1) Dream

162 20 15
                                        

Avelina berlari kencang untuk segera sampai ke rumahnya, setelah apa yang gadis itu lihat di perpustakaan, perihal buku yang menurutnya ajaib itu.

Avelina membuka pintu rumahnya sedikit kasar yang sontak membuat Lauren—ibunya—yang sedang berada di ruang tamu, terkejut.

"Hei–" Lauren hendak marah kepada siapa yang telah membuatnya terkejut tetapi wanita itu berhenti setelah tahu bahwa itu adalah putrinya.

"Avelina, ada apa? Kenapa kau pucat sekali?" Lauren menghampiri Avelina yang terlihat pucat pasi sehabis berlari.

"Tidak apa, Ibu." Avelina meneguk air dingin yang dia ambil dari kulkas dan bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya.

"Ada apa dengannya?" gumam Lauren.

Buku berwarna ungu ajaib itu dia letakkan di atas meja belajar. Avelina terus memandangi buku itu tanpa berkedip seolah takut ada sesuatu yang terlewatkan.

Rasa penasarannya sampai membuat Avelina membawa pulang buku itu secara diam-diam dari perpustakaan.

Avelina kembali membuka buku itu, yang ternyata masih sama. Di lembar pertamanya yang saat itu secara ajaib muncul sebuah kata Imagination.

Avelina masih gemetar, pikirannya sudah membuat dirinya ketakutan. Gadis itu takut jika buku itu adalah buku magis atau buku yang sudah dimantrai ilmu hitam.

Walaupun begitu, Avelina masih belum sepenuhnya percaya dengan apa yang dia lihat saat di perpustakaan perihal Buku Imajinasi itu. Pikirannya terus berputar-putar untuk menemukan suatu pernyataan yang menurutnya masuk akal mengenai sebuah kata singkat yang secara tiba-tiba muncul di lembar yang sebelumnya dia lihat kosong.

Ponsel Avelina berdering, sontak ia melihat jam dinding yang berada di kamarnya.

Siapa yang menelpon malam-malam begini, pikirnya.

"Naomi?" gumam Avelina saat melihat layar ponsel.

"VELIN!" Avelina sontak menjauhkan ponsel dari telinganya saat mendapati teriakan di seberang telepon.

"Kau tahu betapa senangnya aku hari ini?!" ucap Naomi.

Avelina tersenyum seraya memutar bola matanya, ya di hari manakah Naomi tidak gembira jika sahabatnya itu bersama Malvin sang gebetannya dan Avelina tahu itu. Dia pun sudah siap untuk mendengarkan apa yang membuat sahabatnya senang hari ini, sebuah cerita yang akan membuatnya terjaga sepanjang malam.

"Wah! Apa hal yang membuat Naomi senang hari ini?" Avelina terkekeh mendengar nada bicaranya sendiri yang dia buat-buat. Avelina menghempaskan tubuhnya di kasur dan menatap langit-langit kamarnya. Sejenak dia melupakan Buku Imajinasi itu.

Avelina dan Naomi terjaga sepanjang malam, mereka asyik mengobrol di telepon, saling bertukar cerita.

"Velin, ini sudah pukul dua pagi! Sebaiknya kita tidur, kau tahu mataku sudah hampir redup," keluh Naomi.

"Ya, sudah sebaiknya kita tidur atau besok kita akan kena omelan Bu Salma karena terlambat ke sekolah." gurau Avelina yang membuat Naomi ikut tertawa.

"Baiklah. Good night, Velin," pamit Naomi dan sambungan telepon ditutup bersamaan.

Avelina dan Naomi sudah bersahabat sejak mereka duduk di sekolah dasar, hingga mereka harus terpisah saat memasuki jenjang sekolah menengah pertama karena Naomi harus melanjutkan sekolahnya di kampung halamannya tetapi takdir berkata lain, mereka dipertemukan kembali sampai saat ini. Mengharukan.

IMAGINATION - New RevisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang