Past promises

1.8K 287 88
                                    

Jimin belajar untuk mengenal apa yang dinamakan persahabatan ketika usianya beranjak enam tahun. Setahun sebelumnya, keputusan serta-merta sang Ibu untuk memboyongnya pindah ke Nagoya ternyata membawa beban tersendiri bagi Jimin kecil. Ia terpaksa harus belajar lagi bagaimana mengkondisikan diri dengan lingkungan baru. Belum lagi adaptasi dengan teman-teman sekolah yang ternyata tidak semudah kelihatannyaーJimin terkendala pada penyesuaian bahasa dan itu membuatnya tertekan, sungguh.

Namun begitu, rasa insekuritas yang menggerogoti pikiran Jimin berangsur-angsur mulai menghilang, ketika pasangan muda Kim beserta anak semata wayang mereka pindah ke apartemen yang sama dengannya. Apalagi kamar mereka bersebelahan, membuat Jimin bisa dengan mudah menangkap sosok kecil yang sering ketahuan mencuri pandang ke arahnya diam-diam.

Hari demi hari berlalu tanpa terasa, Jimin mengenalnya sebagai Hyungie, anak laki-laki manis berumur empat tahun yang hobi membuntuti ke mana saja Jimin pergi.

Ke taman, ke sekolah, ke kamar tetangga, bahkan sampai ke kamar mandi pun Hyungie setia mengekor bak anak kucing. Alasannya sederhana saja setiap Jimin bertanya, Hyungie belum punya teman sebaya yang bisa menemani bermain dan hanya Jimin yang sanggup memahami tutur kata random bocah tersebut.

Saat akhirnya Jimin mulai merasa jatuh dalam pesona Taehyung dan ingin menjaga anak manis itu lebih lagi, kedekatan mereka terpaksa harus berakhir karena tugas orang tua Hyungie di Nagoya telah usai. Bahkan masih terekam jelas dalam ingatan Jimin, bagaimana tangannya sigap menyisipkan sebuah pembuka kaleng minuman soda ke jari manis berlemak milik Hyungie di hari perpisahan mereka sambil berkata,

"Sudah, jangan menangis dong, jangan sedih terus. Suatu saat kita pasti akan bertemu lagi, Hyungie-ah. Dan ketika waktu itu tiba, kau harus ingat, aku akan mengganti mainan ini dengan cincin sungguhan. Jadi jangan dibuang dulu ya."

Jimin kecil dan mulut manisnya.

Sekeras apapun dia berusaha untuk menyeka tetes demi tetes air mata yang terus turun membasahi pipi gempal Hyungie dengan lagak hero, toh pada akhirnya Jimin sendiri juga menangis. Tidak kalah kencang, malah. Membuat kedua orang tua mereka hanya bisa tersenyum dan saling pandang, lalu memeluk masing-masing puteranya dan membisikkan kalimat-kalimat yang menenangkan pikiran.

Kalau mengingat itu semua, rasanya Jimin ingin kembali ke masa lalu. Pada sepasang mata legam yang selalu menatapnya polos. Pada bibir tebal kemerahan yang selalu melontarkan kalimat lucu dengan dialek gyeong-sang nya. Pada tingkah overaktif Hyungie yang lebih sering di luar dugaan Jimin.

Ah, Park Jimin ternyata benar-benar merindukan alien kecilnya

"Ini....bukan mimpi kan?" Taehyung mengerjap-ngerjap, masih memandang Jimin tidak percaya. Terlebih setelah Jimin memanggil nama kecilnya dan menyebut dirinya sendiri sebagai Ichi. Semuanya terjadi begitu cepat bagi Taehyung.

Jimin membalas dengan senyum tipis. "Ingat tidak saat kita menonton Digimon bersama setiap Minggu pagi? Atau saat aku diminta Eomma untuk mengantar bingkisan ke kamar Ichihara-san dan kau mengekoriku diam-diam di belakang? Ingat juga tidak alasan kenapa akhirnya kita sering main ke kamar Ichihara-san?"

"Karena setiap kita pulang, dia selalu menyelipkan cokelat Galbo ball ke tangan kita. Galbo ball itu kesukaanmu kan?" gumam Taehyung disela kuluman senyum. "Dan ya, aku mulai mengingat semuanya pelan-pelan, Jimin-ssi. Kecuali wajah dewasamu yang betul-betul berbeda dari bayanganku."

Tawa lega lepas dari bibir Jimin seiring dengan helaian hitam milik Taehyung yang diacak-acak gemas. Sepertinya Jimin lupa kalau sebelumnya ia merasa tidak enak badan. Karena yang pria itu rasakan sekarang bukan lagi sakit, melainkan luapan bahagia.

Love Cycle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang