Happy Birthday, Hilman!

1.2K 14 1
                                    

Della menatap kosong ke arah depan sambil menikmati spaghetti yang ia pesan di kantin Oxford. Mood nya sangat buruk belakangan ini, ditambah lagi dengan seringnya Gilang berduaan dengan Claire.

Sehingga, Della harus menyewa apartemen dan selek pada Claire daripada dia harus saling diam dengan saudara nya itu.

Meski kejam apa yang dilakukannya, tapi Della berpikir dewasa. Claire masih saudara sepupu nya dan apapun yang terjadi nggak akan ada yang memutuskan ikatan itu.

"Woy!" kaget Aretha. Della sampai tersedak spaghetti dan meminum cappuccino ice miliknya.

"Sorry," kata Aretha. Della memicingkan mata nya sementara Aretha menaikkan telunjuk dan jari tengahnya meminta damai.

"Mau sampe kapan lo kayak gini?" tanya Kate. Della nggak menggubris sama sekali, ia malah tertunduk.

"Apa lo masih cinta sama cowok sekejam dia? Apa dia nggak mikirin perasaan lo?" ucap Rayshilla yang membuat air mata Della jatuh.

"Ehm, Del, lo kalau nangis mulu ntar air mata lo habis," ujar Raka sedikit bercanda, tapi Della nggak terhibur sedikitpun.

Setelah menenangkan Della, datang Faiz, Azil dan Ridho yang membawa starbuck's ditangan mereka.

"Nggak ajak-ajak sih," ucap Ghina sambil mengerucutkan bibirnya. "Gue juga kan mau kaliii,"

"Eh ya, kalau gue ajak lo, lo pasti minta traktir mulu ke kita, yaga?" kata Faiz. Azil dan Ridho terkekeh lalu menutup mulutnya setelah tatapan tajam Ghina lolos.

Tiba-tiba sepasang sejoli lewat, Gilang dan Claire. Mereka nampak mesra, itu membuat Della lebih sakit. Jika mengenal Gilang akan membuatnya sesakit ini, lebih baik ia tidak mengenal Gilang sama sekali.

Fidela mengusap pundak Della, mengalirkan kekuatan ketika Gilang dan Claire duduk di tempat yang nggak jauh dari tempat duduk mereka.

"Eh botak, lo ada acara nggak malem ini?" tanya Ridho pada Hilman yang sibuk memainkan game di HP nya.

"Nggak," jawab Hilman singkat. Mungkin ia marah sebab nggak ada satupun teman nya yang mengucapkan Happy Birthday atau apalah. Ia tak tau akan ada rencana hebat yang nggak akan pernah dilupakannya.

"Del, anter gue ke toilet yuk?," ajak Kimi. Della menurut dan pergi dari situ, daripada sumpek liat sepasang calon suami istri yang lagi suap-suapan makanan.

Mereka pun kembali ke kantin setelah 10 menit berlalu. Teman-teman nya masih di kantin, kecuali Gilang dan Claire yang mungkin sudah pergi.

Hilman terlihat badmood, sangat badmood. Tak ada satupun teman nya yang mengajak ngobrol. Sekali nya ada yang bertanya, jawaban Hilman malah ketus dan singkat.

"Mama Papa gue ngadain acara di Hotel Greenhills, lo harus ikut Man, soalnya mereka penasaran siapa si botak sahabat gue ini," kata Ridho ke Hilman.

Brak!

"Hilman!" tiba-tiba Della menghampiri Hilman dan menggebrak meja. Hilman langsung kaget dan berdiri.

"Kenapa Del?" tanya Hilman yang menyadari bahwa Della sedang dilanda amarah, tapi entah kenapa, padahal tadi baru saja cewek itu selesai menangis.

"Lo emang pengkhianat ya," bentak Della sambil menunjuk Hilman dengan jari telunjuk nya. Hilman kebingungan, ada apa dengan cewek itu? Jika marah padanya ia tak pernah sampai membentak nya di tempat umum seperti ini.

"M-maksud lo?" tanya Hilman sedikit gemetar. Della tersenyum menyeringai, Hilman mengira bahwa cewek itu PMS, tapi kata 'pengkhianat' itu bukan main-main.

"Lo emang sahabat yang nggak berguna, lo nusuk gue, lo bongkar semua aib gue," bentak Della lagi. Hilman berpikir sejenak, ia bahkan tak pernah melakukan itu.

"Del, gue nggak per.."

"Udahlah gue udah tau semuanya! Sekarang jangan anggap gue kakak lo lagi, apalagi sekedar teman!" bentak Della yang setelah itu pergi, teman-temannya menyusul meninggalkan  Hilman dan Ridho di kantin.

"Man, lo tenang," kata Ridho menenangkan ketika mata sahabatnya itu berkaca-kaca. Bukan karena Della membentaknya, tapi ia tak mau kehilangan sahabatnya satupun hanya karena salah paham.

***

Malam itu, Hilman dan Ridho berada di Hotel Greenhills. Tapi aneh, disini semua yang datang anak muda sepantaran mereka, padahal Ridho bilang ini acara orang tuanya.

Hilman memakai jas yang sama dengan Ridho. Jas abu-abu dengan dasi biru memang cocok, biasanya memang anak muda jaman sekarang nggak suka pake jas hitam.

"Mana mama sama papa lo?" tanya Hilman, "dari tadi gue nggak liat tuh," katanya lagi sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Mereka belum dateng, bentar lagi juga mereka nongol," jawab Ridho. Hilman meminum sedikit wine di tangan nya.

Hilman terdiam dan melamun, kapan ia mengkhianati sahabatnya sendiri? Kenapa harus dia? Benar-benar saat ini Hilman sangat frustasi. Seharusnya hari ini adalah hari spesialnya, tapi menurutnya hari ini sangat hancur.

Hilman benar-benar Badmood. Walau dia cowok, dia punya rasa Badmood juga ternyata.

Tiba-tiba lampu padam. Yang tadinya ramai dengan musik menjadi sunyi. Keheningan di hotel itu. Hilman berusaha mencari sahabatnya, Ridho. Namun cowok itu nggak menyahut sama sekali.

Tiba-tiba sebuah cahaya dari atas menyorot panggung. Di sana, seorang perempuan dengan dress merah selutut dan rambut terurai panjang memegang mic menghadap kebelakang.

"Happy Birthday to you.." kata perempuan itu dengan nada nyanyian sesuai lagu ulang tahun. Hilman terkejut ketika lampu berganti menyorot Hilman.

Setelah sunyi selama beberapa detik, lampu kembali menyala dengan lagu 'happy birthday' dan tiba-tiba ledakan demi ledakan terdengar. Sebuah bender di belakang panggung terpampang jelas bertuliskan,

HAPPY BIRTHDAY, HILMAN!

Di hadapannya, semua teman-teman nya nampak bertepuk mengikuti nada lagu. Dengan Della yang membawa kue ulang tahun di tangannya dan lilin yang berbentuk angka 22. Dilihatnya Rian yang juga ikut merayakan.

Nampak semua temannya berseragam. Para cowok memakai jas abu-abu dan dasi biru sementara para cewek memakai dress merah selutut.

"Jadi, yang tadi di kantin.."

"Prank, just kidding!" kata Della. "Selamat Ulang Tahun, Botak! adik terbaik, bahkan lo adalah satu-satunya yang bisa bikin gue merasakan gimana punya adik,"

"Emang gimana rasanya Del?" tanya Raka.

"Nyusahin!" jawab Della. Mereka semua tertawa, begitu Hilman yang kaget dan berkaca-kaca

"Yaelah baru kali ini si botak nangis," ejek Azil sambil menepuk pundak Hilman yang nampak mengusap mata nya.

"Happy birthday, lo emang satu-satunya sahabat gue yang ngebantu gue, selalu siap ngebantu gue disaat gue sekarat sekalipun," kata Rian. Hilman mengangguk.

Gilang turut datang dengan rutinitas nya, menggandeng tangan Claire. Ia memberikan ucapan pada Hilman lalu pergi tanpa melirik sedikitpun pada Della.

Lo kuat, Della. Jangan hancurin pesta sahabat lo sendiri hanya karena ego lo yang berharap Gilang menyapa nya meski hanya tersenyum.

Posesif #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang