11

4.8K 499 18
                                    

🌹 Happy Reading 🌹

.

.

.

.

.

Pantai ini sudah menjadi kenangan banyak orang. Ya, banyak. Bahkan keempat --bukan, kelima orang yang sedang berjalan-jalan ditepinya saat ini memiliki memori-memori tersendiri disini.

Baekhyun jadi merindukan masa lalunya. Tempat ini menimbulkan banyak memori indah tentang masa kecilnya. Ingatan tentang sang nenek muncul dengan begitu saja.

"Aku merindukan nenek." Lirihnya hampa.

Chanyeol yang merangkulnya sembari berjalan santai itu melirik menatap wajah sang kekasih yang sedang menerawang ke depan. Ia mengecup pucuk kepala sang gadis dengan sayang.

"Ceritakan kepadaku tentang nenekmu." Chanyeol beralih menatap pantai disebelahnya. Baekhyun yang tersadar dari lamunannya mendongak menatap sekilas kearah wajah tampan disampingnya dan mengeratkan rangkulan mereka.

"Nenek bagaikan orang tua kedua untukku. Ya, nenek dan Sunny Imo tentunya." Baekhyun memulainya.

"Setiap liburan semester, orang tuaku selalu menitipkan diriku di rumah nenek. Karena aku sangat menyukai suasana desa, tentu aku sangat senang berada disini. Dengan kehangatan nenek dan Sunny Imo, aku bisa merasakan bagaimana kasih sayang dari orang tua. Kau tahu kan, bagaimana sifat orang tuaku? Super sibuk. Bahkan aku sangat jarang bisa merasakan masakan dari Eommaku dan berada disini bagaikan sebuah surga makanan untukku. Nenek selalu memasak. Setiap hari." Baekhyun tersenyum kecil setelahnya.

"Nenek adalah orang tersabar dan terhangat yang pernah aku kenal dalam hidupku. Aku sempat terheran, bagaimana bisa orang terhangat seperti nenek mempunyai putra seseorang yang dingin seperti Appaku. Aku tak tahu mengenai kakekku, karena beliau sudah berada di surga semenjak Appaku masih berada di tingkat sekolah menengah atas. Dengan pekerjaannya yang hanya seorang penjual sayur di pasar dekat sini, ia bisa membiayai kebutuhan Appa dan Seungri Samchon hingga lulus pendidikan universitas. Aku sangat salut kepada nenek. Juga sangat merindukannya saat ini." Tanpa sadar, setitik dua titik air mata mengalir di pipi tembam Baekhyun. Rasa rindunya sangat menyakitkan, hatinya seperti diremat dengan sangat kuat.

"Aku sangat tahu perasaanmu, sayang. Aku juga merasakannya dengan Eommaku. Eomma.." Chanyeol menghembuskan nafasnya berat. Karena tidak ingin suasana menjadi muram, Chanyeol mengalihkan pembicaraan agar Baekhyun tidak berlarut-larut dalam kesedihan.

"So, bagaimana dengan Hyunbin?"

"Hyunbin?" Baekhyun mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Bukankah Hyunbin sangat menggemaskan?" Chanyeol tersenyum jenaka seraya menatap wajah Baekhyun yang masih menampilkan ekspresi bingungnya.

"Iya, sangat menggemaskan. Jadi?"

"Jadi.. Kapan kita bisa memberi teman bermain untuk Hyunbin?"

PLAK

Pukulan gemas dilayangkan oleh Baekhyun pada lengan terbalut hoodie abu-abu tua itu. Wajah Baekhyun yang mulai memerah membuat Chanyeol tertawa lepas setelahnya.

"YA! Bahkan kau belum berani untuk melamarku." Kata Baekhyun spontan. Menyadari perkataannya yang tak terduga, ia memelototkan matanya dan melepas rangkulannya dari Chanyeol.

"Ahaa.. Jadi kau sudah tidak sabar untuk menikah denganku kan, Byun?" Goda Chanyeol mengusakkan telapak tangannya diatas kepala si gadis yang membuat Baekhyun memekik kesal.

RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang