Explanation

1.7K 238 173
                                        

Jika yang membuat Taehyung kehabisan kata-kata adalah seorang bocah balita dengan sepasang gigi kelincinya, maka berbeda lagi dengan Park Jimin. Tidak dipungkiri, kehadiran Jungkook di depan mata juga turut membuatnya kaget, namun Jimin lebih kaget lagi ketika menemukan figur seorang ayah yang selama ini menghilang dari radar ingatan, kembali muncul persis di samping Namjoon. Membuatnya hanya bisa terperangah, dengan suara yang mendadak tertahan di pangkal tenggorokan.

"A-Appa?"

"Jimin-ah? Apa benar kau anak tunggalku, Park Jimin?"

.
.
.

Taehyung kebingungan untuk mencerna kejadian yang begitu tiba-tiba ini. Jimin apalagi. Sedari tadi bocah bernama Jungkook yang berada di pangkuan Taehyung terus memandangnya dengan mata bulatnya yang begitu bersinar, membuat Jimin jadi gemas dan geli di waktu yang bersamaan. Sebisa mungkin dia berusaha menjaga jarak dengan Taehyung, atau kalau tidak,

"Appaa~ Jungkookie mau digendong Jiminie-appa, Hyuuung!"

ーJimin akan mati gaya.

Taehyung meringis kecil saat Jungkook bergerak-gerakーnyaris melompatーdi atas pangkuannya. Ditepuk-tepuknya puncak kepala Jungkook, ia setengah mati menahan tawa ketika menemukan wajah pucat Jimin. Antara kasihan,

atau mungkin senang.

Kurang ajar memang.

"Ichiーum, maksudku Jiminie-appa sedang sakit Jungkookie, jadi tidak bisa..."

"Appa sakit?" Gerakan tangan Jungkook yang terus terulur dan merengek ke arah Jimin terhenti, dipandangnya Taehyung dengan wajah sedihnya yang justru terlihat lucu di mata sang Omega. "Ungh..."

"Eeeeh?? Duh jangan menangis Kookie. Ssshh...ssshh... jangan menangis ya, anak pintar..." Taehyung panik seketika. Mata bulat Jungkook mulai berkaca-kaca, dan Omega tersebut bingung harus berbuat apa. "Appa! Bagaimana ini?!"

Namjoon yang sedari tadi memperhatikan mereka dari atas sofa hanya mampu tergelak. Sedikit banyak cukup terhibur melihat anaknya kelimpungan. Diliriknya Seojoon, lalu ia berniat memberi kode pada pria itu untuk segera menenangkan Jungkook. Sayang, Seojoon sudah bergerak lebih dulu sebelum Namjoon sempat memberinya isyarat.

"Jungkook-ah, jangan menangis, Sayang. Taetae-hyung jadi bingung kan,"

"Tapi Appa, hiks, Jiminie-appa..."

Senggukan Jungkook membuat dada Seojoon mencelos. Direngkuhnya tubuh montok Jungkook, lalu diciumnya surai lembut kehitaman milik bocah tembam tersebut.

Jimin menelan ludah.

"Aku... tidak ingat pernah bikin anak dengan Taehyung sebelum ini, kenapa tiba-tiba dia muncul dan memanggilku Appa?"

Kalimat spontan Jimin sontak membuat Taehyung mendelik. Kalau saja pria Beta itu tidak sedang sakit, sudah pasti cubitan Taehyung akan bersarang pada pinggangnya.

Namjoon berdeham kencang, dan Jimin nyaris terlonjak dari tempat duduknya. Ia lupa rupanya, ada calon mertua di sini.

Dasar mulut, tidak bisa di rem. Jimin mengutuk dirinya sendiri.

"Aku belum lama mengangkatnya sebagai cucuku, Jimin-ah. Dia kutemukan di pelataran rumah sakit saat aku sedang dinas malam di Gwangju," jelas Seojoon, suara beratnya mengalihkan pandangan tajam Namjoon terhadap Jimin.

Punggung Jungkook dielus-elus perlahan, tangis Beta kecil tersebut pun berangsur mereda. Taehyung ikut tersenyum saat melihat Jungkook dengan manjanya bersandar pada dada Seojoon, seraya menggigit tangan gemuknya.

Love Cycle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang