"Tuan Shin melakukan ini semua hanya untuk menikmati tubuhmu secara cuma-cuma,"
Matanya begitu saja terasa lembab. Pandangannya mulai kabur, tak dapat melihat sekelilingnya dengan jelas. Ia tidak pernah berniat untuk menangis, salahkan perasaannya yang digores oleh mulut Hyungwon. Tidak seharusnya Hyungwon menamparnya dengan kata-katanya, tetapi Kihyun pun tak dapat menyalahkan lelaki jangkung itu.
"Kihyun, jangan pikirkan perkataan Hyung—"
"Tidak, Minhyuk." Kihyun menyeka air matanya dengan punggung tangannya dan tersenyum. "Hyungwon benar."
Wajah Minhyuk yang semula dihiasi senyum penuh kekhawatiran kini ditutupi oleh raut penuh kaget. Changkyun yang belum dapat kembali kepada akal sehatnya hanya mematung, dalam hatinya ia panik apa yang akan terjadi pada malam itu. Kedua penari yang buntu jalan tersebut hanya terdiam, terpaksa mematung dan mencari jalan keluar.
"Kihyun, tidak, kumohon jangan seperti ini," ucap Minhyuk, berusaha memeluk Kihyun yang semakin menundukkan kepalanya.
"Minhyuk, hentikan. Hyungwon benar, aku hanyalah sebuah boneka pemuas birahi bagi Tuan Shin."
Hyungwon menatap Kihyun dengan dingin, tidak ada seringai licik darinya. Changkyun yang sedari tadi memerhatikan gerak-gerik Hyungwon pun tak dapat akal. Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Hyungwon? Apakah mungkin Hyungwon memang menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi?
Kihyun mendorong Minhyuk yang berada terlalu dekat dengan tubuhnya—hampir membuat sahabatnya itu tersungkur—dan berlari keluar menuju entah kemana. Teriakan memanggil nama Kihyun pun tak ia indahkan. Telinganya hanya dipenuhi suara-suara Hoseok yang begitu manis, bagai tetesan cokelat leleh yang semakin melukai hatinya. Pikirannya memanggil Tuan Shin-nya untuk kembali, memeluknya seperti sedia kala, tanpa harus memikirkan ucapan seorang Chae Hyungwon yang terasa begitu menyesakkan. Akan tetapi, ia tahu bahwa kembali pada Hoseok—setelah mantan kekasihnya membuka matanya lebar-lebar dengan kenyataan yang pahit—hanya akan seperti menaburkan garam pada luka yang terbuka.
Di sisi lain, Minhyuk yang masih tidak terima dengan perlakuan Hyungwon mulai berjalan mendekati pemuda jangkung dengan aura penuh amarah dan kebencian. Ia melayangkan tangan kanannya ke udara, menatap tajam salah satu kekasihnya itu, dan mendaratkan telapak tangannya pada wajah tampan Hyungwon dengan sekuat tenaga. Suara pertemuan antar kulit yang begitu memekakkan di tengah ruangan yang hening mengisi kekosongan di antara ketiga penari.
"Minhyuk hyung!" Changkyun akhirnya bersuara, menahan Minhyuk agar tidak menghajar Hyungwon lagi.
"Dasar lelaki bajingan!" umpat Minhyuk seraya berusaha bebas dari kungkungan Changkyun, "apa yang kau lakukan pada sahabatku?"
Hyungwon menatap kosong mata Minhyuk yang penuh kedengkian. Bibirnya terkatup rapat. Napasnya masih teratur, tidak menunjukkan adanya ketidaksabaraan di dalam dirinya. Ia bagai muara dengan air yang tenang.
"Dasar manusia egois! Tidakkah kau tahu bahwa kau baru saja merebut kebahagiaan Kihyun? Kau lebih jahat daripada iblis sekalipun!"
"Minhyuk hyung, kumohon tenangkan dirimu. Jangan sampai noona mendengar pertengkaran kalian," Changkyun memohon.
Baru saja Minhyuk hendak membuka mulutnya untuk membalas permohonan Changkyun yang terasa sulit untuk dilakukan, tiba-tiba ponsel Kihyun yang berada di atas meja riasnya berbunyi. Hyungwon memalingkan wajahnya menuju ponsel Kihyun, kemudian berjalan ke arahnya dengan terburu-buru.
"Hyungwon, apa yang kau lakukan?" Minhyuk berusaha untuk menghentikan Hyungwon, mencegahnya untuk melakukan apa pun yang dapat memperburuk keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.kh
Fiksi Penggemar#1 KIHO @ 2018 AUGUST ; 2018 OCT ; 2019 MAY #2 KIHO @ 2018 SEPTEMBER #2 JOOHYUK @ 2018 OCT Aroma vanilla menghasut indera setiap kaum adam yang dilewatinya. Aroma vanilla yang manis membuat siapa pun yang berada di dekatnya ingin menikmatinya dalam...