Yasmin POV
Hari pernikahanku berlangsung dengan sangat meriah. Pesta itu berlangsung hanya beberapa jam saja.
Kami semua sudah sangat kelelahan. Termasuk Arman dan juga aku.Aku sudah sakit kepala. Makanya aku diam saja. Entah dengan Arman. Mungkin ia juga lelah.
Keringat terlihat mengucur di dahi Arman. Ia mengusapnya dengan punggung tangannya. Matanya terlihat lelah.
Aku bermaksud untuk mengusap keringat itu dengan sapu tanganku yang berwarna pink, tapi aku mengurungkan niatku. Aku masih malu. Baru beberapa jam yang lalu Arman menjadi suamiku. Aku tidak boleh lebay.
Walaupun demikian Arman terlihat sangat bahagia. Terlihat di wajahnya yang sangat tampan. Aku mencuri pandang menatapnya.
Ya benar... memang tidak bisa dipungkiri, Arman memang sangat tampan dengan keunikan dan ciri khasnya. Ia seorang lelaki karismatik dan berwibawa.
Ingatanku melayang. Aku melamun.
Dulu...Aku pernah mendengar dari Kak Ahmad, bahwa Arman pernah menjuarai lomba Abang None Jakarta. Bisa ditebak dari wajahnya yang tampan dan otaknya yang encer alias pintar.
Arman menyabet juara 1. Setelah itu karena kesibukannya dalam bisnis, ia tidak lagi berminat mengikuti ajang lomba seperti itu ke tingkat yang lebih tinggi misalnya menjadi selebritis. Tipe orang seperti Arman tidak akan mau seperti itu. Arman pada dasarnya tipe yang tidak mau terkenal. Ia tipe low profile.
Arman memang tidak berniat mengikuti lomba. Ia dipaksa oleh keadaan. Saat itu Arman tidak mengirimkan foto untuk ikut ajang lomba. Mama Armanlah yang berambisius mengirimkan foto dan biodata Arman.
Arman terpilih dan akhirnya menjadi kandidat kemudian juara. Terbukti sudah, prediksi mamanya Arman. Putranya yang tampan akan menjadi juara pertama. Mama sangat bangga.
Wajah Arman memang tampan. Benar-benar tampan. Seperti pangeran dari negeri dongeng. Sedangkan aku...aku bukan siapa-siapa. Aku malu..Bagaimana bisa seorang pangeran tampan nan kaya raya memujaku sedemikian rupa? Aku merasa aneh.
Selain Arman, Al juga mencintaiku dan memujaku. Ada apa dengan mereka berdua? Ada apa dengan diriku yang dicintai oleh 2 pangeran tampan? Seberuntung itukah aku?
Dua-duanya juga pandai melukis.Matanya yang indah, kini lembut menatapku. Di sana, mata Arman sangat teduh. Sementara itu, tangannya menggenggam erat tanganku yang halus dan lembut. Aku merasa sangat berharga dan dihargai.
Bagaimana aku membalas cintanya yang sebesar ini?Genggaman tangannya sangat erat, seakan aku tidak boleh lepas darinya. Arman begitu posesif. Ia menjagaku, seakan aku berlian yang langka baginya. Aku melihat sosok Arman sebagai seorang yang melindungi wanita. Ia sangat mencintai ibundanya dan juga istrinya. Cintanya begitu besar. Ia tulus mencintaiku.
Semakin aku ingin melepaskan genggamannya, semakin erat Arman menggengam tanganku. Ia tersenyum saat aku malu dan mengalihkan pandangan wajahku darinya.
" Kenapa...sayangku..., " ucapnya lembut. Ia menatapku dan menggodaku dengan senyuman
" mautnya". Aku salah tingkah dan dengan halus berusaha melepaskan genggaman tangannya. Aku ingin bersembunyi.Aku menundukkan wajahku. Tak kuasa menatapnya. Wajahku merah merona. Sepertinya Arman suka sekali menggodaku. Ya Allah...
" Kau...bidadariku..sayang..., aku takkan melepaskanmu dan tangan ini...,oh sayangku...," ucapnya lembut di telingaku. Jantungku berdebar-debar mendengarnya. Ia menyebutku dengan kata-kata ..." sayang". Oh..aku meleleh. Seseorang please...tolong aku..
Genggaman Arman kuat, tapi lembut dan tidak menyakiti tanganku sama sekali. Aku hanya bisa membiarkannya menggenggam tanganku. Sia- sia aku melepaskan tanganku yang bagai lem di tangannya. Lagi pula aku sudah halal untuknya. Aku pasrah dan diam saja sambil menunduk. Rupanya tingkah lakuku membuatnya semakin gemas melihatku. Aku tidak berniat menggodanya. Sungguh... aku hanya gadis pemalu.
Arman memandang wajahku.intens. Aku tersipu malu. Lagi- lagi aku malu. Aku belum pernah pacaran dengan lelaki mana pun juga. Aku belum pernah berada sedekat ini dengan lelaki manapun. Aku...aku... malu. He..he..
"Aku akan membahagiakanmu, Yasmin...," ucapnya lembut. Arman melepaskan genggaman tangannya padaku, kemudian kedua tangannya dengan lembut menyentuh pipiku yang merona merah. Kedua tangan itu terasa hangat menyentuh kulit pipiku.
Aku mengangguk dan tersenyum.
" Terima kasih akan janjimu..., " ucapku dengan suara lembut.
" Sama-sama...sayang. Aku tentu saja akan selalu membahagiakanmu. Selalu dan selalu. O ya Yasmin... Aku punya kejutan, untukmu..., beberapa kejutan tepatnya...," ucapnya kemudian. Ia tersenyum sumringah dan sangat manis.
"Kejutan apa...? " ucapku dengan wajah terkejut mulutku membentuk huruf o
Arman tersenyum kembali
" Kita ...lihat ...nanti.." ucapnya. Matanya mengerling.
Aku tak menyangka Arman akan memberiku bukan hanya 1 kejutan...tapi beberapa kejutan. Apa ya?
Kejutan apakah itu? Dari awal, Arman memang sudah memberiku kejutan. Gaun yang indah, pernikahan yang mewah. Lalu apalagi?
Aku memang bukan wanita yang materialistis, namun tidak dipungkiri, siapa pun wanita itu, pasti bahagia jika ada seseorang seperti Arman.
Seberuntung itukah aku mendapatkan Arman sebagai suamiku?
Aku harus pandai bersyukur. Alloh menakdirkan aku bersama Arman. Hatiku mulai terbuka sedikit demi sedikit. Arman pantas dicintai. Sangat pantas.
Cintanya padaku sangat besar. Aku harus bisa membalas cintanya sebesar rasa cintanya padaku. Mungkin seiring waktu... cintaku padanya akan sebesar cintanya padaku. Bahkan lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Bunga Putih
Aktuelle LiteraturSeorang gadis bernama Yasmin dan berasal dari kota hujan, Bogor. Yasmin bersyukur terlahir dari keluarga yang harmonis. Yasmin merasa sebagai anak " tunggal" dan perempuan satu-satunya dari keluarga Sastrohadiasuwiryo, karena adik perempuannya s...