Agony

1.5K 243 63
                                    

Jimin tidak menyangka jika mengikuti event Animanga Expo akan membuat moodbar-nya naik tiga tingkat lebih tinggi dari yang sebelumnya. Letih akibat hectic-nya pekerjaan selama seminggu terbayar hanya dengan melihat senyum lebar Taehyung dan pekikan kecilnya saat pemuda itu memandang takjub manga stand dan anime figure di dalam exhibition hall.

Jimin mengeryitkan dahi sejenak.

Kenapa Taehyung terlihat menggemaskan sekali, ya Tuhan...

Bahkan suara riuh pengunjung yang meneriakkan nama idol band mereka di atas panggung, cosplayer-cosplayer seksi yang berseliweran di sekitar, dan harum bumbu masakan khas negara matahari terbit yang menghampiri hidung, tidak bisa membuat Jimin memalingkan tatapannya sedikitpun dari Omega berparas manis tersebut.

Dia tidak sadar, dia sudah jatuh ke dalam pesona Kim Taehyung.

Begitu juga dengan beberapa orang di sekitar mereka.

Jimin berdecak kesal. Seraya menempelkan dada pada punggung Taehyung, mengantisipasi beberapa tebasan lapar Alpha dan Beta yang sedari tadi tidak luput dari ekor matanya, Jimin meraih pinggang ramping Taehyung dan berbisik lembut di telinga,

"Hyungie, kita sudahi saja lihat-lihatnya, ya? Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke tempat lain?"

Terdengar erangan kecewa dari bibir merah Taehyung. Jimin tahu, karena ia pun merasakan hal yang sama. Namun menyingkirkan Taehyung dari pandangan-pandangan mengganggu merupakan prioritas Jimin saat ini. Exhibition hall sudah terlalu ramai, dan semakin malam akan semakin ramai lagi pasti. Jimin tidak mau ambil resiko.

"Harus sudahan ya?"

"Kita bisa ke sini lagi lain waktu, Hyungie-ah. Event seperti ini banyak kok, nanti biar kucarikan lagi yang serupa," bujuk Jimin, meremas sedikit pinggang Taehyung tanpa ia sadari.

Tanpa Jimin bilang sebenarnya, Taehyung tahu Jimin sedang mengkhawatirkan dirinya. Ia sendiri juga risih dengan mata-mata lapar yang seolah mencengkeramnya diam-diam. Pemuda itu menghela napas sebelum akhirnya mengangguk. Dibalasnya remasan Jimin dengan turut menyentuh punggung tangan itu, mencoba menenangkan.

"Baiklah, lain kali saja," ujar Taehyung dengan kecewa. Namun sedetik kemudian ia menggigit bibir, dan melirik Jimin yang menyandarkan dagu pada bahunya.

...namun, adakah lain kali untuk mereka?

Karena tanpa Jimin ketahui, Taehyung sudah mengambil keputusan dari semalam. Keputusan yang membuatnya menghubungi Jimin di saat pria itu tengah bersama Seulgi, untuk menagih janji bertemu, sekaligus membicarakan sesuatu.

Ya, ia harus membicarakan sesuatu dengan Jimin.

"Aku tahu tempat yang nyaman untuk mengobrol Jimin-ssi. Kebetulan ada yang ingin kubicarakan juga denganmu."

.
.
.

Namjoon terlihat sedikit terkejut mengetahui siapa yang tengah menyambangi ruang kerjanya malam ini. Di saat ia sedang lembur dan memutuskan akan memesan makanan secara online, satu sosok berperawakan tegap mengetuk pintu tiga kali dan masuk ke dalam ruang setelah Namjoon mempersilahkan.

Arsitek senior itu menyelipkan kembali lembaran kertas ke dalam map bening, lalu menyuruh sang tamu untuk duduk di kursi yang tersedia.

"Kupikir kau sedang malam Minggu dengan Taehyungie," Namjoon buka suara. Harum kopi dan pumpernickel mampir sejenak di hidung, ia bisa menebak apa yang tengah supervisor muda itu bawa dibalik kantong plastik di tangannya.

Love Cycle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang