"HALO CIWI-CIWI CANTIK!"
Seruan Gilang membuat aku, Farisa, Imei dan Glandis yang baru datang ke Rooftop ini tersenyum. Di dekat pembatas Rooftop, terlihat Bram tengah menyandarkan tubuhnya menghadap ke bangunan-bangunan. Putra yang duduk di sofa bekas tampak fokus dengan handphone-nya. Sedangkan Dirga duduk di kepala sofa bersama Gilang.
"Lentera nyariin Bram, ya?" tanya Dirga sambil memainkan rubik milik Gilang. Wajahnya mengukir senyum miring.
Gilang menghadap ke Bram dan membentuk corong di depan mulutnya menggunakan kedua tangan. "Bram! Woi Lentera dateng tuh!"Tapi Bram masih tidak membalikkan tubuhnya.
"Budek itu anak," celetuk Putra dengan pandangan tetap tertuju ke handphone. Sedetik kemudian dia berseru sambil mencengkeram rambutnya. "Argh! Kok kalah sih gue?! Tim bego ini!"
"Lo yang bego," Dirga menoyor pelan kepala Putra dengan santainya.
"Woi! Semangat ya nanti tandingnya!" Imei berseru sesampainya kami berempat di hadapan Putra, Dirga dan Gilang. Gadis yang paling cuek di antara kami itu mengulurkan tangannya, hendak bertos.
"Eh iya, aduh makasih bebeb," Dirga baru mengangkat kedua tangannya, membalas tangan Imei, "kamu bela-belain ke sini buat liat aku, kan?"
Imei langsung menarik lagi tangannya dan memasang wajah jijik. "Diiih, gue mau tos sama Gilang dan Putra. Bukan sama lo," ketusnya pada Dirga. Sedetik kemudian, Imei langsung mengalihkan tangannya dan bertos ria dengan Gilang dan Putra.
Putra langsung mengangkat wajahnya dari layar ponsel, menatap Dirga dan tertawa kencang. "Hahahaha! Dasar jomblo. Tos aja ditolak apalagi kalo nembak!"
Dirga kembali menoyor kepala Putra, kali ini lebih kuat. "Songong ya lo. Semangatin kek temennya. Ini malah menjatuhkan temennya. Sakit tau gak gue tuh ..." keluhnya sambil memegang dadanya sendiri.
Sementara kulihat Imei hanya melipat kedua tangan dan tersenyum jahil. Dia menatapku, Farisa dan Glandis secara bergantian.
Aku terkekeh melihat wajah sendu Dirga yang dibuat-buat. Laki-laki itu memang yang paling konyol di kelas. "Tenang, Dir. Sini tos sama aku," kataku yang mengangkat tangan ke Dirga.
Dirga langsung tersenyum lebar. "Nah gini dong kayak Lentera. Baik hati dan bijaksana."
"Yaudah sama Lentera aja lo," celetuk Gilang.
"Wih, ngeri. Berhadapan sama babang Bram nanti," jawab Dirga yang membuatku geleng-geleng kepala. Ada-ada saja perkataannya.
Putra menyandarkan punggungnya ke kepala sofa, terkekeh. "Lentera juga mana mau sama lo," ledeknya sekali lagi.
"Dua tiga upin naik bianglala, lo dendam banget sama gue ya kutu kecoa?" Dirga pura-pura memasang ekspresi garangnya.
"Satu sama," Putra mengangkat jari telunjuk kanan dan kirinya, "lo ngeledek, gue bales ngeledek. Hebat, kan?"
Dirga mengacak-acak rambut Putra sampai benar-benar berantakan. "Panu cangcorang dasar."
"Karma loh karma!" Gilang berseru pada Putra. Setelah itu mendongakkan kepalanya. "Mau minum sama makan gak?"
Mata Farisa langsung berbinar. "Mana? Mana?" tanyanya dengan semangat.
"Sebentar, gue ambil."
Aku bersedekap melihat Farisa yang tersenyum sumringah mendengar kata makanan. Detik selanjutnya, Gilang langsung turun dari sofa dan mengambil sesuatu di bawah sofa. Berdiri, cowok itu menunjukkan gelas dan piring kosongnya pada kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA(M) ✔
Teen Fiction|| Selesai || Kamu adalah bentuk ketidakkejaman semesta yang sudah aku sia-siakan. - Lentera Putri Senjana.