Bab 1. Tania

58 2 0
                                    

Gadis berumur 17 tahun itu bernama Tania. Ia mengenakan name tag yang bertuliskan ...TANIA ADIPUTRA LAKSONO. Wajahnya putih bersih, hidungnya mancung dan berambut panjang sebahu. Rambutnya berwarna hitam pekat. Mata gadis itu berwarna biru. Sungguh indah kedua mata itu.

Tubuhnya tinggi sekitar 170 cm. Lebih tinggi dari seukuran gadis lain yang ada di kelas ini,  namun ada hal yang berbeda dari gadis ini. Ia bertingkah laku  seperti anak yang baru berusia 5 tahun.

Air liurnya selalu menetes seakan akan membasahi pakaiannya yang mewah. Oh..ternyata ada semacam lap kain yang tergantung di depan pakaiannya. Sesekali ia mengusap mulutnya dengan lap itu. Lap itu melindungi pakaian mewahnya.  Ia terlihat cantik mengenakan atasan blus berwarna putih dan rok panjang biru  di bawah lutut.

Aku memperhatikannya dengan seksama. Ini kali pertama  dan juga hari pertama aku menjadi guru di SLB Citra Buana. Sebuah sekolah luar biasa yang berprestise tinggi. Tempat anak orang kaya berkebutuhan khusus bersekolah.

Aku ditempatkan untuk menjadi guru SLB di sebuah kelas yang terdiri dari 5 orang. Salah satunya di kelas gadis itu. Kelasku berjumlah 5 orang terdiri dari 2 putri  dan 3 putra.  

Gadis itu duduk di pojok ruangan kelas. Matanya terlihat sedih dan ia termenung sendiri. Sesekali Ia menatap kosong  ke arah luar sambil duduk dan  memegang kedua lututnya.  Sesekali ia tertawa sendiri. Sungguh gadis yang aneh.

Aku mulai mendekati gadis itu dan ingin berkenalan.  Aku memperkenalkan namaku padanya sambil jongkok. Aku mensejajarkam diriku dengannya. Ia menatapku dengan tatapan aneh. Air liurnya mulsi menetes.

" Hai..., namaku Bu Yasmin..., " sapaku hangat sambil menyodorkan tangan kananku ke arahnya.

Ia bingung dan menatap mata dan tanganku bergantian. Ia diam saja.

" Namamu siapa...?" tanyaku lagi sambil tersenyum.

Ia beringsut ke pojok. Sepertinya ia takut melihatku. Mata birunya menatapku tajam. Ia kemudian menenggelamkan kepalanya ke dalam lututnya yang ditekuk. Ia tidak mau menjawab dan aku tidak mau memaksanya.

Aku kembali ke tempat duduk. Aku melihat keempat muridku duduk di kursinya masing-masing, kecuali Tania yang masih duduk di pojok sana.

Kami mulai memperkenalkan diri. Ada Runi yang kakinya pincang dan tidak mempunyai satu tangan. Rangga yang tuna runggu. Faishal yang down sindrom dan Rani yang bisu. Semuanya dengan keterbatasannya masing- masing begitu antusias ingin berkenalan denganku dengan caranya masing-masing. Tiba- tiba Rangga mengedipkan matanya padaku. Aku tertawa melihat tingkahnya.

Resmilah aku menjadi guru mereka. Petualanganku pun kini dimulai.
Aku gadis berusia 25 tahun dan berkerudung syar' i mulai memahami mereka sebagai murid yang harus aku didik dan sayangi.

Seindah Bunga Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang