Minggu pagi, dinginnya udara kian melucup meruah sanubari. Terhempas jiwa-jiwa seseorang merenung mengamati kesungguhan hidup, suasana kesejukan sekarang ini saling berhadapan langsung; mensiasati nasib keadilan sesama insan dari amal lingkungan sekitarMenikmati dasar syukur, sambil melusuri gerak gemirang suara-suara berkelanjutan. Pelan-pelan garis ruang ini, dengan hangat memakai jaket pemberian ibu dan aku pun memboncengi karib-ku yang patah tangan tragedi kemarin lusa. kemudian ku kendarainya sepeda motor metik merah putih teramat pelik menyebrangi jalur celotehan hingar bingar padatnya kota mega politan
Rupa-rupa jejak peran, dari diri yang berlari di pagi ini; mereka berolahraga bersamaan tuan puan juga bocah disisi jalan mendengar musik favoritnya pun bersemangat, merabai tetesan air keringat dengan handuk biru itu, Ungkapan cinta bapak tua bergeges rapi melambaikan tangan ucap bapak kiri; bersedia ia menaiki angkutan umum 01, bertujuan kampung melayu menjemput nafkah untuk keluarga-nya. Ibu dan anak-anak setia menunggu
Aku dan karib, setidaknya mengetahui prasa itu bersamaan setelah pulang melawati waktu tanpa ada kata-kata. Secangkir teh hangat, berlapis-lapis lembutnya singngkong goreng menangkap secuil peristiwa beretika, berdialog mengasihi sesama yang tak lelah menjaga bumi pun kita, atas moral manusia merambung jejak-jejek kaki langit
Burung-burung berkicau, ia terbang mengais-ngais pakan hambur menorehkan hamparan daun ranting pohon kala fajar menyeru surya semesti bias-nya cahaya, tak bercelah tetap berbagi; mewarnai jiwa saking mengerti, terbuai oleh kembali-nya pasti.
"Kabut Sepi Bulan Agustus"
Ruang Tamu Jakarta - 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
137 LUAPAN EMOSI SPONTAN
De TodoTerhimpun dari kertas yang berisikan kata-kata yang terurai hingga pada akhirnya menjadi kalimat tersusun baik itu sajak, puisi, dan cerita pendek.