Puer Occurrat Pulchritudo

487 43 5
                                    

Seorang wanita berambut pendek dengan gaun merah berpayet memamerkan bentuk tubuh langsingnya. Ia memakai sepasang sarung tangan dengan warna senada hingga mencapai lengan atasnya. Pada lehernya terdapat sebuah kalung berlian besar yang memantulkan setiap cahaya lampu yang menyinarinya. Ia tampak menawan, tampak anggun, bahkan Hoseok tidak dapat mengalihkan pandangannya.

"Selamat malam dan selamat datang di Masculus de Caelo. Saya, Kim Dasom, selaku salah satu pemilik bar yang menakjubkan ini akan memandu hadirin sekalian. Tepat pada pukul sembilan malam, kami telah menyiapkan serangkaian penampilan yang akan membuat mata hadirin sekalian tetap terbuka! Beri sambutan yang meriah untuk para penari Masculus de Caelo!" Ucap wanita tersebut melalui mikrofon.

Dasom tersenyum, sesekali melambaikan tangannya saat para pria yang sedang duduk tersebut memanggil namanya untuk mendapatkan perhatiannya. Setelah dipastikan wanita anggun tersebut telah turun dari panggung dan berkamuflase di dalam kegelapan, tirai merah di atas panggung tersebut terbuka dengan megah. Seorang laki-laki jangkung berjalan ke atas panggung, bibir bawahnya terjebak di antara giginya. Tangannya memegang sebuah tali yang ternyata merupakan sebuah tali kekang yang melingkar di leher jenjangnya. Pendingin ruangan yang meniup rambutnya dengan kencang membuatnya tampak menggoda. Matanya bagai kucing, menatap tajam siapa pun yang berani bersiul untuk mendapatkan perhatiannya. Tentu, riasan matanya tampak menonjol—berwarna ungu muda di ujung matanya dengan campuran abu-abu pada bagian kelopak mata—namun Hoseok selalu menatap bibir tebalnya yang berwarna merah pekat.

Kemeja hitam yang tidak dikancing hingga menampilkan dada bidangnya berhasil membuat para penonton melemparkan uang mereka ke atas panggung. Celana hitam yang dihiasi oleh beberapa sobekan di lutut dan pahanya memeluk kedua kakinya dengan indah, bahkan sepatu boots hitamnya yang mencapai betisnya tidak mengganggu pergerakannya. Di balik celana panjangnya, terdapat garis-garis yang bersumber dari pantyhose jaring-jaringnya. Bila diperbolehkan, mungkin para penonton yang lapar akan penampilan yang memancing gairah itu akan mencoba untuk menanggalkan celananya dengan segera.

"Hyungwon!"

"Chae Hyungwon!"

Teriakan-teriakan itu memenuhi telinga Hoseok. Mungkin itulah namanya, pikir Hoseok.

Lagu pun dimulai, Hyungwon bergerak dengan lincah, menurunkan badannya hingga menyentuh lantai dan kembali bangkit untuk mengedipkan salah satu matanya—menggoda seorang pria yang baru menginjak umur 40 tahun beberapa hari yang lalu. Tangannya menjelajahi paha, bokong, dan dadanya, bahkan ia sempat menurunkan kemejanya agar pundaknya dapat dilihat oleh seluruh dunia. Pujian pun berdatangan, termasuk lembaran uang 50.000 won yang mulai mengerumuninya.

Bagai anak anjing yang masih butuh bimbingan dari tali kekangnya, Hyungwon menarik kalungnya saat ia bergerak mendekati para penonton setianya. Sesekali ia akan turun dari panggung dan mendekati penonton untuk melakukan gerakan-gerakan badan yang membuat selangkangan para pria mesum tersebut terasa sesak. Bila ia puas, maka ia akan kembali naik ke atas panggung dan mencari mangsanya yang lain.

Beberapa kali ia melakukan hal yang sama sebelum ia mulai memunguti lembaran uang yang berhamburan baginya. Setelah dipastikan uangnya telah ia selamatkan, ia melayangkan kedipan nakal dan berjalan ke balik tirai merah yang penuh dengan rahadia di baliknya.

Lagu pun berganti, Hyungwon digantikan oleh seseorang yang lebih mungil. Dengan sepasang telinga kucing terpasang di kepalamya, ia merangkak keluar dari tirai menuju panggung, mengayunkan pinggulnya agar tampak seperti kucing yang siap menerkam korbannya. Matanya runcing, dihiasi dengan warna perunggu yang berkilau. Bibirnya berwarna merah muda, tampak lebih alami bila Hoseok membandingkannya dengan Changkyun dan Hyungwon.

Saat ia merangkak, kemejanya yang longgar menampakkan dadanya yang mulus bagi tiap orang. Di lehernya, hampir sama seperti Hyungwon, ia menggunakan perhiasan. Kali ini bukanlah tali kekang, melainkan sebuah kalung pendek layaknya bagi seekor hewan dengan lonceng kecil sebagai perhiasannya. Butuh perjuangan untuk sampai ke tengah panggung, tapi ia segera memancarkan senyum manisnya seraya ia berlutut, membuka pahanya lebar agar semua orang dapat melihat dirinya saat ia sampai di sana. Celana pendeknya membuat setiap orang menelan ludah saat melihatnya, terlebih lagi dengan ketiadaan stoking jaring-jaring yang biasa ia gunakan untuk melapisi kakinya.

Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang