22. Cintaku pada Arman

11 3 0
                                    

Selesai melaksanakan sholat Magrib. Aku mencium tangan kanan Arman. Arman balas mencium keningku dengan penuh kelembutan. Aku terharu dan bahagia. Senyumku mengembang. Secepat inikah aku jatuh cinta padanya?

Ia kemudian membuka dan membaca Al Qur'an. Suara Arman sangat lembut dan merdu. Ia membacakan surat Ar Rahman untukku. Suaranya menyentuh kalbuku. Lembut dan menyejukkan.

Aku menyimak bacàannya yang sangat tartil. Sesuai tajwid dan mahrojul Quran. Dari mana ya Arman belajar membaca AlQur'an?

Ingatanku melayang pada Kak Ahmad tersayang. Pasti Arman belajar dari Kak Ahmad tentang Al Qur'an. Kak Ahmad adalah best friendnya. Kak Ahmad pandai membaca dan menghafal Al Quran.

Selesai membaca Al Quran.
Aku menanyakan padanya dimana dia belajar.

" Mas Arman... dari mana, belajar Al Quran?" tanyaku lembut. Arman menatapku manja.

Ia tersenyum...

" Tebak..., dari mana aku belajar...?" Arman balik bertanya. Matanya lurus menatapku yang memainkan ujung mukena putih berbordir emas. Aku selalu geer ditatap Arman. Cie..cie..

Aku menggelengkan kepala.
Arman mencubit hidungku yang mancung.

" Mau tahu aja, tahu bulat, tahu sumedang, atau tahu banget..." jahilnya Arman keluar deh. Senyum jahilnya mulai lagi.

Aku pura-pura cemberut dan mengangkat bahu.

" Mau tahu goreng aja...aku lapar..
" ucapku sok manja, aku mulai mengikuti keisengannya. Mulutku mengerucut... sok marah dan sok manja.

" Aih...marah ya..? Jangan marah dong sayang. Baiklah..aku belajar dari kakakmu, puas sayang...? Ucapnya menggoda.

Tebakanku ternyata benar...

Aku diam saja...

Ia mulai mendekatiku dan tiba-tiba mengelitik pinggangku. Aku tertawa tergelak karena kelitikkannya

" Ha..ha..ha..Stop..., sudah.., sudah...," aku tertawa terbahak- bahak karena geli. Arman tidak berhenti menggodaku.

" Yasmin yang lucu dan cantik..., mau menggoda suami ya...?" ucapnya sambil terus mengkelitikku.

Aku pun kemudian mendorongnya untuk tidak mengkelitikku lagi, kemudian aku segera berdiri dan lari keluar mushola. Kabuurrr.....

Aku menghindari Arman. Dadaku berdebar. Antara bahagia, kikuk, malu, karena ini kali pertama ada lelaki yang sedekat ini denganku.

Walaupun kami sudah menikah. Kami menikah belum lama. Aku tetap saja malu. Wajahku memerah. Arman paling suka melihat wajahku yang putih memerah. Humaira... katanya.

Ternyata.. tanpa ku duga, Arman mengejarku keluar mushola. Aku tak bisa lepas darinya. Larinya begitu cepat, tanganku tertangkap olehnya . Ia kemudian memelukku dari belakang. Dadaku berdegup kencang.

" Mau lari kemana..?" Ucapnya saat sudah menangkapku.

Aku terdiam dan tersenyum.

Malam ini aku sangat bahagia. Suamiku penyayang, pengertian, kaya, dan sholih. Dunia terasa sangat indah.

Aku beruntung mendapatkan Arman yang humoris dan baik hati. Sifatnya yang lembut dan pandai mengambil hati membuatku beruntung mendapatkannya. Sungguh beruntung.

Ya Allah, terima kasih atas segala karuniaMu. Memiliki Arman, sungguh membuatku sangat bahagia. Semoga aku bisa terus bahagia bersamanya.

Oh.. AKU SUDAH JATUH CINTA PADA ARMAN.

Secepat inikah...?

Allah Maha membalikkan hati. Aku yang tadinya tidak yakin bisa mencintai Arman, kini benar-benar jatuh hati dan menyayanginya sepenuh hati. Ada pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang

Kini aku sangat yakin... hatiku hanya untuk Arman seorang. Untuk suamiku seorang

" I love you..., " ucapnya di telingaku.

" I love you too, " balasku malu- malu dengan suara pelan. Arman mendengarnya dan tertawa bahagia.

Seindah Bunga Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang