adik!?" reflek Saga berteriak begitupun Kevin yang melotot, jadi Rabbit yang di maksud sahabatnya adalah adiknya yang selama ini dicarinya. Kevin geleng-geleng kepala mengetahui fakta itu.
Winda kembali bercerita.
"Mama bingung, harus bagaimana menghidupi kalian berdua, secara mama belum bekerja, mama terpuruk, mama menangis dan juga tidak berani pulang kerumah eyang kamu, mama waktu itu pernah di marahi karena menganggap mama tidak bisa menjaga rumah tangga mama sendiri. Mama akhirnya menyerahkan adik kamu ke-,"
"Kevin!"
Semua menoleh ke sumber suara, Saga meringis karena orang itu datang di saat yang tidak tepat.
"Grace ngapain kamu kesini?"
Grace melangkah mendekat, tersenyum simpul pada Winda lalu beralih ke Saga, seketika wajahnya datar. Winda terkesiap melihat kedatangan gadis itu, lalu menghela napas.
Grace sudah mengetahui semua fakta, ia meneliti Saga, ia merasa miris akan kehidupan cowok itu, ia beralih tersenyum pada Kevin.
Kevin lupa, ingin memberi tahu Saga sesuatu tentang gadis di sampingnya, Grace.
"Mama harus cerita kembali," Grace tampak tertarik, menoleh pada Kevin untuk mencari kebenaran, Winda memanggil Kevin agar mendekat bersama gadis itu.
"Jadi siapa adik Saga sebenarnya?"
Grace mengernyit, ternyata Saga memiliki adik.
Publish_April 2019
==
Salam hangat🧡
~Yani Kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu (Saga Alexander) ✔
Fiksi RemajaBaca aja dulu beberapa part, kali aja terjungkal :D Kisah yang pelik mewarnai perjalanan hidup seorang Saga. Satu demi satu semuanya terungkap. Persahabatan, permusuhan, kekeluargaan. Menjadi satu dan rumit terselesaikan. #Publish 2019 #Republish 20...