24) Little Baby Roy

22 3 0
                                    

"Ini putrimu?"

"Ya, Tetua."

Avelina mendadak kaku saat dirinya menjadi pusat perhatian, dia hendak bersembunyi di belakang ayahnya jika saja David tidak menahan pundak gadis itu.

Mereka sedang berada di dalam tenda cokelat yang dari depan kelihatannya kumuh itu. Teryata Avelina dibuat terkejut saat melihat apa yang ada di dalamnya; tertata rapi dan bersih, ada sejejeran senjata seperti tombak dan panah di sudut tenda.

Avelina berpikir bahwa tenda itu adalah tenda kerajaan karena terdapat kursi tahta di tengah ruang walaupun benda-benda yang berada di dalam tenda itu cenderung kuno tetapi Avelina tahu bahwa barang-barang itu antik.

Seorang kakek tua yang dipanggil David, tetua itu berdiri dari kursi tahtanya. Kakek tua itu mengambil tongkat untuk menopangnya berjalan, tidak sedikit juga beberapa pengawalnya membantu kakek itu berdiri.

Kakek itu berjalan pelan dan berhenti tepat di hadapan Avelina. Avelina sedikit menundukan tubuhnya karena kakek itu lebih pendek darinya.

Kakek itu mengamati wajah Avelina. Avelina kikuk hingga dia memundurkan langkahnya sedikit.

Apa-apaan kakek ini?

Tidak lama kakek itu tersenyum, "Kau memang anak itu."

Anak apa?

"Apa harus putriku? Tidak bisakah digantikan dengan anak yang lain?" sahut David cepat. Wajahnya terlihat khawatir.

Tetua itu tetap tersenyum tenang sambil berkata, "Putrimu telah terpilih, Dave. Seorang anak yang telah dipilih menjadi imajiner artinya sang imajiner telah melekat pada dirinya. Apa yang sudah dipilih akan selalu menjadi terpilih."

David mengusap wajahnya kasar, Pasha menepuk pelan pundak David menenangkan.

"Ayah?" Avelina memanggil sendu, David jadi semakin gusar saja. "Aku tidak mengerti."

Dengan cepat David melangkah lalu memeluk erat putrinya. "Kau akan baik-baik saja. Ayah janji."

Tidak lama setelah itu, terdengar suara gema sangkakala. Seketika suasana di luar menjadi riuh.

"Perayaan akan di mulai. Kita akan bahas ini nanti, mari kita bersenang-senang dahulu," ujar Tetua sambil berjalan keluar tenda bersama Pasha dan pengawal lainnya.

David menatap putrinya, "Kau tidak usah khawatir, nanti akan Ayah jelaskan."

Avelina menggangguk ragu sebenarnya banyak yang ingin dia tanyakan sekarang juga pada ayahnya tentang apa itu imajiner. Sudah berapa kali ini dia selalu dengar julukan itu pada dirinya dan apa itu kawasan terlindung dan apa yang di sembunyikan di kawasan terlindung seperti yang Carlos bilang padanya. Namun melihat ayahnya yang tampak gelisah dia jadi iba dan memilih untuk mengikut saja.

Mereka keluar dari tenda disambut dengan keramaian. Ada banyak orang, lapangan hijau yang tadinya sebagian besar dipenuhi domba-domba sekarang terisi oleh riuhnya orang berpakaian kuno. Mereka semua bersorak sambil melempar serbuk warna satu sama lain, seketika lapangan berwarna hijau itu harus tercampur dengan warna lain.

Avelina memilih untuk memisahkan diri. Gadis itu merasa terasingkan di tengah keramaian itu. Ayahnya tiba-tiba menghilang entah kemana setelah berbincang dengan Pasha. Avelina mendudukan bokongnya di salah satu kursi di bawah pohon cemara. Matanya menyipit saat melihat sebuah banner dari kain satin yang dibentangkan di tengah-tengah kerumunan.

WELCOME TO THE WORLD
LITTLE PRINCE

Jadi, mereka menyambut anak pertama seorang pangeran? Avelina mengangguk-ngangguk.

"Selamat Pangeran Thomas!"

Avelina melihat dari kajauhan, seorang perempuan cantik dan seorang pria blasteran berdiri di atas batu besar. Dua pasangan tersebut terlihat bahagia melihat seorang bayi di gendongan sang wanita.

"Hei! Kau kemana saja? Ayah mencarimu dari tadi." David merasa lega begitu menemukan putrinya

Sebelum Avelina menjawab, David sudah bersuara lagi, "Avelina, ingat pesan Ayah. Jangan pergi sendirian seperti ini lagi, kau harus selalu ada di sampingku."

Avelina mencebik, padahal tadi dia yang ditinggalkan.

"Sudahlah. Ayo kita bergabung bersama yang lainnya."

Avelina menghela nafas panjang mengikuti ayahnya yang berdesak-desakan di tengah keramain.

Mereka semua heboh sekali, pikirnya.

"Itu namanya Pangeran Thomas dan di sebelahnya itu istrinya, Putri Viona. Mereka dikaruniai anak laki-laki." David menjelaskan kepada Avelina yang sedari tadi hanya diam di sampingnya.

"Terserah." Avelina memutar bola matanya malas, dia bosan. Walaupun begitu matanya tetap tertuju pada kedua pasangan suami istri itu.

"Pangeran! Perlihatkan wajah sang pangeran kecil agar kami bisa memberkatinya," seru salah satu orang di kerumunan.

"Ya, betul!" Disusul yang lainnya menyetujui.

Apa-apaan? Avelina mendesis.

Pangeran Thomas menggendong bayi kecilnya, dia begitu hati-hati. Seketika semua orang menjadi ramai manakala melihat wajah bayi pangeran yang tampan dan begitu menggemaskan.

"Astaga! Tampan sekali."

"Tidak heran." Avelina bergumam entah pada siapa.

"Apa kau bilang?" Pasha mengejutkan Avelina.

Avelina menatap Pasha datar, "Urus saja dirimu sendiri, Tarzan."

Pasha tidak menggubris ejekan Avelina. Pria itu malah kembali asyik mengobrol dengan elang yang sedari tadi bertengger di bahunya.

Avelina melirik malas. Dasar, aneh.

"Aw! Pangeran kecil, kalau sudah besar nikahi aku!" Teriakan histeris di belakang Avelina membuat gadis itu spontan menutup telinganya. Avelina menoleh mendapati seorang gadis berambut hitam sebahu sedang heboh sambil lompat-lompat.

"Ah, ya ampun! Apalagi ini?"

Gadis itu menyadari orang di depannya merasa terganggu dengan tingkahnya.

"Oh, maaf ya," kata gadis itu kikuk, tiba-tiba tangannya terulur saat sang lawan bicara menatapnya.

"Hai! Namaku Avi." Gadis itu menyapa.

"Avelina." Tidak mau dianggap sombong di tempat baru, Avelina membalas jabatan gadis yang bernama Avi itu.

"Woah! Jadi kau yang bernama Avelina?" Avi berseru heboh membuat Avelina melotot heran, Avelina mengangguk sebagai jawaban.

"Astaga! Akhirnya aku bisa bertemu dengan seorang imajiner. Kau pasti kuat sekali! Aku tidak menyangka ...." Avi masih saja mencerocos panjang lebar sedangkan yang diceritakan hanya menghela nafas panjang.

Oh, Tuhan. Ternyata ada lagi spesies seperti Naomi.

"Pangeran kecil Roy, tampan ya?"

"Eh? Apa?" Avelina membuyarkan lamunannya saat menyadari Avi bertanya.

"Anak pangeran. Dia tampan ya? Pasti kalau sudah besar banyak yang naksir."

Avelina melihat bayi polos yang sedang digendong pangeran yang bernama Thomas itu. Secara refleks Avelina ikut tersenyum manakala melihat senyum menggemaskan sang bayi.

Iya. Anak itu lucu. Pasti kalau sudah besar nanti, dia akan jadi pangeran yang tampan. Avelina setuju dalam hati, matanya melembut melihat wajah polos bayi mungil bernama Roy itu.

Avelina masih betah melihat wajah damai si bayi sampai tiba-tiba matanya membulat sempurna manakala dirinya melihat bayangan hitam pekat masuk ke dalam tubuh Roy. Avelina terkejut sampai gadis itu berteriak keras di tengah perayaan besar membuat suasana ramai kala itu mendadak hening.

"Monster!"

•••

IMAGINATION - New RevisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang