Pada rak yang berdiri kokoh dalam gudang di sebuah toko buku kecil di kawasan Hongdae, ada berkas tebal yang ditutup karton cokelat lapuk. Berkas itu berisi satu setengah kilo buku-buku desain lawas. Taehyung mengambil berkas itu, meniup debu yang menempel, dan terbatuk-batuk.
"Sudah ketemu, Hyung?" Kim Minjae mengintip dibalik pintu. Ia mengipas-ngipaskan tangan di depan hidung. "Duh, debunya banyak banget."
"Namanya juga gudang," Taehyung menyahut. Ia mengangkat berkas itu dan berjalan mendekati Minjae. "Benar ini tidak apa-apa aku ambil? Sebanyak ini, lho. Mana masih bagus-bagus juga. Tidak kau jual dengan harga murah saja?"
"Spesial untuk Tae-hyung kuberikan gratis. Tapiー" Kim Minjae menyengir kecil, lalu menepuk pundak kanan Taehyung,"ーsatu iced mocha bianca di Essere, bagaimana?"
"Kafe gelato di Yanghwaro itu?" Dilihatnya Minjae mengangguk semangat dan Taehyung tersenyum, "Oke, deal ya."
"Yeah!" Memekik senang, Minjae mengikuti Taehyung yang mendengus geli dan berjalan mendahuluinya. Toko buku milik kakek Minjae memang tidak terlalu ramai, tapi yang Taehyung suka dari toko buku ini adalah tersedianya meja dan kursi untuk membaca atau sekadar mengerjakan tugas. Juga buku-buku desain lawas yang menjadi sumber inspirasinya.
"Kok tumben sendirian, Hyung? Biasanya sama Bogumie-hyung kalau hunting buku," tanya Minjae iseng. Ia membantu Taehyung membersihkan buku-buku itu, lalu memasukkannya ke dalam plastik.
"Kalau keseringan pergi dengan Bogumie-hyung, bisa-bisa Jeonggukie ngambek lagi padaku," jawab Taehyung.
Minjae tersenyum maklum. Beberapa kali bertemu dengan Jeon Jeongguk, ia sudah bisa menyimpulkan bahwa Jeongguk adalah Alpha yang cukup protektif. "Terus, mana Jeonggukie-hyung sekarang? Masih di kantor?"
Rambut Taehyung bergerak halus saat kepalanya mengangguk. "Lembur lagi sepertinya. Katanya ada masalah dengan maintenance lift minggu-minggu ini. Banyak stress-nya dia."
Minjae menanggapinya dengan kekehan geli.
Tidak terasa sudah dua bulan lebih satu minggu Taehyung memasuki tahap pendekatan dengan Jeongguk. Sudah cukup banyak yang ia pelajari dari pria tersebut, terutama sikap dewasa dan manjanya saat bersama dengan Taehyung. Dan selama itu juga, mereka hanya bisa bertemu paling tidak dua hingga tiga kali dalam seminggu.
Alasannya sederhana. Jeon Jeongguk, yang ternyata seorang supervisor di sebuah perusahaan manufaktur, memiliki kesibukan yang cukup padat. Tidak jarang ia datang ke apartemen Taehyung hanya sekadar numpang tidur atau numpang makan, membuat Taehyung hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan antik sang Alpha.
"Sudah ini? Yakin tidak ada yang mau kau cari lagi?" Minjae memastikan, plastik berisikan buku-buku lawas ia sodorkan pada Taehyung.
"Heum," Taehyung tampak berpikir, kemudian ia mengangguk. "Kurasa sudah cukup, toh aku hanya perlu beberapa sampel," ujarnya kemudian.
"Kalau ada apa-apa, bilang saja padaku, Hyung."
Taehyung tersenyum manis, sangat manis, membuat Beta dalam tubuh Minjae sedikit merona. Duh, pantas saja Bogumie-hyung betah sekali menempel pada Taehyung walaupun jelas-jelas Taehyung sudah punya Alpha.
"Tentu. Terimakasih banyak ya, Minjae-ah," tangan Taehyung terulur, mengacak lembut helaian rambut Minjae. "Aku langsungan ya ini, nanti kabari saja kapan kita ke Yanghwaro, oke?"
"Oke!" sahut Minjae. Tangannya melambai sampai akhirnya tubuh Taehyung menghilang di balik pintu. Dipegangnya dada kiri dan ia menghembuskan napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cycle ✔
FanfictionSudah dari awal, Kim Taehyung tahu di mana seharusnya hatinya berlabuh. Dan Park Jimin tahu dia adalah Beta yang tidak seharusnya jatuh cinta pada Omega. Hanya sajaー Min-V-Kook main pair #minv a bit slight pair #kookv #ABOuniverse #alpha #beta #ome...