Hari selanjutnya, Hoseok akan datang ke Masculus de Caelo secara diam-diam. Jooheon akan menyambutnya dan Hyojung akan berbicara sejenak dengannya, sekadar menanyakan kabar dan pekerjaannya. Sesekali ia akan menanyakan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Kihyun, tetapi hanya satu jawaban Hoseok.
"Aku tidak ingin memaksanya. Aku akan membiarkan Kihyun memilih apakah ia ingin melanjutkan hubungan kami atau tidak,"
Segelas Gimlet telah diteguknya habis, seirama dengan usainya pula penampilan para empat penari pada malam itu. Hoseok tersenyum lembut saat ia melihat Kihyun perlahan berjalan turun, berpegangan tangan dengan Changkyun yang tertawa terbahak-bahak entah karena apa. Kihyun tampak sempurna. Ia selalu tampak sempurna.
"Tuan, apakah kau ingin menambah minumanmu?" Tanya Jooheon dengan sopan saat ia menyadari bahwa gelas Hoseok telah lama kosong.
"Tidak usah, Jooheon. Sebentar lagi aku akan pulang,"
"Begitu cepat? Apakah kau tidak mau bertemu dengan Kihyun hyung terlebih dahulu?"
Hoseok tertawa pelan, "aku tidak ingin mengganggunya bekerja,"
"Aku tidak pernah menyebut Tuan Shin sebagai pengganggu,"
Ah, suara itu. Suara tegas dan berapi-api, namun di saat yang bersamaan terdengar lembut mengalun tepat di belakang Hoseok. Seorang malaikat telah menyadari keberadaan Shin Hoseok dan ia telah memberikan dirinya untuk dibawa menuju surga.
"Kihyun," ucap Hoseok, "penampilan yang menakjubkan,"
"Aku tau aku menakjubkan." Kihyun menunjukkan senyum angkuhnya, senyum penuh kemenangan dimana ia tahu ia telah memenangkan hati para penonton. "Jooheon, berikan aku Ramos Gin Fizz."
Hoseok mengangkat salah satu alisnya, cukup terkejut dengan permintaannya pada sang pramutama. "Kukira kau akan memesan minuman untuk pelangganmu?"
"Tuan Min? Ia sedang bersama Minhyuk," Kihyun tertawa.
Hoseok tidak menjawab ucapan Kihyun, tidak berani sama sekali. Rasanya, setiap perkataan yang akan ia ucapkan akan melukai hati Kihyun semakin dalam. Ia tertawa—begitulah yang terdengar di telinga Hoseok—tetapi tawanya itu tidak tulus. Tidak ringan bagaikan angin, melainkan dipenuhi perasaan yang aneh. Sesuatu yang memancing Hoseok untuk menanyakan apa yang telah terjadi padanya dan sang Tuan Min ini.
Apa yang terjadi?
Apakah ia menyakitimu?
Mengapa kau tidak merebutnya kembali?
"Apakah," Hoseok bergumam, "apakah ia meninggalkanmu?"
Kihyun melirik Hoseok. Senyum itu terpasang kembali di wajahnya. Senyum penuh kesedihan yang selalu ia sembunyikan di atas panggung dengan topeng genitnya, membuat siapa saja yang melihatnya secara sekilas dapat tertipu olehnya. Tak lama kemudian, ia mengangkat pundaknya. Ia mengisyaratkan bahwa ia tidak tahu dan ia tidak ingin membahas perihal itu lagi.
"Ia hanya pergi untuk mencoba Minhyuk,"
Mencoba. Sebuah kata yang seharusnya terdengar biasa saja bila disandingkan dengan sebuah kata benda, tetapi saat Kihyun menempatkannya sebelum nama rekannya sendiri, semuanya terdengar berbeda. Semuanya terdengar salah, terdengar tak pantas.
Kemudian, hening. Masculus de Caelo tidak pernah hening, melainkan sang penari mungil dan Hoseok yang terdiam. Hoseok memerhatikannya dari sudut mata, mengamati gerak-geriknya yang begitu rapuh walau terlihat tegar. Rencana awalnya adalah ia ingin pulang, berganti pakaian, mengubur dirinya di bawah tumpukan selimut tebal nan hangat, dan tidur pulas melupakan segala masalah di kantornya. Akan tetapi, tidur dapat menunggunya nanti. Ya, begitu pikir Hoseok, saat ia melihat Kihyun menutup wajahnya dengan kedua tangannya, membungkukkan tubuhnya yang mungil menjadi semakin mungil, dan bahunya bergetar. Ia menangis. Menangis dalam diam, bagai tidak mau diketahui oleh seorang pun, bahkan seekor semut pun tidak diperbolehkan untuk melihat air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.kh
Fanfiction#1 KIHO @ 2018 AUGUST ; 2018 OCT ; 2019 MAY #2 KIHO @ 2018 SEPTEMBER #2 JOOHYUK @ 2018 OCT Aroma vanilla menghasut indera setiap kaum adam yang dilewatinya. Aroma vanilla yang manis membuat siapa pun yang berada di dekatnya ingin menikmatinya dalam...