17. Aku Setia

11 2 0
                                    

Yasmin POV

Aku melihat Al dan Tania mendekat menuju tempat pelaminan kami. Awalnya Al tidak memakai kaca mata hitam, kemudian ia menggunakan kaca mata hitam yang merupakan ciri khasnya. Ia ingin menutupi sesuatu dimatanya. Apakah mata Al memerah menahan tangisan. Al menangis?
Rasanya tak mungkin.

Tak begitu jelas apakah ia sedang menatapku atau Arman. Tatapannya sebelum memakai kaca mata hitam, sedingin es. Aku ngeri membayangkan Al yang seperti itu. Ia sepertinya sangat terluka. Terluka oleh seorang Yasmin. Seorang wanita biasa.

Saat sudah dekat dan ada dihadapan kami. Al melepas kacamata hitamnya. Aku salah. Al ternyata tidak menangis. Matanya bening dan biru. Ia mengulurkan tangannnya dan memeluk Arman dengan erat.

Arman balas memeluk Al. Mereka seperti saudara kandung. Padahal sebenarnya mereka bukan saudara kandung. Tinggi mereka sama, postur tubuh merekapun sama. Mereka sama-sama tampan namun tentu saja dengan keunikannya masing-masing.

Yang berbeda dari mereka adalah warna mata, sifat dan kulit mereka. Yang satu bermata biru dan satunya lagi berwarna coklat. Yang satu bersifat cool / dingin dan yang satunya lagi humoris. Yang satu berkulit putih bersih sedangkan yang satunya lagi berkulit coklat. Walaupun demikian, hidung mereka sama- sama mancung dan berbibir tipis. Rahang yang kuat, karismatik dan mata setajam elang.

" Selamat ...akhirnya kau menikah juga..., " ucap Al dengan senyum yang terlihat dipaksakan. Ia benar- benar terluka. Terluka dalam.

" Thanks... bro...akhirnya kamu datang juga..., " kata Arman dengan senyum yang sumringah. Senyum yang tulus. Al adalah best friendnya saat SMA dan sudah seperti saudara kandung baginya.

" Of course.., man..., aku pasti datang...," jawab Al sambil matanya mengarah padaku. Tatapannya tajam. Mata itu benar-benar setajam elang.

Aku menunduk. Arman masih menggenggam erat tanganku. Arman tidak melepaskan genggaman tangannnya. Ia sepertinya bangga memilikiku. Ia bangga dihadapan Al.

Al melihat itu. Ada perasaan cemburu yang terlihat di matanya yang biru. Al terlihat sangat cemburu. Aku merasakannya.

" Perkenalkan...ini istriku yang cantik, Yasmin namanya.., " Arman memperkenalkan aku, seakan aku belum mengenal Al. Arman terlihat memang sangat bangga memilikiku. Ia menggenggan erat tanganku yang mungil. Erat sekali. Seakan aku takut diambil orang.

Al tersenyum. Senyum yang seakan dipaksakan. Aku melihatnya.

" dan ini.., Al..., sahabat terbaikku..," lanjut Arman bangga. Ia menepuk pundak Al, lalu Arman menatapku mesra. Arman sangat romantis. Ia lupa ada Al dan Tania di sana.

" Aku sudah tahu, siapa Bu Yasmin...," lanjut Al sambil melihatku. Tatapannya sedih. Sesedih langit yang mendung di sore hari. Aku melihatnya. Ada mendung di sana.

Aku kemudian melepaskan genggaman Arman dan mengatupkan kedua tanganku. Arman sepertinya enggan melepaskan tanganku. Tapi akhirnya lepas juga.

" Assalamualaikum... Pak Al...," aku berkata pelan. Mataku menunduk.

" Waalaikumussalam..., Bu Yasmin, anda adalah gurunya Tania.., " lanjut Al memaksakan senyuman.

Aku menganggukkan kepalaku. Tanda hormat padanya.

" Ayo Tania..., beri salam sama bu guru..., " ucap Al pada Tania.

Tania masih belum menjawab dan menolak bersalaman denganku. Ia merajuk dan cemberut. Mungkin Tania marah padaku.

" Hai tania..., " sapaku lembut. Tania masih tak bergeming dan menggenggam erat memegang lengan kakaknya. Matanya kurang bersahabat. Ia melotot padaku.

"Semoga...kalian hidup bahagia.. " ucap Al dengan nada datar.

Tak lama kemudian Al dan Tania pamitan pulang.

Al dan Tania turun dari tempat kami berada. Aku melihat Al dan Tania kemudian pergi menjauh. Terlihat Al dan Tania tidak makan prasmanan. Ia dan Tania pergi menjauh keluar pintu. Pergi begitu saja.

Mereka pergi menjauh dari pandanganku. Aku sedih melihatnya terutama Tania. Aku sayang Tania. Tania sepertinya kecewa padaku.

Aku belum cerita pada Arman tentang Al dan Tania. Nanti aku akan ceritakan padanya. Sekarang bukan saatnya.

Bagaimana jika Arman salah paham. Aku tidak mau itu terjadi. Lagi pula aku tidak mempunyai hubungan apapun juga dengan Al. Walau jujur ku akui... sepertinya aku pernah jatuh cinta pada Al sebelum bertemu Arman. Itu dulu. Sekarang aku harus mencintai Arman sebagai suamiku. Harus. Aku harus menjadi istri yang setia.

Seindah Bunga Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang