Vir Pulcher

354 39 1
                                    

Andaikan Hoseok tidak ingat bahwa ia telah mengundang seseorang masuk ke dalam rumahnya selain Hyunwoo, mungkin ia akan berteriak dengan suara melengking saat ia melihat seorang pria berdiri di dapurnya, sibuk mencuci piring. Pria itu bersenandung sebuah lagu, suara air mengalir deras dari keran mengiringi suara merdunya. Kihyun telah mengikatkan celemek di pinggangnya, kini tengah membersihkan setiap piring dan peralatan masak miliki Hoseok.

Shin Hoseok bukan seorang tanpa sopan santun. Ia telah melarang Kihyun untuk mencuci piring di rumahnya sendiri. Kihyun bahkan telah melemparkan harga dirinya ke luar jendela dan memohon pada Hoseok untuk membantunya mencuci piring selagi Hoseok bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Hoseok pun telah melarangnya dan ia tampak bangga saat Kihyun melengos karena harus menanggung kekalahan setelah berdebat dengan Hoseok. Pria kaya itu berpikir ia telah menang dan menghabiskan waktu yang tersisa untuk mempersiapkan dirinya, hingga ia mendengar suara antar piring porselen bertemu.

"Yoo Kihyun."

"Hm?"

"Bukankah sudah kularang untuk mencuci piring?"

Kihyun hanya tertawa, tetapi tangannya tidak menunjukkan bukti bahwa ia akan segera menyelesaikan setiap piring kotor yang direndam dalam air sabun sama sekali. "Tenang, tuan, aku menyukai hal mencuci piring."

Hoseok menyisir rambut hitamnya dengan jarinya seraya menghela napas panjang. Pemuda berambut ungu di seberangnya masih sibuk mencuci piring, bahkan tampaknya ia tidak memedulikan kehadiran Hoseok.

"Mari kubantu," ucap Hoseok, kakinya melangkah mendekati Kihyun.

"Tidak usah, Tuan Shin."

"Bukankah lebih baik aku membantumu agar kau dapat menyelesaikannya dengan segera dan aku bisa mengantarmu pulang?"

Kihyun tersenyum, terdiam seribu bahasa. "Lebih baik aku menyelesaikannya sendiri, tuan."

"Kihyun, mengapa kau tampak sangat ingin mencuci piring?"

Untuk pertama kalinya, Kihyun menatap Hoseok. Piring-piring dan alat masak yang tersisa, tersembunyi di bawah busa sabun berlebih. Kihyun menatap Hoseok dengan kedua matanya yang tampak berkilau di bawah cahaya matahari pagi.

"Apakah kau tidak mengetahui bahwa dengan mencuci piring, setidaknya pikiranmu akan lebih tenang?"

Hoseok terdiam. Ia memang belum pernah mencuci piring selagi ia merasakan beban yang amat berat, entah karena pekerjaan maupun hidupnya sendiri. Mungkin, hobi Kihyun dalam mencuci piring telah membuatnya menjadi pemuda yang hidup tanpa beban seperti ini.

"Ada baiknya tuan bersiap-siap. Sebentar lagi aku akan selesai," usir Kihyun secara halus, wajahnya kembali dipalingkan menatap pekerjaannya yang belum selesai.

Tiada niat untuk memperpanjang perdebatan di antara mereka, Hoseok mengalah dan bertolak ke kamarnya. Ia menatap bayangan dirinya pada cermin, mengagumi tubuhnya yang semakin terbentuk beserta wajah tampannya yang tanpa cela. Kemeja putihnya memeluk tubuhnya dengan apik, ia tampak gagah. Rambutnya dibiarkan beristirahat di dahinya, lagipula ia sering mendapatkan komentar dari para rekan kerjanya bahwa apa pun model rambut yang ia kenakan, ia akan tetap terlihat tampan. Celana kain yang berwarna hitam pekat juga membalut kedua kaki jenjangnya. Setelan mahal telah ia kenakan, selain untuk tampil bagai ahli di bidangnya, di dalam hatinya pun ia ingin membuat Kihyun berdecak kagum saat melihatnya.

Tangannya mengikat dasi panjangnya dengan ahli. Pengalamannya bertahun-tahun harus mengikat dasi sendiri sebelum pergi untuk bekerja telah melatih kesepuluh jarinya untuk bekerja sama dan membuat dirinya tampak menawan. Ia memastikan semuanya tampak pada tempatnya, tidak berlebihan maupun kekurangan. Ia puas.

Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang