29. Blue Moon

41 8 2
                                    


Play mulmed
Song : Can't Take My Eyes Off You

-Joseph Vincent

I covered myself with the blanket in my dark room
Should I forget all the streets that we remember?
But I’m already regretting
Is it too hard to catch you again?
I still see you above in the sky
Your face like the blue moon

Your darkened face
Flickers before my eyes, what you said yesterday
Don’t wanna say goodbye

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Author POV

Aroma Ice Americano yang menggiurkan tak menarik perhatian Kihyun sekalipun. Es batu yang mulai mencair dan tetesannya yang menempel di cup dan jatuh membasahi meja kafe. Lelaki itu hanya diam menatap kosong ke luar jendela. Hiruk pikuk keramaian di jalan, orang yang berlalu lalang keluar masuk kafe, dan pengamen jalanan yang sedang bernyanyi menghibur para pejalan kaki. Itu semua tidak menarik perhatian seorang Yoo Kihyun.

Saat ini ia butuh penjelasan. Lelaki itu masih tak mengerti mengapa gadis yang selama ini masih Kihyun pikirkan tiba-tiba pergi. Terlintas di benaknya untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat retak, namun sepertinya mustahil karena Hyunie pasti membencinya sekarang.

Sudah satu tahun mereka tidak pernah bertemu atau sekedar bertukar kabar lewat chat. Kihyun terlalu takut untuk memulainya. Ia merasa seperti tidak tahu malu menghubungi seorang teman.

Ya.

Lebih tepatnya mantan kekasih.

Suatu hari, Kihyun pernah menghubungi gadis itu namun tidak ada jawaban. Berkali-kali Kihyun melakukannya tetap saja tidak ada hasil. Akhirnya pemuda itu memilih untuk menghubungi salah satu teman karibnya yaitu Lee Soojin. Itu lebih baik daripada menghubungi kakak Hyunie, Chae Hyungwon, pikir lelaki itu. Betapa terkejutnya ia ketika mendapat kabar bahwa Hyunie sudah tidak di Korea lagi karena gadis itu pergi ke luar negeri untuk berkuliah. Soojin bilang, gadis yang merupakan anak bungsu dalam keluarganya itu berkuliah di Columbia College yang bertempat di Chicago.

Ia tidak melarang jika Hyunie berkuliah dimanapun karena lelaki itu pun tidak punyak hak untuk hal tersebut. Namun ia merasa kecewa karena gadis itu tidak memberinya kabar. Ia berharap bisa berteman lagi dengan Hyunie seperti dulu. Tetapi sepertinya Hyunie belum siap setelah rasa sakit yang ia dapatkan dari Kihyun.

Lelaki itu melangkahkan kaki keluar kafe dan memasukkan tangan ke saku jaket karena suhu udara malam ini terasa dingin. Ia terus berjalan sambil melamun hingga ke jalan raya dan tak sadar jika dari arah yang berlawanan sebuah mobil menuju ke arahnya. Ia tersadar ketika sebuah tangan menarik pergelangannya dan membawa ke tepi jalan.

“Kau baik-baik saja?”
Seorang pria paruh baya berdiri di hadapan Kihyun. Ia terlihat khawatir pada Kihyun yang seperti orang bingung dan hampir saja mencelakai nyawanya sendiri jika pria itu tidak menariknya lebih dahulu.

Kihyun hanya mengangguk pelan.

“Hati-hati kalau ingin menyeberang. Kau jangan melamun jika sedang berjalan, Nak.” Pria itu menepuk pundak Kihyun lalu tersenyum.

“Apa kau sakit?” Tanya pria itu ketika melihat bibir Kihyun yang pucat.

Kihyun hanya diam lalu menatap pria itu yang kurang lebih seumuran seperti ayahnya.

Tanpa ia tau sendiri, tubuhnya bergerak mendekat ke pria paruh baya itu dan dahi Kihyun bersandar di salah satu pundaknya. Tentu saja orang yang dijadikan sandaran Kihyun itu kaget namun perlahan ia tersenyum dan mengelus punggung Kihyun ketika ia mendengar pemuda itu terisak.

Extraordinary Means ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang