13. Menjelang Hari Pernikahan

21 3 0
                                    

Ya..satu bulan lagi aku akan menikah dengan Arman. Menikah di akhir bulan Oktober. Sekarang masih akhir September. Waktu berlalu begitu cepat.

Waktu satu bulan terbilang sangat singkat untuk semua persiapan perhelatan besar. Orangtuaku sangat bahagia karena aku akan menikah. Terlebih aku akan menikah dengan anak sahabat ayah sekaligus sahabat Kak Ahmad. Mereka sangat bahagia.

Aku bak puteri Cinderella jaman now. Entahlah...aku sudah membuat iri semua teman-temanku yang belum menikah. Mereka berkata, sangat iri sekaligus bahagia untukku.

Aku akan menikah di akhir usia 25 tahun menjelang 26 tahun. Arman berusia lima tahun lebih tua dariku. Ia seusia Kak Ahmad. Teman dekat dan sahabat Kak Ahmad.

Aku baru bertemu dengannya saat itu. Kak Arman selalu menyebut nama sahabatnya yang bernama Arman. Aku familier dengan namanya, tapi baru saat itu melihat wajahnya.

Subhanallah..Arman sangat tampan..benar -benar sangat tampan..tapi entah.. aku tidak jatuh cinta padanya. Entahlah... aku berharap bisa mencintainya suatu saat nanti. In sya Allah.

Aku bertemu dengan Arman, saat ia bertamu ke rumahku. Ia melihatku saat aku baru pulang mengajar, tepat di pintu menuju ruang tamu.

Matanya yang coklat terkesima melihatku. Aku melihatnya juga yang menganga melihatku.. ia begitu terpesona padaku kalee ya... he..he.. dan segera saat itu aku menundukkan pandanganku dan cepat-cepat masuk menuju kamarku.

Kak Ahmad yang jail langsung menggodaku saat Arman sudah pulang. Aku mencubit pinggang Kak Ahmad yang meringis kesakitan.

" Rasain...," kataku pura-pura galak.

Kak Ahmad tertawa terbahak-bahak dan kemudian keluar kamar.

Setelah kak Ahmad keluar..

Aku kemudian terdiam, terlintas dalam benakku, Arman sangat menyukaiku. Benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama. Menurut Kak Ahmad, Arman sudah jatuh hati seberat 1 ton padaku. Ih..lebayy..tuh kakakku.

O ya katanya,Arman akan segera mempersuntingku. Takut aku diambil orang katanya. Aku benar-benar kaget. Ia bergerak cepat...sangat cepat mendekati orang tuaku, meminta izin mempersuntingku dan meyakinkan orangtuanya bahwa aku gadis yang tepat untuknya dan Ia ...BERHASIL membujuk mereka.

Ia juga berusaha terus agar aku berkata " Ya". Begitu gigih dan pantang menyerah. Luarrr biasa.

Benar...tak berselang lama sekitar 3 bulan. " Perjuangannya" untuk mendapatkan persetujuan dariku berhasil. Janji Arman terpenuhi. Ia benar- benar gigih hingga aku mengangguk dan berkata " Ya". Ya .. aku mau menerimanya menjadi qowwamku ( imamku). Resmilah aku bersedia dilamar Arman.

Sst.. Arman sebenarnya ia menyatakan cintanya melalui sms dulu dan ingin melamarku. dan aku membalas smsnya setelah aku sholat Istikharah. Akhirnya "Ya" aku menerimanya.

Saat aku menerima lamarannya, Arman menangis bahagia. Kok aku bisa tahu Arman menangis?

Tentu saja ada informan handal yaitu Kak Ahmad. Kak Ahmad memberitahuku, Arman menangis bahagia dalam sujud panjangnya saat sholat tahajud bersama Kak Ahmad.

Kak Ahmad pun ikut terharu. Aku pun terharu mendengar cerita dari Kak Ahmad. Sebegitu besarkah rasa cinta Arman padaku. Hiks..hiks..hiks..

Arman seorang tipe pengusaha ulet yang akan berjuang hingga ia menang. Saat ia mendengar aku bersedia menjadi pengantinnya, hatinya menangis terharu dan gembira bercampur menjadi satu.

Oya.. masih kata kak Arman lho...
Selesai sujud panjangnya, Ia memeluk Kak Ahmad dengan erat hingga Kak Ahmad sesak nafas.

Kak Ahmad memang menyempatkan segera pulang dulu ke Indonesia, karena Arman ingin Kak Ahmad memberinya izin untuk menikahiku. Padahal Kak Ahmad pulang 6 bulan sekali. Kak Ahmad juga bahagia. Bahagia untuknya dan untukku.

Arman membatalkan janji dengan relasi bisnisnya hanya karena ingin segera memberitahu keluarga besarnya tentang berita gembira ini.

Ada apa dengan Arman?( AADA)

Kini rumahku sudah dipercantik. Pakaian pengantin sudah dipesan. Gedung sudah ready. Semua menggunakan EO terkenal dengan biaya fantastis yang membuat aku bergidik. Semua biaya berasal dari Arman.

Ya... Arman tidak memperbolehkan sepeser uangku dan juga uang orangtuaku terpakai untuk seluruh pembiayaan pernikahan ini.

Arman begitu memanjakanku sampai hal terkecil sekalipun. Arman sangat tergila-gila padaku. Ia benar-benar sudah jatuh hati padaku. Hatinya terkunci untukku. Arman berhati mulia. Aku tidak tega menyakitinya.

Arman memberiku hadiah berbagai perhiasan mahal dan benda berharga lain. Aku sudah berusaha menolaknya dengan halus. Namun seperti biasa, Arman akan terus berusaha sampai aku menyerah dan menerima hadiahnya. Sebenarnya, aku bukan tipe cewek matre. Aku menyimpan barang pemberiannya dengan baik.

Kenapa Arman begitu baik padaku? Padahal ia tahu, hatiku masih belum penuh mencintainya. Masih belum mencintainya. Hanya sebatas menyukainya sebagai sahabat kakakku dan aku sangat menghargainya sekaligus menghormatinya.

Untuk mencintainya sekarang. Masih belum. Entah nanti...Semoga saja.

Undanganku telah sampai kepada Al. Entah apa reaksi Al dan Tania selanjutnya?

Seindah Bunga Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang