4) Practical Task

96 14 10
                                        

"Pak, apakah tidak ada toleransi untuk masuk?"

"Tidak ada. Tunggu di situ," hardik seorang satpam berkepala plontos yang sedang berjaga di depan gerbang SMA Dasawangsa.

Lagi-lagi terlambat. Tidak heran jika Avelina terlambat ditambah hari itu adalah hari senin padahal gadis itu ditunjuk menjadi petugas upacara.

Dan sekarang gadis itu mencoba untuk menemukan alasan dari seribu satu alasan yang mungkin sudah dia pakai untuk kesekian kalinya. "Ehm, aku kesiangan karena ...." Avelina berpikir seraya memainkan tali ranselnya.

Alhasil gadis itu harus menunggu di depan gerbang sampai upacara usai. Satu hal lagi, hari ini dia gagal menjadi petugas upacara.

"Ya, ampun. Apalagi ini?"

•••

"Terlambat lagi?"

"Maaf Dev, tadi aku—"

"Sudahlah. Aku juga sudah tahu kau akan terlambat, jadi aku sudah menyiapkan penggantinya." Deva tertawa gamblang di depan wajah Avelina.

"Terserah." Avelina langsung melengos pergi seraya membuang wajahnya dari Deva, sang ketua kelas yang paling menyebalkan.

Biologi. Mata pelajaran jam pertama di kelas Avelina saat ini. Tentunya kelas menjadi hening seketika saat Pak Johan, guru biologi yang sudah melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Pak Johan yang dikenal sebagai guru killer itu langsung melototkan matanya saat salah satu muridnya duduk di kursi guru. Murid itu langsung kembali ke tempat duduknya sambil memasang muka masam.

"Siang. Baik langsung saja, jadwal hari ini, saya akan mengambil nilai praktik dimana—" Dua kalimat tanpa aba-aba maupun basa-basi yang dilontarkan Pak Johan langsung terpotong.

"HAH PRAKTEK?!" Teriakan histeris datang dari seorang perempuan yang terkenal dengan ratu lebay di kelas, dia Siena.

"Sst!" ujar semua siswa serentak di kelas bak seperti latihan paduan suara. Siena, si cerewet bibir tipis sontak langsung mengerucutkan bibirnya manakala mendapati sorotan tajam hampir dari separuh teman-teman di kelasnya. Avelina hanya mendengus dengan tetap memperhatikan Pak Johan yang sepertinya sebentar lagi bola matanya akan keluar. Matanya sungguh besar jika melotot.

"Dasar," dengus Siena kesal. Akhirnya, gadis itu mengambil rompi kesayangan yang selalu dia bawa ke sekolah dan menenggelamkan kepalanya sehingga tak terlihat lagi wajahnya yang sudah masam itu.

"Praktik biologi kali ini adalah respirasi serangga."

"Pak!" seru Ziva selaku sekretaris kelas, si kutu buku. "Bukankah praktik itu sudah pernah dilakukan minggu lalu?"

"Ya. Memang sudah," sahut Pak Johan santai, matanya sudah tidak melotot. "Nilai kalian masih belum mencapai kriteria. Jadi, bapak adakan praktik ulang. Dengan peraturan yang sama seperti minggu lalu."

Avelina menghela nafasnya panjang, dalam hati dia sempat menggerutu karena harus mendapatkan tugas praktik menyebalkan itu lagi. Gadis itu memperbaiki posisi duduknya.

"Ya, Tuhan. Aku kapok dengan serangga." Kali ini Naomi yang mengeluh. Avelina yang berada di sebelahnya langsung mengingat kejadian seminggu lalu yang tidak pernah dia lupakan.

"Kau takut digigit belalang lagi?" ledek Avelina yang langsung dibalas cubitan oleh Naomi.

"Belalang sembah itu menyeramkan." Naomi bergidik ngeri membayangkan belalang sembah yang minggu lalu dia jadikan sebagai objek praktikum biologi. Belalang itu menggigit lengan mulus Naomi hingga membuat gadis itu tidak mau lagi memainkannya. Avelina tertawa melihat reaksi sahabatnya itu.

IMAGINATION - New RevisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang