Bab 3. Bunga dari Tania

37 2 0
                                    

Tania sudah mau bergabung dan merasa nyaman di kelas dengan teman-teman sekelasnya. Aku melihat ia mulai merasa bahagia dan tatapan matanya tidak kosong.

Sudah hampir 2 bulan aku mengajar di sini dan perkembangannya sudah banyak kemajuan. Ia sudah mulai tersenyum dan mau bergabung walau sesekali kembali ke"pojok nyamannya". Aku membebaskan pilihan pada Tania. Selama Tania merasa nyaman.

***

Di pagi yang indah, matahari bersinar dengan cerah. Angin bertiup sepoi-sepoi membelai kerudungku. Aku begitu terkejut melihat seorang yang kukenal berdiri di depan kelasku.

Ia menatapku dengan mata berbinar-binar. dan tersenyum bahagia. Ia melambaikan tangannya seolah-olah ia penggemar beratku. Wah..aku sudah kegeeran nih. He..he..he..

Aku membalas senyumannya dan melambaikan tanganku ke arahnya. Ku lihat air liurnya menetes dan ia segera mengelapnya. Senyumnya begitu sumringah. Aku tidak pernah jijik melihat Tania seperti itu. Aku justru merasa kasihan kepadanya.

Aku sayang pada Tania dan sayang pada murid-muridku yang lain. Mereka makhluk Allah. Melihat mereka, aku semakin bersyukur atas karunia Allah kepadaku.

Aku menangis dan teringat adikku yang juga down sindrom. Mirip Tania. Sayang adikku sudah meninggal dunia 2 tahun lalu, karena leukeumia. Tania mengingatkanku pada adikku tersayang. Aku meneteskan air mata jika mengingat Nia. Adikku.

Tania masih di sana. Segera kupercepat langkahku. Aku tersenyum. Tania dan Nia. Aku beruntung memiliki mereka dalam hidupku.

" Hai...Tania..., " sapaku saat aku sudah dekat dengannya.

" Bu gu..lu..Yas..min.., " Tania menyebut namaku dengan terbata-bata.

" Sudah lama menunggu...?" tanyaku sambil tersenyum ke arahnya.

Ia mengangguk malu. Aku melihat kedua tangannya disembunyikan di belakang punggungnya. Kemudian ia menyodorkan sekuntum bunga berwarna putih. Ia memberikannya padaku.

" Untuk... ibu...gulu.. Yasmin.." katanya sambil tersenyum.

Aku menerima bunga pemberian Tania dengan hati bahagia.

"Terima kasih Tania...," ucapku sambil terharu.


Seindah Bunga Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang