Detik ke menit, menjadi jam kemudian hari. Berhari hari, Della mulai melupakan Gilang. Hidupnya nampak biasa saja tanpa Gilang. Bahkan mereka berdua seperti nggak kenal sama sekali. Kabar kedekatan Gilang dan Talia semakin menyebar, namun Della nggak peduli.
"Makasih, berkat dukungan kalian semua gue bisa baik kayak sekarang," ucap Della berterima kasih.
"Itu juga berkat lo mau usaha dan kerja keras buat lupain dia Del, oiya karena lo berhasil jangan lupa traktir kita!" timpal Aul. Semuanya tertawa.
Hampir setiap hari Della melihat Gilang dan Talia berdua, Della sama sekali nggak peduli walau ia tau Gilang melihatnya. Seakan mereka nggak pernah mengenali satu sama lain.
Setiap pulang sekolah pun, ia selalu melihat Gilang mengantar Talia pulang. Okay, Del, jangan berharap dia punya perasaan yang sama ke lo. Batin Della berbicara kali ini.
Malam ini, keluarga Della datang ke pesta pertunangan anak rekan bisnis papa nya. Tentu Della harus tampil cantik di depan semua orang. Jangan sampai Della mengecewakan papa nya. Della mengenakan dress merah selutut dengan lengan buntung dan rambut yang digelung sedemikian rupa. Della tampil sangat cantik iari ini.
"Tumben adek gue cantik kayak gini?" sindir Gio sambil tertawa kecil. "Baru nyadar lo kalau gue cantik?" respon Della. Gio nggak menjawab, ia terus tertawa daripada harus berdebat dengan adiknya itu.
Setelah sampai, tamu di sambut oleh penjaga pintu hotel yang ramah. Dengan pesta sederhana namun terkesan mewah, Della menyukai pesta ini.
Ngiinngg...
Suara mic terdengar ke seluruh penjuru gedung. "Test test..." suara mc yang lembut itu terdengar dari arah panggung.
Della nggak begitu menghiraukan, hingga seseorang menepuk pundaknya. Sontak Della berbalik ke belakang.
"Masih inget gue gak?"
Della terbelalak, antara rasa senang dan rasa rindu yang amat sangat. Sahabatnya datang memberinya kejutan tak terduga. Sumpah Della akan berteriak jika ia nggak mengingat sedang ada di acara formal seperti itu.
"Hei, Iqbal! Apa kabar? Bukannya lo bilang bakal pulang ke Indonesia setelah lulus SMA ya?" tanya Della heran. Ia memandang wajah sahabat lamanya itu dari atas sampai bawah. Benar-benar berbeda!
"Yah, gue gak betah di Amerika. Jadi gue memutuskan untuk nyelesain sekolah gue di tanah air tercinta ini, Indonesia," jelas Iqbal. "Dan, gue juga udah izin ke papa gue buat sekolah di SMA yang sama dengan lo,"
Della kaget bukan kepalang, ia senang. Andai ia bisa berteriak sepuasnya. Namun akhirnya kedua sahabat itu fokus pada MC.
"Baiklah kita mulai saja, ini dia calon tunangan pria. Gilang Rio Samudera," kata MC. Semua bertepuk tangan kecuali, Della. You know exactly what Della's reaction is. Della terpaku di tempat. Air matanya nggak bisa dia tahan ketika nama calon tunangan wanita disebutkan.
"Talia Diva Ananda,"
Tak sadar Della pergi meninggalkan Iqbal. Ia pergi ke toilet, rasa sakit itu kembali lagi. Tetapi berbeda, sangat berbeda. Kali ini rasa sakitnya itu cukup sudah menghancurkan hati nya dan juga hidup nya.
Della menangis, ia tak bisa menahan nya lagi walau setitik. Terlanjur jatuh di pipinya. Pelupuk mata yang memerah, melampiaskan semua rasa sakit nya.
Della tertunduk lemas, seakan hidupnya tak berarti. Rasanya dia ingin mati ketika melihat kedua tunangan itu bergandengan. Dia gak percaya bahwa kedekatan Gilang dan Talia telah sampai pada tahap yang jauh seperti itu.
Karena Della tak ingin terlihat lemah, ia buru-buru menghapus air mata dan mencuci muka nya. Gue kuat gue kuat Gumamnya. Spontan Della terkejut ketika Iqbal menunggu dirinya di luar toilet.
"Lo kenapa Del? Lo keliatan lesu kayak gitu," tanya Iqbal. "Gue nggak papa," jawab Della. Jawaban Della membuat Iqbal merasa bahwa sesuatu sedang mengganggunya.
Iqbal buru-buru mengejar Della untuk mencari tau. Namun itu bukan ide yang bagus untuk sekarang, mungkin dia menanyakan itu nanti.
Della memutuskan untuk pulang duluan. Karena nggak tahan lagi untuk melihat tunangan itu berdua di atas. Kenapa harus Gilang anak rekan bisnis papa nya itu?
Della berlari sekuat tenaganya, mencari taksi. Sangat susah di jam segitu mencari taksi. Della kewalahan, ia tak tau dimana ia berada. HP nya mati untuk memesan ojek online. Tak jauh dari sana ada pangkalan ojek.
"Pak, bisa antar saya ke jalan ****?" pinta Della. "Oh boleh neng, naik," jawab mang ojek itu. Demi apapun Della nggak mau naik ojek tapi ia pasrah. Mau nggak mau dia harus naik, rumahnya sangat jauh.
Di perjalanan menuju rumahnya, Della nggak berhenti meneteskan air mata membayangkan Gilang dan Talia waktu itu.
Fuck you as a moodbreaker, Gilang Rio Samudra.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif #1
Teen FictionDella dan Gilang yang harus merasakan manis pahit nya kehidupan cinta, merasakan indahnya hubungan asmara, meskipun selalu saja ada konflik diantara mereka. Mampukah mereka bertahan?