Kehancuran batin seorang anak berasal dari perlakuan orang tua.
~Author
BRAK!
Kevin berlari ke arah sahabatnya dengan wajah tegang, mencoba menghentikan Saga yang menggebrak dan menendang meja yang berada di antara pria itu, alhasil meja terbanting mengenaskan.
"Siapa di antara kalian mantan suami nyokap gue huh!" Dua pria di depannya memandangnya syok tiada tara.
"JAWAB!!" Bahkan Kevin harus menutup kedua telinganya lantaran bentakan sahabatnya, dua pria itu masih tak berkutik.
"Lex sadar oy, ini bisa dibicarakan baik-baik!" Kevin berusaha menarik sahabatnya agar tak melakukan hal-hal yang dapat membahayakan kedua pria di depannya.
"Lex? Jadi kamu Saga? Nama yang beda tapi dengan orang sama!" Wiranto bertepuk tangan riah.
"Maksud om apa!" Saga berteriak frustrasi, drama apa lagi yang ia hadapi? Pertemuannya di restoran makan tempo hari dengan kedua pria itu tak menyangka kembali bertemu di kafe ini, wow, hebat bukan.
"Tenang, kamu duduk dulu, saya papanya Tristan."
"A ... pa!" Saga mengusap wajahnya frustrasi, "jadi dia papa kandung saya!" tunjuk Saga ke arah pria yang sedari tadi bungkam, William menyadari kenyataan bahwa selama ini ia sangat dekat dengan anaknya, termasuk Geo sendiri.
"SAGA!!"
Teriak Kevin dan Wiranto bersamaan, reflek keduanya berdiri, Kevin mencoba menarik sahabatnya yang mencengkram kerah baju ayah kandungnya sendiri.
"BRENGSEK, Cuih." Saga berdecih setelah berhasil ditarik oleh Kevin.
"Saga kamu duduk dulu om bilang!"
"Om nggak berhak perintah saya!" tunjuknya marah tepat di depan wajah Wiranto. Atmosfir di antara mereka benar-benar panas.
"Dan untuk ayahnya Algeo William, kubur mimpi anda dalam-dalam, karena saya Saga Alexander tidak akan sudi kembali menjadi anak anda setelah menghancurkan saya dan mama saya." desis Saga penuh penekanan, kilatan amarah di kedua bola matanya seakan siap mengubur siapapun hidup-hidup.
Ini yang Wiranto takutkan. Bagaimana keinginan sahabatnya untuk mengambil hak asuh itu hanya bisa menjadi keinginan semata. Tetapi yang ingin diambil tak bersedia. Dari dulu setelah Randy memberikan foto Saga kepadanya, ia yakin bahwa Saga anak dari sahabatnya. Kenapa ia tahu? Cukup jelas karena beberapa kali ia memantau Winda diam-diam.
Ia juga sering melihat Saga keluar masuk di rumah itu dan sekarang sahabatnya ingin mengambil hak asuh itu? Sama saja dengan bunuh diri namanya.
William masih tak percaya dengan apa yang terjadi di depannya, anaknya adalah sahabat anaknya sendiri, bahkan William dapat melihat kilatan amarah di kedua bola mata Saga, rasa benci jelas tersirat di sana, rasa yang jelas-jelas terpancar ingin menghabisinya saat itu juga.
"Jadi Saga adalah anak om william!"
Semua menoleh ke sumber suara, semuanya terpaku di tempat begitupun Saga.
"Cobaan apa lagi ini?" Gumam Saga sarkatis.
Tristan melangkah mendekat dengan smirk andalannya.
"Luar biasa, ternyata dunia ini sempit."
Ejek Tristan bertepuk tangan riah. Namun, terkesan merendahkan.
Saga membalas tatapan Tristan yang tak kalah menusuk.
"Saya tak menyangka bahwa sahabat papa saya adalah ayah dari musuh saya yang notabenenya adalah anaknya sendiri," Tristan masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya hari ini, bahkan tak menyangka jika orang yang ia anggap sebagai papa keduanya, om william, ternyata ayah kandung seorang Saga, musuh bebuyutannya. Luar biasa!
Semua orang di dalam sana sibuk dengan pikiran masing-masing, bingung, marah, kecewa, terluka. Mungkin itu yang bisa menggambarkan suasana hati mereka.
Saga mengusap wajah frustrasi, pikirannya berkecamuk.
"Kita bakal sering ketemu," tutur Tristan melemparkan senyum mengembang ke arah Saga.
"Jangan harap," balas Saga datar.
"Saga ... papa harap kamu-," semua mengarahkan pandangannya ke arah William.
"Jangan mimpi dan berharap apapun pada saya!" jawab Saga cepat lalu menatap tajam William.
Semua mendesah kasar, mengetahui jawaban yang sebenarnya.
Saga meninggalkan kafe dengan serbuan emosi yang membara, rahangnya terkatup rapat, tak lupa juga Kevin mengekorinya kemana pun ia melangkah.
Sesampainya di rumah Kevin.
"Lex ... tenangin pikiran lo bro," kevin membuang napas kasar, sahabatnya berbaring telentang di atas kasur miliknya, memandangi langit-langit kamar dengan deru napas yang tak beraturan, pertanda emosi masih menguasainya.
"Gue ke Indomaret dulu," Saga hanya melirik sekilas sahabatnya, ia beranjak dari duduknya.
Kevin sampai di depan Indomaret, ia lalu memarkirkan motornya, lalu bergegas masuk sambil mengelilingi rak-rak yang berisi berbagai macam cemilan.
"Lo Kevin, kan?" Kevin menoleh, pupil matanya membesar, tak menyangka bisa bertemu dengan cewek itu di sini.
"Kemana aja lo, kagak pernah keliatan di kampus," Grace tersenyum simpul, mereka berjalan bersisian sambil memilih cemilan.
"Gue ada sedikit masalah sih," Kevin hanya ber-oh ria.
"Gue sebagai sahabatnya Saga minta maaf karena kelakuannya dia," keduanya berhenti melangkah, saling pandang, "gak masalah, santai aja," ucap Grace, lalu kembali memilih berjalan.
Setelah selesai memilih, Keduanya segera menuju kasir. Selesai membayar, mereka segera keluar dari Indomaret.
"Lo balik sendiri?" tanya Kevin basa-basi.
"Gak sih, gue bareng seseorang."
"Lo kapan masuk kampus lagi?"
"Kalau masalah gue selesai," Kevin manggut-manggut mengerti.
Grace melangkah menuju mobilnya, lalu menoleh kembali ke arah Kevin, "semoga takdir cepat mengungkapkan, "ucapnya sambil tersenyum manis, Kevin yang tak tahu-menahu, hanya bingung. Tak mengerti ucapan Grace barusan.
Grace sesekali tersenyum, menoleh pada Kevin sambil melambaikan tangan sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya.
"Apa yang gue dengar selama ini benar?apa lo benar-benar ada?" Kevin yang hampir meraih knop pintu, menggantung tangannya di udara, mendekatkan telinganya ke daun pintu, mencoba mendengar ucapan yang dilontarkan sahabatnya.
Publish_Mei 2019
==
Oke, semakin memanas.
Terimakasih telah mampir🤗
Salam hangat🧡
~Yani Kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu (Saga Alexander) ✔
Fiksi RemajaBaca aja dulu beberapa part, kali aja terjungkal :D Kisah yang pelik mewarnai perjalanan hidup seorang Saga. Satu demi satu semuanya terungkap. Persahabatan, permusuhan, kekeluargaan. Menjadi satu dan rumit terselesaikan. #Publish 2019 #Republish 20...