Daripada menunggu Surdanip dan Reeva yang terkunci di ruang ganti sekolahan, mari kita beralih ke ruang kerjanya Ardean. suaminya Chacha sekaligus ayahnya Daffa.
Tuk! Tuk! Tuk!
Ardean pun memutar bola matanya, ia dengan sabar membuka kaca jendela kantornya.
"Apa?" tanya Ardean dengan wajah yang datar.
Disana sudah terlihat Harris yang terkekeh-kekeh sembari menarik tongkat panjang yang selama ini ia gunakan hanya untuk mengetuk kaca jendela ruang kerjanya Ardean.
"Emangnya bener ye kalau dudukin bisul bisa jadi bantal?" tanya Harris dengan wajah yang polos plus blo'on, ingin rasanya Ardean memukul wajah itu sekali saja seumur hidupnya.
"KEBALIK GOBLOK! YAKALI BISUL JADI BANTAL!" teriak Ardean kesal,
"Diantara gedung elo sama gedung gue itu bawahnya jalan gang loh, elo lama-lama gue jatuhin dari atas sini""Kesel gue" Sudah berpuluh-puluh tahun hidup bersama Harris membuat adrenalin Ardean terjaga dengan baik karena marah-marah terus, namun takut saja darah tinggi.
"Ye kan gue nanya" Harris pun memajukan bibirnya bak bebek sombeng.
"Pertanyaan lo itu gak pernah berfaedah, gak ada kaidah bahasanya, gak ada dasar logikanya, Harris Napoleon!" kesal Ardean.
"Eh Dean" panggil Harris.
"APA?! GAK PENTING LAGI GUE LEMPAR LAYAR LAPTOP GUE KE ELO YE!" kesal Ardean.
"Penting ini" jawab Harris dengan serius.
"Yaudah, apaa?" tanya Ardean.
"Gue suka heran sama orang pas gue jadi hakim sidang" Harris menadahkan kepalanya diatas tangannya,
"Setiap urusan perceraian selalu diawali sama pisah rumah""Kasian aja gitu, rumahnya kek puzzle mainan anak paud kali ya? kudunya beli rumah baru aja yang gak kepisah-pisah gitu kan kelar masalahnya" sambungnya membuat darah Ardean naik sampai ubun-ubun.
"PISAH RUMAH BUKAN RUMAHNYA YANG KEPISAH-PISAH, GOBLOK!" teriak Ardean membanting kaca jendelanya.
"Caelah emosi bener" Harris memonyongkan bibirnya 5 centi.
"Eh, Ris?" sapa Baim, teman satu alumni sekaligus rekan kerjanya Harris sekarang.
"Kok lo pake dasi anak SMA?"Harris pun melihat dasinya, benar saja dirinya memakai dasi sekolah SMA Nusantara.
"Pffftt" sontak karyawan dikantornya Harris pun menahan tawa saat melihat atasannya yang satu ini.
"Permisi, Pak" seseorang pun datang menghampiri Harris,
"Saya Abta, sekretaris barunya bapak""Abta?" Ulang Harris.
"Abta?" Ulang Baim lagi sembari menatap Harris dan Abta berulang kali.
"ABTAHIYYAAATTTT~" Teriak Harris.
"WABSALAAAAMMM~" Sambung Baim menyanyikan lagu Deen assalam.
"Ish, dipercayain buat pergi kerja malah nyanyi!" tiba-tiba Bella muncul dari pintu dan segera menjewer telinganya Harris.
"AKKKKHHHH.. SACKID!" Teriak Harris bak anak kecil yang diomeli ibunya karena menghilangkan tupperware.
Sontak Harris-Bella membuat seisi kantornya Harris tertawa, beruntunglah Bella juga bekerja dengan perusahaan yang kebetulan juga bekerja sama dengan perusahaannya Harris. Kantor mereka hanya tinggal melewati jalan karena bersebrangan, tak heran jika Bella bisa berkunjung melihar suaminya kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG GANTI 2 [Hiatus]
Dla nastolatkówAda apa dibalik ruang ganti? Ruang ganti, ruang kutukan. Itu lah desas-desus yang muncul dari kaum remaja yang mengatakan bahwa siapapun yang terjebak di ruang ganti SMA Nusantara maka akan berjodoh. Reeva, si ketua Osis tahun ini yang terkenal ding...