Bab.4 Kakak lelaki Tania

32 2 0
                                    

Aku teringat Nia adik bungsuku yang sudah meninggal dunia. Kini aku  seperti anak perempuan " tunggal" di keluargaku, karena kakak lelakiku sedang studi di Turki dan pulang setelah beberapa bulan kemudian. Aku sungguh kesepian.

Ayah dan ibu amat protektif terhadapku semenjak kepergian Nia.  Saat aku sedang melamun, Tania tiba-tiba mengagetkanku, ia tersenyum persis di depan wajahku. Hampir saja air liurnya mengenaiku jika ia tidak segera mengusapnya.

Aku tersenyum. Tania benar- benar mirip Nia, adikku. Tingkah laku dan cara bertindaknya begitu mirip. Apakah ini kebetulan? Apakah pengidap down sindrom seperti ini?
Aku benar-benar sangat menyayangi Nia terlepas dari keadaannya. Aku juga sangat menyayangi Tania. Nia dan Tania. Keduanya begitu spesial di hatiku.

Baru kusadari...
Ada seseorang yang menatap kami.

Ternyata... bukan hanya ada aku dan Tania saja di pagi ini. Seseorang sedang mengawasi kami berdua dari jarak beberapa meter. Aku tidak menyadari keberadàanya karena fokus pada Tania dan fokus juga pada lamunanku. He..he..he.

Ia berada di sekitar sekolah ini.  Ya... di sekitar sekolah ini. Rupanya ia mengantar Tania ke sekolah pagi ini. Tidak biasanya, karena Tania suka diantar oleh supir pribadi dan aku mengenal supir Tania.

Apakah ini supir Tania yang baru? Kenapa penampilannya  sangat keren dan gentleman. Bukan bermaksud membedakan, tetapi penampilannya luar biasa keren. Duh..ada apa denganku.

Tatapannya  lurus  menuju ke arah kami berdua. Entah sudah berapa lama ia mengamati aku dan Tania. Ia tinggi dan sangat tampan. Lelaki berkarisma. Siapa dia?

Lelaki itu sangat gagah, menggunakan kaca mata hitam, mengenakan kemeja putih dan bercelana bahan hitam.  Wajahnya begitu cool dan nyaris tanpa senyum. Aku tidak melihat matanya karena tertutup kaca mata hitam. Tapi aku tahu ia mengamati kami. Duh.. terciduk deh.

Tania  kemudian melambaikan tangan ke arah lelaki itu dan tersenyum. Lelaki itu balas melambaikan tangan ke Tania kemudian masuk ke dalam mobil mewahnya. Mobil lamborgini.

Aku hanya bisa terdiam. Astagfirullah... dadaku berdebar. Mungkinkah ia melihatku cukup lama  dan aku tidak menyadarinya. Lagi-lagi aku Geer.  Tidak sepatutnya aku menatap lelaki tampan yang bukan mahramku. Aku begitu malu. Pada pada Tuhanku.

" Siapa...dia Tania..., " tanyaku pada Tania yang sibuk mengelap wajahnya. Ia terbiasa mengelap wajahnya.

" Kakak Aldino..., ka..ka..kakakku.., " ucapnya polos. Mata berbinar bahagia.

" Oh.., " mulutku membentuk huruf O.

" Kakak..  ka..kakak..mengantarku..," lanjutnya bahagia sambil melihat ke arahku.

Aku terpana.. Mulutku masih  menganga.
Tania dan kakak lelakinya? Sungguh...bagaikan bumi dan langit.
Lelaki keren dan tampan itu kakak Tania. Aku masih tak percaya.

Seindah Bunga Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang