Redeant in Coniunctionem

278 36 7
                                    

"Kihyun!"

Suara yang begitu lantang dan tanpa ragu itu lagi-lagi terdengar dari balik pintu. Yoongi menengok ke arah pintu dan terdiam. Ia tidak mengenal suara yang berulang kali memanggil nama penari di bawah kurungan dirinya itu, tetapi dalam dirinya, ia meyakini bahwa pria itu adalah kekasih Kihyun. Kemudian, Yoongi menemukan mata Kihyun yang sudah terpaku pada dirinya.

Sial.

Kihyun segera mengangkat lututnya tepat mengenai selangkangan Yoongi dan saat pria malang itu jatuh di sebelah Kihyun, dengan segera sang penari membangkitkan tubuhnya yang lemah dan merangkak untuk meraih pintu menuju kebebasan. Gagang pintu yang ia tatap sedari tadi tampak begitu jauh walaupun jaraknya tak lebih dari beberapa meter. Segala usahanya tampak belum merestuinya untuk membuka pintu itu, terlebih lagi saat kakinya dicengkeram dengan kuat.

Tangan itu menarik kakinya, membawa seluruh tubuhnya kembali bertemu dengan lantai. Kihyun meringis kesakitan, ia beberapa kali mendengar Yoongi memaki dirinya. Ia tak peduli, untuk apa ia memedulikan pria yang dulu selalu menghabiskan uangnya hanya untuk seorang Yoo Kihyun?

"Kau tidak akan pernah bisa keluar dari ruangan ini dengan keadaan masih bernyawa, Kihyun," ucap Yoongi, suaranya parau.

Kihyun menggertakkan giginya. Ia tidak suka dengan keadaan yang sedang menyelimutinya. Mengapa Yoongi begitu habis-habisan memojokkan dirinya? Apakah begitu besar dendam pada Kihyun yang telah ia simpan?

"Ucapkanlah itu pada dirimu sendiri, Tuan Min,"

Dengan jarak yang begitu menguntungkan bagi Kihyun untuk melaksanakan perlawanan, ia menendang wajah Yoongi. Tendangannya amat kuat hingga Yoongi terlempar ke belakang untuk kembali menangisi rasa sakit yang menghajar dirinya. Melihat bahwa Yoongi sedang sibuk berteriak dan memaki, Kihyun menggunakan kesempatannya untuk bangkit dan membuka kunci pintu tersebut.

"Yoo Kihyun, dasar bajingan!"

Kihyun tidak menjawab apa pun, tidak menjawab hujatan Yoongi, tidak menjawab panggilan-panggilan tidak manusiawi dari pria kaya tersebut. Dengan tangan gemetar, ia berusaha untuk melepaskan kunci dari lobangnya, membuka pintu, dan melangkah keluar. Pandangannya kabur, ia tidak dapat melihat apa pun di hadapannya. Setelah berhasil menghirup udara kebebasan, Kihyun tidak dengan mudah meninggalkan ruangan dan segala macam peristiwanya di dalam sana, tetapi ia menutup kembali pintu tersebut beserta Tuan Min di dalamnya dan menguncinya dari luar.

Bahunya terjatuh lemas. Beban di atas pundaknya telah hilang dibawa angin, tetapi perasaan mengganjal di dadanya masih terus hadir. Apa yang harus ia lakukan? Apakah ada sesuatu yang salah?

"Kihyun,"

Ia memutar tubuhnya, bertemu dengan tatapan lembut seorang pria yang sudah ia rindukan. Ia tak pernah tahu bagaimana rasanya merindukan seseorang dengan penuh ketulusan, dengan penuh cinta, dan saat ia melihat Hoseok, Kihyun hidup.

Matanya masih tak bergerak, terfokus pada satu sosok di hadapannya yang tersenyum penuh kelegaan dan membalas tatapan terkejut Kihyun dengan tatapan yang lembut.

"Tuan Shin," suara Kihyun membisik, bergetar hebat menahan tangis, "Tuan Shin,"

Mendengar Kihyun memanggilnya kembali, senyum Hoseok semakin lebar. Matanya mengecil, berkebalikan dengan ukiran senyumnya yang begitu besar.

Bagai dua keping teka-teki yang pernah saling terpisah dan kini bertemu kembali, Hoseok membuka kedua lengannya dengan lebar dan bebas. Matanya berkilau bagai ia menandakan bahwa, ia, Hoseok telah kembali untuk menerima Kihyun. Di saat Hoseok telah membuka tangannya bagi Kihyun, maka di sanalah jiwa Kihyun akan berlabuh.

Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang