16. Hari H itu...Akhirnya Tiba

13 3 0
                                    

Yasmin POV

Hari H itu akhirnya tiba.

Semua persiapan sudah terencana dengan baik. Bahkan sangat baik. Mulai dari yang terkecil sekalipun. Arman seorang yang sangat perfect. Ia  selalu mengutamakan dalam hal kualitas. Pilihannya selalu bagus dan sempurna. Dalam hal apapun juga.

Aku memakai pakaian pengantin yang sangat lux. Karya desainer yang namanya sudah dikenal banyak orang. Harga pakaian pengantin ini sepertinya mahal. Mungkin sangat mahal. Aku malu jika harus menanyakan pada Arman berapa harganya?

Hiasan payet beserta bordir indah  disertai mutiara asli sebagai pemanis, menambah begitu mewahnya pakaian ini, belum lagi pakaian pengantin ini hanya dibuat satu-satunya.

Pakaian pengantin itu khusus  dibuat untukku. Arman begitu mencintaiku. Sangat mencintaiku. Ia meminta perancang itu datang secara khusus untuk mengukur dan memastikan bahwa pakaian itu akan pas untukku.

Aku memandang kaca yang ada di depannku. Terlihat di dalam pantulan kaca itu, seorang gadis cantik dalam balutan pakaian pengantin mewah.

Aku tidak percaya, aku bisa secantik itu. Arman selalu menyebutku sebagai bidadari. Kata-kata itu aku dengar dari Kak Ahmad. Kak Ahmad memang suka sekali menggodaku.

Aku terdiam... lama.. memandang jauh ke arah kaca itu. Aku tidak merasa cantik. Tetapi orang-orang di sekitarku selalu berkata bahwa aku sangat cantik. Ibuku sangat bangga padaku dan selalu memujiku.

Tiba- tiba air mataku jatuh berlinang. Aku teringat dengan Nia. Adikku yang sudah meninggal. Aku juga teringat Tania. Muridku tersayangku yang memiliki kesamaan dengan Nia. Down syndrom.

Ibuku memang tidak pernah membandingkan antara aku dan Nia. Ibuku juga selalu memuji Nia dengan kata cantik.  Tetapi Nia tahu bahwa ia tidak secantik aku.

Tiba-tiba...Aku teringat Tania dan Al.

Apakah Tania akan hadir hari ini? Bersama Al..?
Apakah mereka akan marah padaku? Membenciku?
Apakah aku kejam?
Tapi Al tidak pernah menyatakan cintanya padaku?

Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benakku

Apakah aku sebenarnya mencintai Al..? Bukan Arman?
Tapi aku sudah  memilih dan menerima Arman dan aku harus konsisten dengan keputusanku ini. Inilah takdirku dan harus kujalani..

Sayup- sayup aku mendengar suara langkah kaki. Ternyata itu ibu dan bibiku.

Arman sepertinya sudah mengucapkan  ijab kabul.

Ibu beserta Bibi Helena segera mendekatiku untuk membawa aku keluar ruangan menemui Arman.

Sebelum ijab kabul, aku memang harus berada di dalam ruangan/ kamar ganti. Ibu dan bibi tersenyum menatapku.

" Barakallah..., sekarang kau resmi menjadi istrinya Arman...,"ucap ibuku sambil mencium pipiku dengan bahagia.

" Ayo... kita keluar menemui Arman dan para tamu..., " lanjut Bibi Helena tersenyum. Lesung pipit di pipinya terlihat saat ia tersenyum. Bibiku ini sangat cantik

" Arman beruntung menikahi dan  mendapatkanmu...,"ucap ibuku sambil memegang tanganku dengan lembut.

" Kau sangaatt...cantik..., " lanjut ibuku sambil menatapku.

Aku tersenyum... Arman beruntung mendapatkanku atau aku yang beruntung mendapatkannya?

Aku tiba di sana...Di dalam gedung mewah dan indah.

Arman menatapku dengan senyuman tulus. Ia terus saja menatapku yang berjalan menuju ke arahnya. Aku menunduk malu. Sangat malu. Rona merah jambu menghiasi pipiku yang terasa panas. Arman sekarang resmi menjadi suamiku.

Terlihat di sana...
Arman sangat tampan, dengan balutan tuxedo yang pas dibadannya. Senyumnya yang indah dan sumringah terlihat sangat jelas di matanya yang coklat. Ia menungguku dengan perasaan yang berdebar-debar. Aku melihat tangannya yang sedikit gemetar. Arman gemetar?

Akhirnya aku tiba di hadapannya. Aku kemudian  duduk di pelaminan yang sangat mewah dengan Arman di sisiku. Ia menggegam tanganku dengan lembut. Tangannya terasa dingin. Arman rupanya gugup juga. Aku sudah menjadi halal untuknya. Ia tidak melepaskan genggaman  tangannya. Aku benar- benar malu.

" Assalamualaikum, bidadari cantikku.., " ucapnya lembut. Ia berbisik di telingaku.

"Waalaimumussalam..., " ucapku lembut.

Akad nikah dan Resepsi pernikahanku begitu mewah dan meriah. Banyak pejabat dan rekan bisnis Arman datang ke tempat ini.

Termasuk... Al.

Ia datang juga... beserta Tania.

Al.. datang kesini. Tatapannya sangat dingin. Tania cemberut di sisinya. Tania menatapku tak kalah dingin.

Apakah dua kakak beradik ini membenciku?

Aku tidak boleh suudzon. Aku harus berterima kasih atas kedatangan mereka.

Sayup-sayup terdengar  seseorang bernyanyi dari organ tunggal yang di sewa Arman. Lagu dari Fathin sidqia yang melantunkan sebuah lagu.
.....

Inilah..akhirnya...
Harus kuakhiri...
Sebelum cintamu bertambah dalam
Maafkan diriku...
Memilih setia..
Walaupun ku tahu..
Cintamu..lebih besar darinya..

Aku tersentak..
Lagu itu...seakan menyindirku. Hatiku sebenarnya mencintai Al. Walau Al tidak secara langsung mengungkapkannya. Tetapi aku sudah memilih Arman dan aku akan setia. Setia pada Arman. Semoga Al mendapatkan wanita yang lebih dariku. Sebagai wanita muslimah, aku harus setia.



Seindah Bunga Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang