Gilang menatap kearah jendela. Hiruk pikuk perkotaan bisa dilihat dari apartemen nya. Harum Nasi Goreng tercium dari arah dapur.
Gilang turun kebawah, dilihatnya Claire yang sedang menata piring. Gilang menghela nafasnya kasar, membawa jaket dan pergi.
"Mau kemana kamu?" tanya Claire. "Aku udah bikin Nasi Goreng, sarapan dulu,"
"Keluar sebentar," kata Gilang yang tak lama keluar dari apartemen setelah memakai sepatu. Claire segera mengambil HP nya dan menekan beberapa nomor.
"Hei, gue kangen sama lo,"
"....."
"Lo kesini aja, di apartemen nggak ada siapa siapa, gue sendiri nih,"
"....."
"Oke, see you,"
Lalu Claire menutup telfon dan tiduran di kasur yang empuk, tercium aroma parfum yang selalu Gilang pakai.
Sambil menunggu seseorang yang akan datang ke apartemen nya.
Sementara, Gilang masih menunggu di taman yang tak jauh dari Oxford. Ia berkali-kali menghubungi Della, tapi sama sekali nggak ada respon.
"Ayo, Della angkat telfonnya..." lirih Gilang. Tak terhitung berapa kali ia menelfon cewek itu. Gilang ingin menjelaskan semuanya agar tak terjadi salah paham.
Tiba-tiba Gilang dikejutkan dengan apa yang ada di hadapannya. Memang awalnya mungkin dugaan nya salah, tapi tidak.
Disana, nampak Della dan Rian yang jalan-jalan, kadang cewek itu tertawa karena Rian, bersenda gurau sambil menikmati ice cream.
Gilang mendesah pasrah, dadanya terasa sesak, ia terlambat menyadari semuanya. Tak sadar air mata nya tumpah. Bukan lebay, ini bukan masalah kecil, dan dengan mudahnya cewek itu langsung melupakannya.
Ia berniat untuk pulang, Gilang berbalik, namun lengan nya ditahan oleh sesuatu yang memegangnya.
Della.
"Mau kemana?" tanya Della. Gilang berbalik menatap cewek itu. Tapi tak ada tanda-tanda Rian disana. Apa Della menghampirinya karena Rian nggak ada?
"Pulang," jawab Gilang ketus. Ia berbalik lagi dan menepis tangan Della. Della mengejarnya dan menarik lengan Gilang lagi.
"Lang, aku bisa jelasin.." kata Della. Gilang menghela nafas sebentar dan berbalik. Cewek itu sedang menatap nya dengan air mata yang mengalir.
"Hei hei...kenapa?" tanya Gilang sambil menghapus air mata di pipi Della. Cewek itu nampak membuang nafasnya tenang.
"Apa aku harus bilang ke kamu, kalau aku bahkan nggak bisa kalau nggak ada kamu, yang dulu pernah jadi prioritas aku, dan sekarang hilang gitu aja?" jawab Della pelan-pelan.
"Del, maaf.." ucap Gilang, "aku waktu itu bener-bener nggak bisa ngendaliin emosi, aku bener-bener kalut, maafin aku, aku tau aku salah,"
"Aku seharusnya nggak ngelakuin itu sama Rian.." lirih Della. Gilang mengajak nya duduk sebentar dan menenangkan cewek itu.
"Aku salah karena nggak denger penjelasan dari kamu, dan setelah aku tau Rian emang punya penyakit separah itu, aku baru ngerti," jelas Gilang. Della tersenyum.
"Claire gimana?"
"Aku mau nunjukkin sesuatu ke kamu, Del. Dan setelah ini kamu bakal tau kenyataan yang sebenarnya, ikut aku," ajak Gilang. Della mengangguk dan mengikuti cowok itu.
Apartemen Gilang memang tak jauh dari Oxford. Hanya berjalan kaki sekitar 1km dan setelah itu sampai. Itung-itung olahraga, katanya.
"Ke apartemen kamu? Gimana kalau Claire marah karena..."
"Ssstt, udah Del, sekarang kamu bakal tau alesan aku bawa kamu kesini," kata Gilang. Della bingung, ada apa dibalik semua ini.
Gilang menekan tombol lift angka 1 dan 8 yang berarti menuju ke lantai 18. Mereka menunggu ketika satu persatu pintu lift terbuka.
Dan akhirnya mereka sampai di lantai 18. Della masih mengikuti cowok itu. Gilang terhenti dan nampak merogoh saku celana nya di depan pintu yang terpampang sebuah ukiran kayu bertuliskan '1745'.
Cklek
Pintu terbuka sangat pelan hingga tak menimbulkan suara. Gilang mengajak Della masuk. Benar-benar takjub, kamar apartemen dengan segala fasilitas mewah di dalamnya.
Della menatap Gilang meminta penjelasan ada apa ini, tapi Gilang malah tersenyum dan mengangguk, entah apa maksudnya.
Sebuah pemandangan menjijikan seakan dipertontonkan hanya untuk Della disana, matanya terbelalak ketika melihat sosok Claire yang tidur dengan...
Farel?
Gilang tepuk tangan dihadapan Claire dan Farel yang tertidur pulas tanpa sehelai benang pun. Entah kenapa sekarang suasana hati Della tak menentu.
Antara bahagia karena semuanya salah paham, kecewa karena Claire mengkhianatinya dan marah karena ternyata saudara nya itu bersama Farel, memanfaatkan Gilang dan berbohong pada cowok itu.
"Apa lo akan tetep jadi sahabat gue setelah ini, Farel?"
Sontak Claire dan Farel terbangun setelah tepukan tangan dan kata-kata Della. Mereka nampak kaget, dan Farel yang segera memakai baju nya.
"Della, Della ini salah paham," kata Farel. Namun semuanya sudah jelas, dipertontonkan di hadapannya.
"Gilang, aku.." kata-kata Claire terpotong ketika Gilang memperlihatkan dengan jelas ketika Claire membawa Gilang pulang dari club, membawa cowok itu ke hotel.
Tapi ternyata, disana ada sosok Farel.
"Ka-kamu dapet video itu, dari m-mana?" tanya Claire. Terlihat Claire dan Farel yang tegang saat ini. Della semakin yakin bahwa semuanya memang salah paham.
"Semuanya udah jelas di rekaman cctv hotel ini," kata Gilang yang tersenyum penuh kemenangan dan Della yang masih kaget.
"Del, maafin gue," kata Farel memohon dan memegang lengan cewek itu. Namun Della menepisnya, ia tak bisa berkata-kata ketika kemarahan nya memang sudah di ambang batas.
"Jangan pernah anggap gue sahabat lo lagi kalau lo nggak bisa ngerti apa definisi seorang sahabat, dan lo Claire, gue bener-bener kecewa ya sama lo berdua," jawab Della frontal.
"Sekarang lo berdua pergi dari sini, apa hak lo tinggal disini, Claire? Sedangkan dia bukan anak gue, tapi anak dari cowok brengsek ini? Yang bahkan mengkhianati sahabat sendiri?" kata Gilang.
"Ok fine, gue salah udah khianati kalian, kami terlibat perjanjian yang nggak kami sadari bakal sejauh ini. Gue mau Della dan Claire mau lo, Lang." jelas Farel yang membuat otot Gilang meregang.
"Pergi atau gue bertindak dan bermain-main dengan emosi gue," ancam Gilang. Farel segera membawa Claire yang menangis itu pergi. Menatap Della sejenak seakan mewakilkan kata maaf.
Della merasa kepala nya pusing, bayangan demi bayangan masa lalu nya malah bermain-main diatas kepala nya. Ia merasakan sakit di kepalanya.
Setelah itu, gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif #1
Teen FictionDella dan Gilang yang harus merasakan manis pahit nya kehidupan cinta, merasakan indahnya hubungan asmara, meskipun selalu saja ada konflik diantara mereka. Mampukah mereka bertahan?