Accipiens Paenitemus

263 30 1
                                    

Minhyuk akhirnya menemukan Hyungwon yang sedang berjongkok di depan pintu masuk Masculus de Caelo. Udara dingin malam itu seharusnya mengganggu tubuh Hyungwon yang bagai tersusun dari tulang dan balutan kulit saja. Minhyuk tahu betapa ringkihnya Hyungwon—terlebih pada suhu dingin yang membuat giginya menggertak hebat—tetapi saat itu, Hyungwon tampak tidak terganggu sama sekali. Hatinya terasa lebih dingin dibandingkan salju yang perlahan turun. Ia bagai ratu salju yang telah bersahabat dengan dingin.

"Hei," sapa Minhyuk, turut bergabung dengan Hyungwon.

"Hei, Min,"

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Melihat apa yang akan terjadi pada Tuan Min," ucap Hyungwon, "dan Kihyun,"

Minhyuk menatap Hyungwon tanpa bicara. Tentu Hyungwon bukanlah yang membuat Kihyun jatuh ke dalam semua rantai peristiwa tersebut. Semuanya murni kesalahan Min Yoongi yang berani melakukan tindakan kekerasan pada Kihyun. Bila Minhyuk mengucapkan hal demikian, Hyungwon mungkin akan melawannya terus-menerus dan bersikeras bahwa ialah pelaku di balik semua itu.

"Menurutmu, apa yang akan terjadi?" tanya Minhyuk.

"Entahlah," Hyungwon menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Kihyun akan sangat membenciku, bukan?"

"Mengapa?"

"Aku adalah manusia paling jahat yang berencana untuk merebut kebahagiaan Kihyun dari hidupnya. Aku berusaha menyimpannya untuk diriku sendiri, aku berusaha untuk menjauhkan Kihyun dari Tuan Shin. Kupikir semuanya itu baik, tapi ternyata aku egois,"

Minhyuk tersenyum, menatap Hyungwon yang kali ini mulai menundukkan kepalanya. "Lalu, apa yang akan kau lakukan?"

Hyungwon terdiam, tidak menjawab. Di dalam pikirannya, ia tentu ikut bertanya pada dirinya sendiri. Apa yang akan ia lakukan? Haruskah ia pergi dari kota dan kembali ke keluarganya? Apakah ia akan tetap bertahan di Masculus de Caelo dengan menanggung beban dan malu setiap kali ia bertemu Kihyun? Apakah ia akan kabur begitu saja?

"Kuharap kau akan memaafkanku, Min,"

Sebuah tarikan napas singkat terdengar di antara kedua pria tersebut. Minhyuk terkejut dengan pernyataan yang didengarnya itu. Suara Hyungwon terdengar memilukan, seperti berbisik, tetapi cukup lantang hingga Minhyuk dapat mendengar setiap suku kata yang diucapkan dengan jelas.

"Untuk apa?"

"Untuk segala kesalahan yang telah kulakukan padamu. Aku mengusirmu, memakimu, berpikir bahwa kau tidak pernah berada di sisiku,"

"Kau tahu bahwa itu tidak benar, bukan? Aku tahu kau saat itu memang kehilangan akal sehatmu, tetapi aku selalu berada di sampingmu. Saat kau kehilangan pikiranmu, aku harus selalu ada di sampingmu, bukan untuk mengiyakan segala tindakanmu yang dapat membahayakan diriku, orang lain, dan dirimu, tetapi untuk menyadarkanmu, Hyungwon," ucap Minhyuk, tangannya meraih kepala Hyungwon dan mulai membelainya, "seharusnya kau meminta maaf pada Kihyun dan Tuan Shin, bukan padaku,"

Hyungwon menengadah, menatap Minhyuk yang tidak pernah menghapus senyumnya itu. Minhyuk yang konyol selalu tersenyum bahkan di setiap masalah yang ia hadapi, begitu pikir Hyungwon. Pria jangkung itu mengangguk, kemudian bangkit dari keterpurukannya. Ia menegakkan tubuhnya, kemudian membalas senyuman Minhyuk yang dibalas dengan senyuman yang lebih lebar lagi dari kekasihnya. Hyungwon akan menghadapi masalah yang telah ia buat dengan jantan.

"Saat semuanya berakhir dengan buruk, aku akan berada di sampingmu," ujar Minhyuk sebelum ia mengirim Hyungwon untuk bertemu dengan Kihyun dan Hoseok.

Vanilla, Diamond, Liquor ; s.hs + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang