Noctis Arcanum Est

566 42 0
                                    

Segelas Gimlet di tangan belum tentu dapat menenangkan seorang Hoseok dari gairah yang mulai merasuki tubuhnya. Ia tahu bahwa untuk menuruti ajakan Hyunwoo untuk pergi ke sebuah bar—bar homoseksual—adalah hal yang paling salah di muka bumi ini. Ia merutuki matanya yang sedari tadi tidak meninggalkan sosok Kihyun yang dapat mengambil seluruh napasnya. Memang bukanlah sebuah rahasia lagi bila Hoseok tertarik pada lelaki, tapi ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan lelaki seindah Kihyun.

"Mengapa kau tidak mencarinya?" Tanya Hyunwoo.

"Siapa?"

"Kihyun."

Hoseok tertawa pelan, kembali meneguk minumannya. "Tidak mungkin. Tidakkah kau lihat betapa banyak orang yang ingin berbincang dengannya? Aku memang tertarik padanya, namun tidak mungkin aku mendekatinya."

"Benarkah yang kau katakan itu, tuan tampan?"

Sebuah suara yang telah berhasil menarik hati Hoseok kembali terdengar. Bukan dari pengeras suara yang terpasang tinggi di langit-langit, namun dari sebelahnya. Tepat di sebelahnya. Hoseok melihat sesosok yang memancarkan gairah yang telah membuat pikirannya berantakan selama tiga puluh menit terakhir.

Kihyun. Seorang Kihyun sedang duduk tepat di sebelah Hoseok.

Ia menyenderkan sikunya pada meja bar dan meletakkan dagunya di atas tangannya yang tegak lurus dengan meja yang diplitur hingga mengilap tersebut. Matanya bagai berlian yang telah dipoles dengan baik, memantulkan cahaya. Hoseok baru sadar betapa merah warna bibir Kihyun, mungkin karena selama ini ia terlalu terpaku pada kedua mata tegasnya.

"Wahai tuan tampan," Kihyun menyanyikan panggilan tersebut bagi Hoseok, "apakah kau tertarik padaku?"

Tenggorokan Hoseok terasa kering. Mendadak kemeja putihnya yang dilapisi dengan sebuah setelan biru tua mulai terasa panas di tubuhnya. Ia berharap meningkatnya suhu tubuhnya dikarenakan oleh Gimlet yang ia minum, bukan karena Kihyun.

"Apa yang kau pikirkan? Mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" Kihyun tertawa kecil sebelum menyeruput Ramos Gin Fizz di tangannya.

Ya atau tidak, kedua jawaban itu terus menghantui Hoseok. Tidak seharusnya ia membiarkan dirinya tergila-gila pada penari striptis itu saat ia menonton penampilan Kihyun yang membuat matanya terbelalak hebat. Sebagaimana kerasnya ia menolak kenyataan, tetap saja lidahnya bersikeras untuk mengiyakannya. Ia memang tergila-gila pada Kihyun pada pandangan yang pertama. Klise, namun semuanya terasa tepat.

"Ya," jawab Hoseok pelan, namun entah bagaimana caranya Kihyun tetap dapat mendengar jawaban yang menyukakan hatinya itu.

"Siapakah namamu, tuan tampan?" Tanya Kihyun.

"Hoseok." Hoseok menelan ludah kembali, berusaha untuk membasahi tenggorokannya. "Shin Hoseok."

"Yoo Kihyun,"

"Nama yang sangat indah,"

Kihyun tersenyum. Tersenyum dengan tulus, hingga menyentuh matanya. Hoseok menyukai senyumnya yang tulus dan terkesan lugu, walaupun senyum nakalnya yang berhasil menggoda setiap pria di ruangan tersebut pun menjadi kesukaan Hoseok pula.

"Kau tahu apa yang lebih indah daripada namaku?"

Hoseok mengangkat alisnya, penasaran dengan apa yang akan Kihyun ucapkan.

"Kau, Tuan Shin." Kihyun mendekatkan tubuhnya hingga di titik dimana Hoseok hampir bisa merasakan embusan napas Kihyun yang terasa tenang bagai angin di musim semi.

"Terima kasih atas pujianmu,"

Kihyun hanya tersenyum. Jarinya membawa rambutnya ke belakang telinganya, bagai gadis desa yang tersipu malu.

Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang