Satu-satunya teman Della saat ini adalah keheningan, hatinya gelap tak bersinar, bak sinar matahari yang memancarkan sinarnya yang terhalang tirai jendela itu.
Tiba-tiba pintu apartemen nya berbunyi pertanda ada orang di luar. Della berjalan lunglai tak bertenaga untuk membuka pintu.
"Della, lo lemes gitu kenapa?" tanya Claire yang datang bersama Farel. Della tak mempedulikannya, ketika ia langsung duduk di sofa diikuti langkah Claire dan Farel.
"Claire, lo? Hamil lagii?" kaget Della ketika melihat perut Claire yang membesar secepat itu, sementara anak nya yang baru saja keguguran beberapa minggu yang lalu.
"Ya, Del, dokter salah. Sebenernya Claire hamil anak kembar, dan yang keguguran itu hanya satu, sedangkan yang satu nya lagi masih sehat," jelas Farel.
"Wah, selamat," ujar Della.
Tring..tringg..
Hp Della bergetar menandakan sebuah panggilan sedang menunggu sang pemilik hp untuk menerima nya.
"Sebentar ya," kata Della. Claire dan Farel mengangguk, sementara Della pergi membawa hp nya ke kamar.
"Del, lo bisaa ke rumah sakit sekarang?" pinta Hilman di balik telfon.
"Ada apa?" tanya Della. Hilman terdengar menghela nafas nya dari sana.
"Lo kesini aja dulu, penting," jawab Hilman dengan sedikit tegas. Apa yang terjadi?
"Oke gue kesitu sekarang,"
Della mengambil jaket nya dan kunci mobil tanpa ingat ada siapa di rumah nya saat ini.
"Eh? Del, mau kemana?" tanya Farel. Della menepuk jidat nya karena memang terburu-buru.
"Duh, gimana yaa gue disuruh ke rumah sakit, gue nggak tau ada apa disana," kata Della.
"Kita yang anter, lo simpen kunci mobil lo lagi," sahut Claire. Della mengangguk dan mengikuti langkah mereka menuju basement
Farel membukakan pintu mobil untuk Claire dan Della membuka nya sendiri.
"Ayolah Gilang...jangan bikin cemas," gumam Della namun masih terdengar oleh Claire dan Farel.
"Berpikir positif dan dia akan baik-baik aja, Della."
"Ribuan kali semua orang bilang dia akan baik-baik aja, tapi gue nggak yakin," kata Della. Claire memilih diam karena Della sedang gelisah, dan cewek itu bisa saja marah jika diganggu.
"Lo udahan sama Rian?" tanya Farel. Della menutup wajah dengan kedua tangannya, memijat pangkal hidung nya, kepala nya pusing sekali.
"Cinta nggak bisa dipaksakan, Farel. Gue cinta sama Gilang, setidaknya gue jujur itu udah bikin gue lega, Rian juga. Setidaknya dengan kondisi Gilang sekarang, Gilang masih bisa memperjuangkan hidup nya kan? Gue yakin Gilang bisa," jelas Della.
"Gue suka sama pola pikir lo dan Rian, padahal kalian sama-sama dewasa. Apa lo nggak sadar kalau Gilang itu possesive akut?" tanya Claire lagi.
"Berarti, dia takut kehilangan gue. Rian juga posesif, tapi emang nggak over seperti Gilang. Tapi, hati gue ternyata lebih tertuju pada si over possesive, Gilang," jawab Della santai.
"Sekarang, lo yang harus possesive, lo harus egois, yakinkan Gilang bahwa perjuangan nya untuk sembuh nggak akan sia-sia, Gilang harus sembuh," kata Farel. Tak sadar, Della menitikkan air mata.
***
"Ada apa? Hilman dimana?" tanya Della setelah sampai di rumah sakit. "Dan ini? Kenapa Gilang dipindahkan ke ruangan khusus kayak gini?"
"Tunggu sampe Hilman dateng, lo baru bisa tau semuanya," jawab Ridho.
"Gue mau urus administrasi nya tapi udah ada yang bayar. Dan gue nggak tau orangnya, kira-kira siapa?" tanya Azil yang baru datang.
"Hah? Kok bisa gitu?" tanya Zaki.
"Yang pasti, terima kasih, tapi siapa orangnya? Della ya?" tanya Ardhan. Della menggeleng bingung.
"Lah terus siapa?"
"Eh, Della lo udah datang? Maaf lama," kata Hilman yang datang dengan wajah sembab bersama Faiz.
"Ceritain ada apa ini, gue nggak ngerti," tanya Della.
"Gilang...itu.."
"Gilang kenapa Man?"
"Gilang...koma..." jawab Hilman. "Kemungkinan kecil ia bisa selamat dan sembuh, operasi kemarin itu belum sempurna, dan ternyata Gilang nggak kuat,"
Della menangis, terhuyung ke lantai. Diajak untuk duduk oleh Claire dan Claire menenangkannya.
"Apa hidup gue harus penuh dengan kesedihan seperti ini? Gue yang seharusnya have fun dan tenang kuliah di luar negeri, tapi malah sebaliknya, Claire,"
"Hei, semuanya akan berganti dengan kebahagiaan yang nggak pernah lo duga sebelumnya, percayalah gue pernah ada di posisi lo waktu adik gue.."
"Lo pernah punya adik?" tanya Della. Claire mengangguk.
"Bianca, dia dipanggil Bian. 15 tahun yang lalu ia pernah koma 2 bulan ketika umur 5 tahun, bahkan untuk anak sekecil itu dia kuat. Dia bisa sembuh. Tapi, waktu orang tua gue berantem hebat, Bian yang masih polos pergi dari rumah, dan sampai sekarang belum ketemu,"
"Anak sekecil itu?" tanya Panca yang juga menyimak. "Kira-kira umurnya berapa tuh sekarang?"
"Selisih umurnya beda 2 tahun sana gue, jadi kemungkinan sekarang umurnya sekitar 20 tahun, gue cukup berdoa semoga adik gue baik-baik aja sampe sekarang," jelas Claire sambil berkaca-kaca.
"Lo harus yakin kalau Gilang bakal sembuh meski itu kemungkinan kecil, tapi percayalah dia sedang berjuang disana, jangan sampai lo kehilangan orang yang lo sayang, lo harus kuat dan jangan selalu menitikkan air mata lo, dia juga sedih nanti,"
Claire bukan hanya gelisah karena adiknya pernah koma, tapi ia juga kehilangan. Della merasa lega dan yakin bahwa Gilang akan sembuh. Ia harus berdoa dan berdoa untuk kesembuhan cowok itu.
Gilang, aku rindu.
***
Maaf untuk part ini sedikit, terus telat up, karena hp aku kemaren-kemaren rusak jadi yaa blm bener banget, ngetik masih susah, tapi aku paksain.
Aku bakal usahain up kok, tenang ajaa.
Cp? Whatsapp : 08977704336
Thq! 。^‿^。
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif #1
Teen FictionDella dan Gilang yang harus merasakan manis pahit nya kehidupan cinta, merasakan indahnya hubungan asmara, meskipun selalu saja ada konflik diantara mereka. Mampukah mereka bertahan?