14.Patah hati dan hancur

20 2 0
                                    

Al POV

Aku menerima sebuah undangan pernikahan berwarna biru putih yang sangat elegan. Aku penyuka warna biru. Terutama biru laut. Mataku juga biru. Perpaduan warna biru dan  putih ini sungguh menarik hatiku.

Aku belum tahu siapa nama orang yang ada dalam undangan itu. Tania yang memberikannya kepadaku sore tadi. Sepulang aku kerja.

Tania terlihat diam saja saat menyerahkan undangan ini. Wajah bulatnya ditekuk. Ia cemberut seperti anak kecil yang terluka. Tania tak berkata apapun dan segera masuk ke kamarnya. Aku tak curiga terhadap sikapnya yang tak biasa. Mungkin Tania lelah.

Aku menerima undangan itu, langsung dari Tania dan meletakkannya begitu saja di meja kerjaku. Aku belum sempat membukanya. Nanti saja kataku.

Aku membersihkan diriku dulu, kemudian bersantai di lantai atas,  sambil menikmati sore hari yang indah. Aku menikmati pemandangan  dari atas balkon kamarku. Pemandangan alam yang luar biasa.

Aku duduk di kursi luar. Semilir angin sore membelai wajah dan rambutku. Sungguh terasa sejuk. Ini tempat favoritku. Aku terbiasa bersantai di sini, terutama jika pulang  sore dan tidak lembur.

Undangan itu masih tergeletak diatas meja kerjaku. Sengaja belum aku sentuh. Ingatanku melayang memikirkan Yasmin.

Aku...merindukannya.. sedang apa Yasmin sekarang? Aku tersenyum sendiri. Entah ada apa dengan diriku? Belum tentu Yasmin memikirkanku.

Aku teringat undangan yang diberikan oleh Tania, tiba-tiba rasa penasaran menggelayuti hatiku. Entah kenapa? Warna biru putih undangan itu seakan bagai magnet yang menarikku untuk membacanya. Dari siapakah undangan itu ?

Aku penasaran...

Aku pun beranjak mendekati meja kerjaku. Aku melihat undangan itu sekilas. Ku raih dan kupegang dengan tangan kananku.  Warnanya menarik hatiku. Tidak ada nama di luarnya. Namanya sepertinya berada di dalam.

Aku mulai membukanya...

Aku membacanya..

dan saat membaca nama di dalamnya,

Deg.. dadaku berdebar kencang...sangat kencang...

Kulihat nama dalam undangan itu..
Tertera nama yang tercetak di sana.  Nama yang kukenal. YASMIN.

Di dalam undangan nan mewah itu,  tertulis dengan jelas nama Yasmin dan seorang nama lelaki bernama... Arman.

Yasmin dan Arman. Akan menikah. Bulan depan.

Bagaikan petir di siang bolong. Aku benar- benar kaget. Mataku melotot mengamati nama indah itu bersanding dengan nama lelaki lain yang juga tidak asing untukku.

Aku sedih... dadaku terasa sesak. Mataku berkaca-kaca.  Tak terasa air mata mengalir di pipiku. Aku menangis..ya menangis.

Seorang Al yang sangat tampan dan banyak dicintai juga diidolakan gadis-gadis cantik menangis karena seorang gadis.

Aku tak pernah sesedih ini sebelumnya. Entahlah.. kenapa aku bisa secengeng dan semelow ini. Ada apa dengan diriku? Ada apa dengan Al yang cool, keren dan tegar?

Gadis itu belum jadi kekasihku.. tapi aku merasa sakit... aku begitu mencintainya.. sangat..sangat mencintainya..bahkan aku bisa menangis karenanya.

Aku terduduk..aku meremas rambutku..aku terpukul. Ingin rasanya menjerit.

Terus terang. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Sejak...aku...melihat Yasmin bersama Tania. Sejak aku menjemput Tania. Sejak aku  memberinya bunga putih melalui Tania. Ia bagaikan bunga putih yang suci.

Seindah Bunga Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang