Forte Temere Eveniunt

258 33 12
                                    

Warning: Trigger warning, may contain violence.

Tatapan Yoongi bukanlah tatapan yang sering ia dapatkan pada malam-malam sebelumnya. Kihyun tidak ingin memedulikan tatapan nanar itu, tetapi ia tidak dapat melakukan banyak hal. Ia hanya dapat menggerakkan pinggulnya di atas pangkuan Yoongi seiring membelai tubuhnya, tetapi percobaannya untuk melembutkan mata Tuan Min tampaknya nol besar.

"Hentikan,"

Kata ajaib yang belum pernah Kihyun dengar dari satu pun pelanggannya dan pada akhirnya kata tersebut ditujukan langsung kepadanya. Yoongi memintanya untuk berhenti dan tak butuh pengulangan, Kihyun pun berhenti.

"Ada apa, Tuan? Apakah ada yang salah? Apakah pelayanan yang telah kuberikan belum cukup memuaskan?"

Yoongi hanya terdiam, memutar bola matanya bagai telah lelah mendengar pertanyaan yang diulang oleh Kihyun selama beribu-ribu kali. "Mengapa kau akhir-akhir ini selalu menolak saat aku memintamu untuk melakukan hubungan badan denganku?"

"Aku memang sedang tidak ingin bersetubuh, Tuan. Aku pun menolak pelanggan lain yang ingin bersenggama denganku,"

Yoongi mendecakkan lidahnya, tampak tidak senang dengan jawaban Kihyun. Ia memang bukan orang yang mudah dibohongi, gerak-gerik kecil yang mencurigakan pun akan ia ketahui dalam sekali lirikan. Bila Kihyun dapat mengelabuinya untuk sekali atau dua kali, Kihyun pun tak tahu apakah Yoongi memang lalai atau berpura-pura tidak tahu. Akan tetapi, untuk pertama kalinya, Kihyun dapat merasakan bulu kuduknya berdiri saat ia harus berhadapan dengan singa di hadapannya.

"Apakah kau telah memiliki kekasih?"

Hoseok. Ya, bila Hoseok masih ada di sampingnya saat ini, entah apa yang akan Kihyun katakan. Hatinya masih berdarah, masih sakit untuk meninggalkan Hoseok. Ia ingin merangkak kembali kepada tangan Hoseok, tetapi bila kembali artinya bunuh diri, maka lebih baik ia berdiri teguh pada pemikirannya di atas kakinya sendiri.

"Tidak, Tuan,"

Kihyun berusaha untuk tidak menjawab dengan ragu, tidak menahan suaranya agar tidak terbata-bata. Ia harus tampak meyakinkan, tidak boleh memancing amarah sang gunung berapi yang siap mengamuk. Bila Kihyun melakukan satu kesaalahan kecil, maka hidupnya akan habis.

"Benarkah?" Yoongi mengangkat salah satu alisnya dan menyeringai, tangannya mencengkeram paha Kihyun yang tidak ditutupi kain. "Kalau begitu, bukankah kau tidak keberatan bila aku ingin bersetubuh denganmu?"

"Tuan Min, kita sudah sepakat untuk tidak melakukan hubungan badan,"

"Ayolah, aku yakin kau akan menyukainya,"

Kihyun akan menyukainya bila saat ini ia sedang berada di atas pangkuan Hoseok, bukan Yoongi.

"Tidak, Tuan, kumohon," Kihyun semakin memohon.

Matanya mulai berkaca-kaca akibat terlalu banyak memohon, tetapi tidak didengar oleh Yoongi. Tangan di atas kulitnya mulai mencengkeram semakin kuat, meninggalkan bekas berwarna kemerahan dan membuatnya meringis. Semakin ia menolak Yoongi, semakin marahlah laki-laki itu. Tampaknya ia tidak pernah menerima sebuah penolakan, terlebih dari salah satu penari yang ia bayar dengan harga yang fantastis.

Yoongi menarik Kihyun secara paksa, melewati lautan manusia. Kihyun tahu kemana ia akan dibawa pergi, terlebih lagi saat ia melihat sebuah lorong gelap yang bagian kanan kirinya dipenuhi dinding menuju ruangan penuh dosa. Semuanya sudah sering ia lewati. Akan tetapi, kali ini semuanya terasa berbeda. Bila pada hari-hari ia akan melewati lorong tersebut dengan dagu terangkat dan senyum menghiasi wajahnya, kali ini ia hanya menunduk, terkadang menarik tangannya untuk melepaskan diri. Semuanya sia-sia, pada akhirnya, ia didorong memasuki sebuah ruangan, mencium lantai disusul dengan rintihan menahan sakit.

Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang