116. Melulu Lantas Menuju Tuntas

11 0 0
                                    


Entahlah, ada dimana seseorang kekasih melihatnya dengan pelbagai bertubi-tubi batu dan karang

Entah mengapa, rasanya hilang tak melusuk ruang pun entah kenapa beberapa angin tak menerpa seekor burung menjalang

Kapan, aku ini bisa lagi merelakan rindu melepaskan kasih dan sayangnya merintis tiada doa terucap hanya menerima kekurangan yang hina

Tak pandai, menyatu dalam satu. Sedangkan aku sudah tak kuasa menahan reruntuhan kalbu tak perlu khawatir akan fana nan tabu

Yang tenang tak mengerti apa arti kunci, maknanya dia tanpa huruf melulu kata, kalimat mati tak ada rahasia yang memiliki selera berita bangga pun duka

Cita rasa tak boleh ada, mendengar satu media resmi mustahil telinga  pernah bisa tau sedangkan tuli tak punya wajah dan kepala

Fisik maupun jiwa,  terkikis tak bersumber ia  berbicang dengan segala macam tak boleh menjelmakan sebagai reaksi dari sebagian peran serta merta

O, kesendirian diantara bodohnya dalam ketidak mampuan abdi untuk mengerti apa pengetahuan, apa kebenaran, pun cahaya tak perlu daripada kegelapan yang tiada

Lain henti tertatih - tatih, ada kerjaanNya meminta miskin merengek-rengek di bawah merah jingga memangkas langit mengairi bumi berayunkan sebening puji

Hijau bukanlah hal warna, begitupun biru bukan payung hitam, pula bintang kuning dengan tidak memiliki kemampuan harapan menyala

Dukungan yang tak kalahkan kalahnya hamba, kembang madu murni menjadi terbiasa berakhirnya makota tanpa tapi memang harus berakhir pergi

Kemana kau kembali kekasih, demikian itu bernuansakan cinta diam-diam dikeyakinan setitik ba bertemu lagi. Ucap salam pada pemilik salam terimakasih.

137 LUAPAN EMOSI SPONTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang