Amici Optimi

308 37 3
                                    

Yoo Kihyun hampir lupa bagaimana ia mendapati dirinya berada di tengah situasi yang cukup membingungkan bagi hatinya. Di hadapannya terdapat seorang Lee Minhyuk, duduk di atas tempat tidurnya, memangku semangkuk berondong karamel, dan menjerit bagai janda kaya di usia pertengahan 40 tahun. Kihyun yakin wajahnya telah memerah setelah ia menceritakan kejadian yang menimpa dirinya. Bukanlah peristiwa yang buruk, bukan sebuah bencana, maupun malapetaka. Bila Kihyun boleh menyimpulkan secara sepihak, peristiwa itu ia sebut sebagai Shin Hoseok.

Ya, kehadiran Hoseok di hidup Kihyun merupakan sebuah peristiwa yang baru saja disampaikan olehnya, istimewa untuk sahabatnya seorang. Ia memang tidak pernah punya niat untuk mengundang Minhyuk ke rumahnya, tetapi pria berambut cokelat muda itu mengundang dirinya sendiri dengan alasan bahwa oven mikrogelombang miliknya rusak, sedangkan ia—bagai seorang ibu hamil, begitu komentar Kihyun—sedang mengidamkan semangkuk berondong karamel. Dan bagai dua gadis remaja di malam menginap, Minhyuk pun memulai sesi ceritanya dengan kisah bagaimana salah satu pelanggannya menghadiahkan sebuah jam tangan mahal baginya.

Kihyun awalnya mendengarkan dengan seksama. Ia tidak iri. Bila dibandingkan dengan penari lainnya, untuk apa Kihyun merasa iri? Tuan Min sering pula memberikannya uang lebih, atau bahkan membayarnya dengan sejumlah perhiasan mahal yang akan ia gunakan di penampilan selanjutnya. Bukanlah hal biasa baginya.

Namun, perasaan itu muncul setelah pria berambut cokelat muda itu menyebut nama pramutama di tempat kerja mereka. Dengan gerakan tangan yang berlebihan, Minhyuk menceritakan bagaimana manisnya perlakuan yang ia dapatkan dari sang kekasih, bagaimana Jooheon akan menyiraminya dengan kecupan hangat di musim dingin yang menusuk kulit rapuhnya, bagaimana Jooheon akan mengajaknya berkeliling Seoul menggunakan motor yang Jooheon banggakan selama beberapa bulan terakhir. Oh, Kihyun tidak iri sama sekali.

"Apakah kau ingat dengan seorang pelanggan yang bernama Shin Hoseok?" mulai Kihyun.

"Oh," Minhyuk bersuara membentuk melodi, alisnya terangkat tinggi, "jadi namanya adalah Shin Hoseok?"

"Diamlah, jangan berkomentar,"

"Baiklah, baiklah, nona,"

Kihyun mendengus, tetapi masih bersikeras untuk melanjutkan ceritanya. "Singkat cerita, aku mendapatkan nomor teleponnya."

Minhyuk berhenti mengunyah berondong yang ada di dalam mulutnya. Menganga dengan lebar, ia tidak dapat memercayai perkataan yang keluar dari mulut sahabatnya yang sering ia panggil sebagai "si cebol" itu.

"Tunggu, tunggu. Perlahan, ceritakan awal mula dari semua ini." Minhyuk menelan berondong yang bahkan belum lumat.

Kihyun menarik napas panjang, siap tidak siap, ia harus menceritakannya. "Dimulai dari satu malam dimana kita tampil dan Tuan Son membawa temannya ke Masculus de Caelo. Aku melihatnya saat aku tampil, padahal ia sedang duduk di bar."

Kihyun tertawa dengan ironis. "Apakah kau pernah merasakan daya tarik yang amat kuat bahkan saat kau hanya melihat seseorang itu? Ya, klise, tapi itu yang kurasakan. Jadi, setelah penampilanku selesai, aku hanya menghampiri Tuan Min untuk sesaat, kemudian beralibi bahwa aku harus segera menemui Jooheon karena ia memerlukanku untuk membantunya."

"Kau menggunakan kekasihku untuk rencana kotormu?!"

"Iya, tapi bukan itu yang ingin kuceritakan. Fokus, Lee Minhyuk." Kihyun menjetikkan jarinya di depan wajah Minhyuk. "Jadi, aku pergi untuk menemuinya. Kami berbincang, dan benar-benar, rasanya setiap jengkal tubuhku mendorongku untuk dapat lebih dekat padanya. Aku bahkan rela menolak uang Tuan Min yang merupakan bukan jumlah yang sedikit, hanya untuk memberikan pertunjukan pribadi pada teman Tuan Son!"

Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang