12

1.1K 109 2
                                    

"Duh ini Dave kemana sih?" keluh Reeva yang menunggu didepan kelasnya.
"Katanya mau jemput, lupa kali ya?"

"Loh?" Surya yang kebetulan lewat menggunakan motor pun berhenti didepan Reeva,
"Sayang?!"

"Sayang palelu ekor tujuh, nama gue Reeva!" kesal Reeva melihat wajah Surya yang tiba didepannya.

"Sayang Reeva maksudnya, hehe" koreksi Surya,
"Kok masih disini?"

Reeva pun terdiam sejenak,
"Temen lo kemana?"

"Ohh.. Hanip? barusan pulang tuh" jawab Surya menunjuk pagar sekolah.

Reeva pun terdiam lagi beberapa saat,
"Dave?"

"Dave keknya juga udah duluan dia ada tanding basket hari ini, tadi dihukum barengan sama Hanip sama gue makanya mungkin dia telat jadinya buru-buru" jelas Surya membuat Reeva sedikit menundukkan kepala,
"Kenapa emang, Va?"

"Ehm.. gapapa" ucap Reeva dengan pelan.

"Pulang bareng gue yok?" ajak Surya.

"Gak usah" Reeva pun berbalik arah dan pergi.

Namun tiba-tiba sebuah helm menutupi kepalanya Reeva,
"Ah!" Sontak Reeva pun panik dan berbalik badan sembari membuka kaca helm itu.
"Surya!"

"Peek a boo" ucap Surya tepat di depan wajah Reeva sambil tersenyum manis.

Reeva pun hanya bisa terdiam mematung menyaksikan wajah Surya dengan jarak dekat, hingga akhirnya ia terkejut saat Surya menutup kaca helmnya dengan sekali tarikkan.

"Ayo pulang! gue anterin sampai depan pintu rumah, depan pintu kamar juga kalau boleh gue anterin" ucap Surya membuat Reeva memanyunkan bibirnya kedepan.

Surya pun menghentikan motornya yang nyala didepan Reeva,
"Ayo naik!"

"Gue.. gamau pulang" ucap Reeva sambil membuka kaca helmnya lagi, hal itu membuat Surya menyatukan kedua alisnya dibalik helm.

"Kenapa?"

"Lo.. Lo punya tempat bagus ga?" tanya Reeva membuat Surya tersenyum.

---•••---

"YUHUUUUUUU!!!!" Teriak Reeva yang duduk dibelakang motornya Surya, wajahnya terlihat ceria membuat Surya ikut menggoyangkan motor besarnya ke kiri dan ke kanan.

"Lo sering ngebut disini?" tanya Reeva setengah berteriak.

"Iya, disini sepi banget. Ini basecamp geng motor gue tapi nanti malam baru ramai, tempat ini cuma gue, geng motor gue, dan elo yang tau" jelas Surya membuat Reeva menggangguk.

"Anginnya enak disini" ucap Reeva,
"Bisa teriak-teriak juga"

"Coba lo angkat kedua tangan lo dan kedua kaki lo, terus lo teriak senyaring-nyaringnya. Gue sering ngelakuin itu disini dan gue lega seakan masalah gue ilang semua" ucap Surya.

Reeva pun mulai menaikkan jemari tangannya untuk menyentuh angin-angin kencang akibat kecepatan dari motornya Surya yang ia tumpangi sekarang.

Akhirnya ia mengangkat kedua tangannya dan kakinya bak terbang di angin itu,
"YEYYYYYYY!!!"

Hal itu membuat Surya tersenyum dibalik helmnya, mendengar Reeva begitu bahagia adalah kenangan terindah di sepanjang riwayat hidupnya nanti.

"Senang?" tanya Surya membuat Reeva mengangguk kuat.

"Makasih" bisik Reeva,
"Anyway, aneh juga ya"

"Aneh gimana?"

"Yaa... gue liat lo disekolah itu bandel banget, masuk wilayah parkiran motor itu suara motor lo nyaring banget sampai ke kelas gue! kebayang gak nyaringnya gimana?! tapi liat sekarang, gue naik motor lo yang sebenernya paling gue benci suara knalpotnya!" jelas Reeva sambil tertawa.

Surya pun memelankan motornya dan berhenti di tepian, Reeva pun turun dari motornya sedangkan Surya masih duduk di motornya dan hanya melepaskan helm.

"Lo.. pernah ngerasa aneh gak sama gue dan Dave?" tanya Surya membuat Reeva terdiam sejenak kemudian menggelengkan kepala.

"Om Dean atau Om Ardean itu mantan anak geng motor waktu SMA, sedangkan bokap gue itu mantan ketua Osis SMA Nusantara" ucap Surya membuat Reeva menyimak dengan saksama.
"Kalau kata orang, buah jatuh pasti gak jauh dari pohonnya. Menurut gue itu gak berlaku bagi gue dan Dave, nyatanya gue tertarik sama sifat bokapnya Dave sejak kecil bukan sifat bokapnya gue"

Surya pun terdiam sejenak,
"Om Ardean, dia walaupun anak nakal tapi dia tau cara nikmatin hidup yang memang waktunya singkat ini"
"Motor, gue pernah dengar cerita dia kalau motor itu separuh hidupnya. Kecepatan motor itu adalah perasaannya saat itu, suara berisik motor itu adalah suara orang-orang yang membencinya, roda motor itu adalah hukum alam dimana ada saatnya hidup ada di atas dan ada saatnya di bawah. Sedangkan motornya itu sendiri adalah emosinya"

"Kalau ia tidak bisa mengejar sesuatu dengan kecepatan motornya maka perasaannya akan rapuh. Jika ia tidak mendengar suara berisik motornya, ia akan mendengar kebencian orang lain. Kalau roda motornya berhenti, hidupnya tidak akan berubah. Dan kalau dia jatuh dari motornya, berarti ia kalah melawan emosinya sendiri" sambung Surya,
"Itu filsafah dari hidupnya"

Reeva pun terdiam mendengar ucapan Surya.

"Jadi, lo suka motor karena filsafah om Dean?" tanya Reeva.

"Iya, gue tau hidup gue suka kebebasan bukan mengatur atau diatur siapapun" ucap Surya membuat Reeva paham jika Surya jauh berbanding terbalik dengan ayahnya, Jaya.

"Om Jaya gak ngelarang?" tanya Reeva membuat Surya menggeleng.

"Dia bangga gue jadi kek gini, dia serasa ngeliat gue sebagai Ardean yang baru. Ardean yang lebih baik karena orang tuanya ngedukung bukan ngejatuhkan kek masa om Ardean yang dulu" jawab Surya membuat Reeva tersenyum.

"Lalu Dave? sama kek lo?" tanya Reeva membuat Surya terdiam sejenak.

"Entahlah, kalau gue karena ucapan om Dean. Kalau dia mungkin beda, Dave itu orangnya susah ditebak pikirannya kemana" jelas Surya.

"Kalian berdua keknya memang udah dekat sejak kecil ya" gumam Reeva namun masih terdengar Surya.

"Bener! Bahkan gue sama Dave dan abang lo Hanip itu gak pernah kenal kelai masalah sekecil apapun, gue bahkan nganggap mereka itu saudara gue walau beda sifat dan pola pikir" jawab Surya bangga.

"Pasti asik" jawab Reeva tersenyum.

"Iya, apalagi kalau ada lo" jawab Surya sambil tersenyum, Reeva pun menanggapinya dengan tersenyum juga.

"Out of topic, gue gak yakin lo beneran suka sama gue. Paling cuma jadi bahan pembicaraan doang kan? ngaku lo" ucap Reeva sambil menyikut Surya.

Surya pun hanya terdiam menatap Reeva,
"Awalnya sih iya, cuma jadi bahan disaat gak ada omongan"

"Tapi kalau beneran, gapapa kan?" ucap Surya membuat Reeva terdiam mematung.

"Gue tau lo ketua Osis dan gue anak brengsek, tapi kalau lo jadi milik gue.."
"Jadi anak baik itu semudah membalikkan telapak tangan apalagi dengan alasan demi elo" sambung Surya.

Reeva pun terdiam cukup lama,
"Ahh seharusnya kita gak bahas ini, udah ayo pulang"

Reeva mengambil helmnya dan menyikut lengan Surya,
"Ayo pulang!"

Surya pun menarik tangan Reeva dengan pelan,
"Gue.. gue bakal tunggu saat lo berani buka hati buat gue"

"Ish iya bawel" sambar Reeva sambil menaiki motor Surya.

Surya pun tersenyum sembari menyalakan mesin motornya.

"Gue bakal tunggu saat dimana hati lo bisa luluh sedikit demi liat perjuangan gue" -Surya

RUANG GANTI 2 [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang