Daffa pun merebahkan kepalanya pada loker baju di dalam ruangan olahraga di sekolahnya, dirinya melihat ponselnya. Terlihat ia sedang memegang 7 tiket VIP untuk penonton pertandingan tim basket nasional besok, tiganya untuk Ayah, tante Kinan, dan Kakeknya, satunya untuk Hanip, satunya untuk Surya, dan satunya...,
Untuk Reeva.
Entah mengapa hatinya begitu berat mengundang adik perempuan Hanip itu. Mungkin karena Daffa tau ada Surya di sana.
Seseorang pun datang dan mengambil tiket itu dari tangan Daffa, ternyata itu Surya. Ia hanya mengambil 3 tiket dan mengembalikan sisanya ke Daffa lagi.
"Cie..., mau ngasi Vanesya ye buat tiket yang terakhir!" ejek Surya.
Hanip yang baru saja datang pun mengambil satu tiket dari tangan Surya,
"Gue datang alone dong, ya kali gue datang bawa Napo sama Leon"Napo dan Leon, kucing jantan kesayangan Hanip. Diambil dari marganya, NAPO-LEON.
"Kan ada gue yang jemput lo sama Reeva," jawab Surya.
"Halah sok polos lo, njing. Palingan di mobil yang lo ajak ngobrol cuma Reeva! Gue?! Gue apaan anjing?! Nyamuk yang nyasar di dalam mobil doang mah gue!" kesal Hanip yang on the way menjadi korban tak terlihat diantara hubungan Surya dan Reeva.
"Ya habis elo sih nongol diantara dua orang." jawab Surya terkekeh.
"LO KATA GUE SETAN?!" Hanip langsung menolakkan kepala Surya hingga terbentur ke salah satu loker. Untung saja benturannya pelan, kalau kuat bisa habis memori Surya.
"Nyante dong abang ipar...," bujuk Surya.
"Halah tai kucing, di sini aja lo anget giliran udah lama cuma bau-bau busuk doang." gerutu Hanip.
"Support dong elah biar gue sama Reeva...,"
Hanip pun memasukkan kedua tangannya ke saku celana,
"Bukannya gue gak sport tapi-""Support bukan sport." sambar Daffa yang tengah duduk mendengar perdebatan mereka berdua.
"Nah itu. Bukannya gak SSSSSSUUUPPORT, gue cuma gak yakin lo bisa jagain adik gue. Secara lo gonta-ganti cewek mulu tiap bulan udah kek cek kandungan kehamilan." jelas Hanip agar Surya mengerti.
"Bangsat...," umpat Surya.
"Janji dah ini yang terakhir.""Terakhir bulan ini, bulan depan awal yang lain lagi." jawab Hanip, Daffa hanya terkekeh.
"Eh tapi ye, Nip. Lo pernah gak sih sister-complex sama Reeva?"
"Complex? perumahan?" tanya Hanip dengan wajah lugu.
"Bukan sial, sister or brother-complex elah. Suka sama saudara sendiri." jelas Surya.
"Kaga lah anjiran. Amit-amit, gue juga normal kali" ucap Hanip menoyor kepala Surya.
"Ya, atau lo pernah cikcok sama Reeva? Misal ciuman atau pelukan gitu?" seru Surya kepo.
"Pikiran lo ke fiksi-fiksian sih! Yakali gue nyium tu anak yang pagi aja malas gosok gigi! pelukan sih sering waktu kecil malah waktu kecil itu gue tidur sekamar sama dia. Biasa aja sih, lo aja yang baperan."
"Serius? Soalnya biasanya saudara gitu ya jatuhnya ke cinta-cintaan. Kali aja lo bisa kelepasan." tuduh Surya.
"Gue nafsu juga ada batasan lah. Gak kek elu!" kesal Hanip.
Surya pun hanya tertawa.
Mendadak Daffa tersadar, ia teringat akan ramalan ruang ganti yang dikatakan Vanesya. Seandainya ramalan dari kutukan itu benar, lantas Hanip yang sebagai abangnya Reeva, bagaimana?
Daffa sontak melihat Hanip yang masih bergurau dengan Surya.
Kalau kutukan itu benar, apa perasaan Hanip bisa berubah sama Reeva? -Daffa
---•••---
Reeva pun keluar dari kelasnya, Surya yang sudah menunggu Reeva pun langsung mendatangi gadis dingin sedingin es itu.
"Va! Nih!" Surya langsung memberikan sebuah tiket VIP dari Daffa tadi itu.
"Apaan nih?" tanya Reeva.
"Itu, Dave mau tanding basket besok. Datang bareng gue sama Hanip ya? Lo siap-siap! Nanti kalian berdua gue yang jemput." ucap Surya dengan bersemangat.
"Ha?" Reeva pun tercengang.
DAVE?! SERIUS?! HUSBAND GUEEEE! -Reeva
"Dateng ya? Gue tau lo gak terlalu dekat sama Dave, tapi kedatangan lo ya lumayan lah buat dukungan dia. Lo tau kan nyokapnya Dave sibuk. Teman-teman dia doang yang bisa dia banggain." jelas Surya membujuk Reeva.
Haha..., tanpa dibujukin juga Reeva mau 100% tanpa diskon atau potongan pajak.
"Oh. Iya, nanti gue tunggu."jawab Reeva berusaha senormal mungkin, ia langsung pergi meninggalkan Surya.
"Eh, bareng dong. Gue anterin aja ya? Hanip udah duluan pulang tuh. Biar kita bisa cikcok juga lah. Hihihi..." ajak Surya beriringan dengan Reeva.
Daffa yang melihat dari kejauhan pun hanya bisa diam, kini tiketnya hanya tersisa satu. Harus ia berikan pada siapa? tiket untuk Reeva saja sudah diberikan oleh Surya. Mau dibuang satu tiket terakhir ini juga mubazir.
"Bang Dave...," panggil seseorang dari belakangnya Daffa. Daffa pun memutar kepalanya dan tersenyum kecil.
"Irene...?" panggil Daffa sedikit melupakan nama gadis itu.
"Irene yang ekskul balet kan? Anak bahasa kan?"Gadis imut itu hanya menggaruk kepalanya sejenak, kemudian memberanikan diri menatap Daffa.
"Semangat buat lombanya!" ucapnya setengah berteriak, ia langsung berbalik dan berlari meninggalkan Daffa.
"Loh? Ren! Irene!" Daffa pun berteriak memanggil Irene. Namun, semakin dipanggil justru gadis itu semakin berlari kencang.
"Lah lari? Padahal mau gue kasi aja ni tiket ke dia kebanding dibuang. Terus, ini gue kasih ke siapa dong?"Irene Asyifa, penggemar ke 1789-nya Daffa. Ia adik kelasnya Daffa. Daffa sudah berkali-kali memergokinya yang sedang memoto, melirik, tersenyum, dan salah tingkah saat melihat dirinya yang sedang latihan basket akhir-akhir ini. Padahal sebelumnya Irene tak pernah begitu.
Daffa hampir saja lupa kejadian pertama kali bertemu Irene, yaitu saat Daffa tak sengaja melempar bola basket dan bolanya mendarat tepat di kepala Irene itu. Ya, mungkin tak hanya kepalanya Irene yang geger tapi hatinya ikut geger setelah Daffa menolongnya.
"Cie...," ledek Vanesya menepuk punggung Daffa.
"Paan? Dateng-dateng main cie aja lo." tanya Daffa bingung.
"Irene cie..., Irene..., gue sahabat kecilnya Irene nih. Ada salam ga nih buat Irene?" usil Vanesya meledek Daffa yang ekspresinya selalu datar itu.
"Mabok lo?" tanya Daffa kesal.
"Nah kebetulan ada elo nih!" Daffa pun mengulurkan tiket ke Vanesya.
"Awas sampai ga dateng!"Daffa pun pergi setelah memberikan tiket VIP itu kepada Vanesya. Vanesya memanyunkan bibirnya kemudian ia berlari ke kelas bahasa.
"Woy, Rene...," panggil Vanesya sambil duduk di samping Irene. Ternyata Vanesya tidak berbohong, Irene memang sahabat kecilnya.
"Nih! Dave nitip ini ke lo. Katanya awas sampai ga dateng."
"Dikira gue mak comblang apa, ngasi ini ke lo aja kudu lewat gue."Yups! Vanesya salah tangkap. Ia kira Daffa memberikan tiket itu untuk Irene. Sontak Irene pun kegirangan bahkan memeluk Vanesya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG GANTI 2 [Hiatus]
Teen FictionAda apa dibalik ruang ganti? Ruang ganti, ruang kutukan. Itu lah desas-desus yang muncul dari kaum remaja yang mengatakan bahwa siapapun yang terjebak di ruang ganti SMA Nusantara maka akan berjodoh. Reeva, si ketua Osis tahun ini yang terkenal ding...