Potens Femina

485 41 0
                                    

Entah apa yang Kihyun harapkan pada Hoseok setelah mereka bersenggama. Ia pikir, Hoseok akan meninggalkannya dengan keadaan lemah tak berdaya setelah menggunakannya bagai barang sekali pakai. Ia pikir, Hoseok akan memaksanya untuk bersetubuh kembali—walaupun Kihyun pun tidak keberatan, selama itu Hoseok. Ia pikir, Hoseok akan segera mengenakan pakaiannya, meninggalkan beberapa lembar uang, kemudian tidak akan pernah kembali lagi.

Namun, tidak. Tidak satu pun yang Kihyun pikirkan terjadi. Hoseok hanya memandanginya dengan tatapan yang lembut, membuat Kihyun sedikit mengetahui arti dari dicintai. Dadanya terasa sesak, terasa sakit. Hoseok tidak meninggalkannya. Mengapa?

"Kihyun, apakah kau masih bersamaku?" Tanya Hoseok, membuat Kihyun kembali membuka matanya.

"Aku masih di sini." Kihyun terdengar tenang, namun dalam hati, ia berantakan.

Berantakan karena ia masih berada di pangkuan Hoseok dan ia merasa aman di dalam pelukan pemuda bertubuh kekar itu. Ia merasa hangat, merasa nyaman, tidak ingin melepaskan dirinya.

"Apakah kalian menyediakan handuk di dalam sini?"

"Apakah kau akan membasuh tubuhmu?" Tanya Kihyun, "ah, tentu saja. Kurasa kau merasa jijik setelah bersetubuh dengan seorang penari striptis,"

Hoseok tertawa. Tangannya membelai rambut Kihyun bagai membelai seekor kucing liar yang entah mengapa menjadi jinak. Beberapa kali ia mempertemukan bibirnya dengan dahi Kihyun, melimpahinya dengan cinta yang penuh kelemahlembutan. Bagi Kihyun, ini semua terasa aneh, terasa janggal.

"Apakah kau selalu bersifat pesimis seperti ini?"

Kihyun mengangguk.

"Dengar, aku sama sekali tidak merasa jijik padamu. Kau adalah manusia, kau berhak untuk dicintai." Hoseok menadah pipi Kihyun pada kedua tangannya, membuat pemuda mungil tersebut menatap Hoseok pula. "Aku sudah berjanji untuk memuaskanmu. Sekarang adalah giliranku untuk merawatmu."

"Kau tahu kau tidak perlu melakukannya, bukan?"

Hoseok mengangkat Kihyun dengan mudah, namun ia tidak menjawab pertanyaan Kihyun. Tubuh penari mungil tersebut bagai boneka kain yang pernah ia miliki semasa ia kecil, diletakkan begitu saja oleh Hoseok, namun ia tetap merasa nyaman. Pria itu berjalan meninggalkan Kihyun menuju kamar mandi yang terletak pula di dalam ruangan tersebut. Hoseok tersenyum kemenangan, tangannya meraih selembar handuk lembut dan membasahinya di bawah keran. Ia kembali dengan sebuah handuk lembab di tangannya, wajah masih dihiasi oleh senyum. Kihyun telah memejamkan matanya, tidak peduli seberapa kotor dirinya. Ia hanya ingin beristirahat.

Dengan lembut, Hoseok membersihkan tubuh Kihyun dengan handuknya, semakin mengirim Kihyun menuju alam mimpi. Tangannya menyeka keringat yang tersisa, ia benar-benar merawat Kihyun dengan sepenuh hatinya. Setelah tubuh penari striptis itu bersih, Hoseok kembali ke kamar mandi dan meletakkan handuknya di atas rak. Ia kembali menuju tempat tidur dan berbaring di sebelah Kihyun, sibuk memandangi wajah pemuda tersebut.

"Tuan," panggil Kihyun, matanya masih terpejam, "bolehkah aku memelukmu?"

"Kemarilah," jawab Hoseok dengan segera dan tanpa ragu.

Ia melingkarkan tangannya pada pinggang Kihyun terlebih dahulu, sedangkan lelaki mungil itu mendekatkan tubuhnya pada Hoseok. Mereka begitu dekat, hingga aroma satu sama lain dapat dengan mudah diketahui. Kihyun tersenyum, merasakan tangan Hoseok bergerak untuk membelai punggungnya.

"Apakah kau selalu seperti ini? Begitu pedulinya kepada setiap orang yang kau ajak bersetubuh?" Tanya Kihyun.

"Mungkin? Entahlah, aku tidak pernah menjalin hubungan lagi selama beberapa tahun belakangan. Kurasa, aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sehingga untuk memiliki kekasih bukanlah tujuan utamaku,"

Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang