Aldino yang biasa dipanggil kakak Al oleh Tania, selalu mengantar Tania hampir setiap hari. Al hanya mengantar Tania sampai di gerbang sekolah saja. Ia begitu baik memperlakukan adiknya, namun demikian, Al tidak pernah mengantar Tania sampai ke kelasnya. Mungkin ia terlalu sibuk.
Aku memperhatikan Tania dan Al dari dalam kelas. Aku memang terbiasa datang di pagi hari, sebelum murid-muridku datang. Aku sangat menghargai waktu dan disiplin terhadap waktu.
Setelah aku datang, biasanya Tania yang kedua datang diikuti oleh murid-muridkuku yang lain. Tania begitu bahagia. Sangat bahagia. Ia begitu semangat sekolah.
Dari jendela ruang kelask, Aku melihat Al tampak tampan dan elegan. Ia tetap memakai kaca mata hitamnya. Sebuah ciri khasnya. Ia tersenyum manis saat memandang Tania, adiknya. Ia melambaikan tangan kepadanya, kemudian masuk ke dalam mobil dan beranjak pergi.
Aku teringat kepada Kak Ahmad, saat melihat sikap Al pada Tania. Al terlihat sangat protektif dan penyayang. Kak Ahmad juga sangat menyayangi aku dan Nia, adikku. Air mataku menitik membasahi pipiku. Aku rindu kakak lelakiku tersayang dan juga Nia adikku.
Aku mengusap air mataku dengan sapu tangan berwarna pink. Saat masuk ke kelas, Tania kaget melihatku menangis. Ia segera menghampiriku, menuju tempat aku duduk. Ia duduk menatapku. Aku dan Tania duduk berhadap-hadapan di dalam kelas.
Seperti biasa, Tania selalu membawa dan memberiku bunga berwarna putih sebanyak satu tangkai. Ia memberiku bunga putih itu hampir setiap hari. Ya setiap hari.
Aku selalu menyimpan bunga dari Tania di vas bunga putih transfaran yang ada di atas mejaku. Bunga pemberiannya terlihat sangat indah, segar dan alami. Aku memang sangat menyukai bunga apa saja, namun bunga ini terasa sangat istimewa. Putih, bersih, indah bagai Tania. Setulus Tania.
" Bu gulu...jangan..me..me ..nangis...," matanya berkaca-kaca menatapku iba. Sepertinya Tania ingin menolong.
" Bu guru..., ga apa-apa, Tania...," aku tersenyum menatap matanya yang indah. Ku lihat ia mengelap mulutnya yang basah.
" Bu..bu..nga..i..itu..dari kakak Al..buat ibu..kakak ..su..suruh ..Tania.
...bawa..bu..bunga.. bu..buat bu gulu ca..cantik" ucap Tania dengan gagap dan polos mengungkapkan isi hatinya.Aku terkejut. Benar-benar terkejut. Jadi selama ini, bunga- bunga putih itu pemberian Aldino, kakak Tania dan bukan berasal dari Tania.
Aku menghela nafas panjang. Wajahku memerah. Aku kemudian minum air putih yang ada di atas mejaku beberapa teguk. Aku benar- benar kaget dibuatnya.
Adino, kakak Tania suka padaku? Mana mungkin lelaki setampan dirinya tertarik padaku yang berwajah biasa-biasa saja. Aku merasa tidak cukup cantik.
Aku berusaha untuk tidak kegeeran. Tapi mana mungkin Tania yang polos ini berbohong padaku. Aku juga tidak melihat gelagat Aldino suka padaku. Mungkinkah Tania halu alias berhalusinasi?
Hari ini hatiku berdebar tidak keruan. Aku harus bisa menjaga hati. Hari ini aku tidak konsentrasi mengajar.
Aku begitu bimbang. Ku lihat bunga putih yang cantik itu di dalam vas. Cantik bagai tanpa dosa. Jadi selama ini Aldino yang mengiriminya bunga putih melalui Tania? Apa maksud Al? padahal selama ini aku mengira Tania yang mengirim bunga putih itu. Duh..ada apa dengan hatiku ini?
Aku harus konfirmasi terkait hal ini dengan Aldino.. ya itu harus. Aku harus meluruskan hal ini dengan Al. Aku harus bicara pada Al. Jangan sampai hatiku menjadi galau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Bunga Putih
General FictionSeorang gadis bernama Yasmin dan berasal dari kota hujan, Bogor. Yasmin bersyukur terlahir dari keluarga yang harmonis. Yasmin merasa sebagai anak " tunggal" dan perempuan satu-satunya dari keluarga Sastrohadiasuwiryo, karena adik perempuannya s...