"Monster!"
"Eh?"
"Kau ini apa-apaan?" Pasha menarik lengan Avelina menghindari kerumunan setelah kalimat luar biasa Avelina keluar dari mulutnya membuat semua orang aneh menatapnya.
"Ayo, kita bicara," titah kakek itu, David melangkah lesu, pandangannya tidak lepas dari Avelina yang sedang berbicara dengan Pasha di bawah pohon.
"Kau gila?"
"Apa?!" Avelina kesal, gadis itu berkacak pinggang.
"Ya kau." Pasha gemas. "Jangan sembarangan berbicara di tempat ini. Apalagi kau menyinggung monster di tengah perayaan besar? Ya ampun! Kau gila!" Pasha menjadi emosi walau suaranya tertahan karena tidak mau sampai terdengar orang-orang.
"Berhenti bilang aku gila!" Avelina tidak kalah mendidih. "Kau yang gila, bodoh! Aku memang melihatnya, bayangan hitam besar itu masuk ke dalam tubuh bayi itu!"
Belum sempat Pasha membalas ucapan Avelina. Salah seorang pengawal istana datang menghampiri mereka.
"Nona Avelina. Anda ditunggu tetua di tenda kerajaan."
Avelina dan Pasha saling pandang. Avelina mengikuti pengawal berbaju besi itu ke tempat yang dimaksud, Pasha penasaran sehingga dia mengikuti mereka.
"Maaf atas kelakuan putriku."
"Ah!" Tetua itu tertawa. "Lihat wajahmu itu, Dave. Tidak usah khawatir. Putrimu memang melihatnya."
David mengangkat wajahnya terkejut.
"Aku memang sudah merasakannya saat bayi itu keluar dari kandungan ibunya. Wajar putrimu melihatnya."
Tidak lama, kain tenda terbuka. Muncul seorang pengawal bersama seorang gadis yang sedari tadi menunduk, merutuki perkatannya tadi.
"Kemari, Nak," interupsi Tetua pada Avelina yang berdiri mematung di tempat.
Avelina melangkah ragu, diliriknya David yang juga sedang menatapnya sendu.
Tetua itu meraih tangan kecil Avelina, "Kau adalah gadis yang kuat. Kau memegang semua warisan Imajiner terdahulu. Kau adalah yang terakhir dan kau adalah penyelesaian," ujarnya kemudian.
Avelina melamun tidak mengerti, David semakin cemas saja sedangkan Pasha yang sudah berada di dalam hanya bisa mengusap wajahnya kasar melihat ekspresi datar Avelina.
Kemudian kakek itu merogoh saku di baju kebesarannya, lalu mengeluarkan sebuah kantung kecil berwarna cokelat. Avelina mengeryit.
"Apa ini, Te-Tetua?" tanya Avelina saat kakek itu meletakkan kantung itu di tangannya.
"Panggil saja aku, kakek." Kakek berumur hampir delapan puluh tahun itu tertawa diikuti Avelina dengan canggung. "Ini adalah serbuk Pohon Fussi."
David dan Pasha memperhatikan dengan seksama. Avelina menelengkan kepala.
"Pohon Fussi?" Avelina tidak mengerti.
Kakek itu tersenyum, "Gunakan ini jika kau melihat monster. Serbuk ini terbatas, gunakan sebaik mungkin."
Avelina terdiam sebentar, mencerna. "Untuk apa serbuk ini?"
Kakek itu menjelaskan, "Pohon Fussi adalah Pohon Lindung, pohon itu mengeluarkan serbuk berwarna emas yang fungsinya untuk memusnahkan sementara mahluk yang berada di dunia manusia. Kau bisa melempar sedikit serbuk itu jika ada mahluk aneh yang berusaha mendekatimu."
Avelina mencerna semua informasi itu. Sungguh dia tidak mengerti. Mengenai Pohon Lindung mengingatkan dia tentang perkataan Carlos. "Apakah Pohon Lindung ada kaitannya dengan Kawasan Hutan Lindung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINATION - New Revision
FantasyKetidakpercayaannya pada sebuah keajaiban malah membawa Avelina Evangelin masuk ke dalam dunia tidak masuk akal. Takdir seolah memilihnya untuk melanjutkan suatu misi yang tidak pernah berhasil di suatu dimensi lain. Siapa sangka, jika orang-orang...
