Aku masih duduk sendiri. Keadaan sekolah sudah sepi. Mobil Al sudah melaju meninggalkan sekolah. Lelaki itu sepertinya menyembunyikan sesuatu. Entah apa itu? Kesedihan dan kekecewaan terlihat jelas di matanya yang biru. Aneh. Sungguh terlihat aneh.
Tania dan Al. Dua sosok yang sangat jauh berbeda. Al terlihat sangat menyayangi Tania walaupun Tania tidak seperti gadis normal lainnya. Kasih sayangnya begitu tulus. Al tidak malu memiliki adik seperti Tania. Al lelaki yang baik dan bertanggung jawab kepada adiknya.
Orang tua Al dan Tania sudah lama meninggal dunia. Tania hanya punya Al. Demikian pula sebaliknya. Mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Aku selalu mendapat cerita dari Tania, kakaknya itu sangat baik dan selalu melindunginya dari orang lain yang mencibirnya bahkan mengejeknya. Al bahkan tak malu menyuapi Tania saat Tania mogok makan. Al juga suka mengajaknya bercanda jika Tania ngambek.
Tak jarang jika Tania mengamuk, orang yang bisa menenangkannya adalah Al. Selain Al, sekarang aku pun bisa menaklukan hati Tania. Tania sekarang jarang mengamuk di sekolah. Padahal sebelum ada aku, Tania suka mengamuk, merusak barang, bahkan bisa melukai orang.
Aku mendapat catatan khusus Tania dari guru sebelumnya yang mengajar Tania. Aku cukup terkejut dengan banyaknya daftar merah Tania. Pantas saja Tania tidak punya teman. Kini akulah satu-satunya teman Tania. Teman kepercayaan Tania. Aku tidak boleh sampai mengecewakannya.
Hari ini Tania tidak masuk sekolah. Tania sakit panas. Pak Romi supir Tania mengabariku tadi pagi. Di kelas hanya kita berlima saja. Terasa juga kelas tanpa kehadiran Tania hari ini.
Teman-teman sudah mulai merasa nyaman dengan Tania. Mereka tidak lagi "jijik" dengan Tania. Mereka cukup memahami kondisi Tania dan berusaha untuk saling memahami dan saling menghargai.
Aku membaca lembar pertama Tania di buku catatan biru. Catatan yang tertera begitu akurat, meliputi tanggal dan hari kejadian, kejadian saat itu, penanganan yang dilakukan dan keterangan. Begitu banyak " catatan merah Tania". Aku sedih membacanya.
Semoga hal di masa lalu, tidak terjadi lagi di saat sekarang. Ini semua bukan kemauan Tania. Tania hanya perlu pengertian dan kasih sayang dari orang sekitarnya. Aku menangis. Butir-butir bening jatuh membasahi pipiku. Tania yang sekarang jauh lebih baik. Aku sangat sayang Tania. Tania harus merasa aman dan nyaman. Jika terdesak Tania khawatir menyakiti dirinya dan orang di sekitarnya.
Tania baru satu hari tidak masuk tetapi aku begitu rindu padanya. Tania sangat mirip Nia adikku. Mungkin itulah yang membuat aku menyayanginya. Sosok Tania mengingatkan kenangan indah tentang Nia. Kesamaan down syndrom, kesamaan nama. Tania. Nia dan sifatnya yang manja. Nia adikku...semoga kau tenang di alam sana. Aamiin
Sudah seminggu Tania sakit. Aku bermaksud untuk menengoknya. Ku lihat alamat rumah Tania di data base sekolah. Rencananya aku bersama Bu Indah yang merupakan kepala sekolah akan menengok Tania. Aku dan Bu Indah menyewa grab car menuju rumah Tania di kawasan elit Bogor. Tidak lupa aku menelpon Al.
Sesampainya di sana. Aku melihat sebuah rumah mewah nan megah berwarna putih. Rumah 2 lantai dengan desain bergaya eropa. Satpam rumah itu mempersilahkan kami untuk masuk.
Aku dan Bu Indah kemudian dipersilakan masuk dan diterima oleh kepala asisten rumah tangga bernama Bu Yuana.
Bu Yuana adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab membawahi semua asisten rumah tangga dan semua satpam di rumah besar ini. Pakaiannya seragam hitam putih berenda. Bu Yuana sangat ramah. Pakaian Bu Yuana mengingatkanku pada pakaian asisten rumah tangga keluarga bangsawan.
Aku dan Bu Indah di bawa ke sebuah ruangan. Di sana kami kemudian duduk di ruang tamu yang sangat indah dengan dekorasi mewah tingkat tinggi. Sungguh... ini kali pertama aku berada di rumah mewah sebesar dan sebagus ini yang mungkin hanya ada di cover majalah atau televisi.
Seseorang berada di sana sekarang. Ia berjalan ke arah kami. Ia menatap kami berdua dan tersenyum. Ya tersenyum, kali ini bukan senyum tipis tapi senyum tulus. Ia menatapku. Aku menundukkan pandangan ke arah lantai. Duh...ternyata dia.
Aldino. Ada.di.rumah.Sekarang.
Bagaimana mungkin ?Padahal sebelum ke rumah Tania untuk menengok, aku menelpon Aldino untuk meminta izin menengok Tania. Al mengizinkan. Al saat itu di telepon dan masih ada di Singapura. Apakah Al berbohong? Aku menelpon Al pukul 7 pagi sekarang pukul 11 siang. Secepat itukah Al kembali ke Indonesia?
Sosok itu semakin mendekat. Ia kemudian duduk menghadap ke arah kami dan terlihat sangat ramah. Sungguh berbeda dengan saat aku bertemu dengannya dulu di sekolah sebelum Tania sakit.
" Terima kasih sudah mau menengok Tania..., " ucapnya penuh ketulusan.
Kami berdua menjawab bersamaan
" Sama-sama pak...,"
"Bagaimana keadaan Tania sekarang, Pak Al ?" Ucapku kemudian.
![](https://img.wattpad.com/cover/153795940-288-k374935.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Bunga Putih
قصص عامةSeorang gadis bernama Yasmin dan berasal dari kota hujan, Bogor. Yasmin bersyukur terlahir dari keluarga yang harmonis. Yasmin merasa sebagai anak " tunggal" dan perempuan satu-satunya dari keluarga Sastrohadiasuwiryo, karena adik perempuannya s...