20

1K 99 1
                                    

Vanesya pun memperhatikan Daffa dari tadi, bukan karena terpana akan ketampanan Daffa namun karena laki-laki populer disekolahnya itu tampak murung dan tanpa ekspresi.

Daffa memang sering tertawa terbahak-bahak namun jarang tersenyum terutama pada gadis-gadis, namun Vanesya yang ceplas-ceplos dalam berbicara pun tak tahan untuk mengomentari Daffa yang bak manekin ini.

"Bang, gue tau agak lancang sih" ucap Vanesya membuat Daffa melirik sejenak,
"Tapi lo bisa gak senyum sedikit aja? gatel tangan gue kalau lo seasem jeruk gitu."

Daffa pun tertawa kecil dan tersenyum ke arah Vanesya setelahnya, namun tak bertahan selama 5 menit.

Vanesya menghela nafas dengan kesal,
"Berhenti aja disitu tuh!" Vanesya langsung menunjuk ke arah sebuah resto kecil.

Daffa hanya mengikuti kemauan Vanesya saja, namun melihat Vanesya tak beranjak pergi dari mobilnya setelah sampai pun membuat dirinya heran.

"Ayo!" ajak Vanesya semakin menambah bingung,
"Gue laper, temenin makan! gue traktir deh, pokoknya harus mau!"

Daffa pun terkekeh, sesungguhnya tak perlu ditraktir juga ia pasti akan menemani Vanesya.

"Buru! Lo keluar dari mobil aja kalah-kalah putri keraton" kesal Vanesya yang turun dari mobil duluan, Daffa pun akhirnya keluar dan mengikuti Vanesya.

Sesampai didalam resto itupun, Daffa menarik sebuah kursi untuk duduk.

"Eits!" Tahan Vanesya tepat sebelum bokongnya Daffa mendarat di alas kursi.
"Pesan dulu di kasir, baru duduk"

Daffa melihat sekelilingnya, ia lupa jika ini adalah resto murah dan bukan resto yang sering ia temui. Pantas saja pelayanannya berbeda. Oh bahkan sepertinya ia salah mengira, ini bukan resto tapi rumah makan.

Daffa sempat berpikir, apakah gaya hidupnya selama ini selalu dikelilingi oleh kemewahan dari turunan keluarganya? Bahkan untuk makan ditempat sederhana seperti ini saja Daffa baru pertama kali mencobanya.

Daffa mau tak mau kembali berdiri dan menyusul Vanesya yang lebih dahulu sampai dikasir.

"Mau pesan apa? Enak banget loh makanan disini!" seru Vanesya melihat-lihat makanan yang sudah tersaji berderet didepannya.

Berbeda dengan Daffa yang terbiasa melihat menu terdahulu lengkap dengan nama makanan dalam bahasa inggris dan kini harus memilih makanan secara langsung.

Seorang pelayan pun memberikan piring lengkap dengan nasi putih kepada Daffa setelah memberikan hal yang sama pada Vanesya,
"Ini, Mas."

Daffa mengerutkan alisnya sesaat setelah mengambil piring itu,
"Ini buat apa?"

"Em..makanannya ambil sendiri, Mas." ucap pelayan itu dengan bingung melihat Daffa yang seperti tersesat di bumi.

Daffa pun mengangguk setengah paham dan setengahnya entah paham atau tidak.

Vanesya ternyata lebih dahulu selesai dan memilih tempat duduk, ia meninggalkan Daffa yang masih bingung harus bagaimana.

"Ini, diambil gapapa?" tanya Daffa yang sedang merasa mencuri makanan bak kucing mencuri ikan.

"Iya, nanti kan dibayar di kasir." jawab pelayan itu masih bingung melihat Daffa, ganteng-ganteng kok bego.

"Oh...," jawab Daffa masih merasa janggal, ia pun mengembalikan piringnya yang polos tanpa lauk apapun ke pelayan itu.
"Gak jadi deh, bayar makanan cewe itu dimana?" tanya Daffa sambil menunjuk Vanesya yang tengah melahap makanan.

"Di sana..," jawab pelayan itu menunjuk kasir, Daffa pun akhirnya membayar makanan milik Vanesya itu ke kasir.

"Gak makan? gue yang bayar kok." jawab Vanesya melihat Daffa duduk didepannya tanpa membawa makanan atau minuman.

RUANG GANTI 2 [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang